Umat manusia gemar memperdebatkan perihal laksana ( beratribut ) dan alaksanaka ( tanpa atribut ) .
Seperti saya sendiri pernah mengatakan bahwa Tantrayana adalah ‘Aliran Sunya’
Ada yang mengkritik saya : tidak paham Tantrayana.
Sesungguhnya tantrayana dibagi menjadi ‘Yoga Beratribut’ dan ‘Yoga Tanpa Atribut’ :
Yoga Beratribut : Sadhana Japa Yidam yang belum mendalami Kesunyataan.
Yoga Tanpa Atribut : Sadhana Japa Yidam yang melebur dalam Kesunyataan.
Tahap
awal dari tantrayana adalah beratribut, namun begitu melangkah pada
kesadaran paling mendalam dalam Tantrayana, ternyata berpedoman pada
‘Tanpa Atribut’, oleh karena itu ‘Tanpa Atribut’ tetap merupakan tingkat
akhir.
Ada yang mengatakan bahwa Sekte Zen merupakan Tantrayana tanpa atribut.
Sekte Zen adalah Aliran Sunya.
Tentu saja Tantrayana juga adalah Aliran Sunya.
●
Mahavairocana-sutra
: “Wahai Guhyapati, ada dua macam Devarupa, yaitu yang murni dan yang
tak murni. Yang murni adalah realisasi esensi yang terbebas dari segala
atribut. Sedangkan yang tak murni adalah menampilkan wujud beratribut.
Dua Devarupa ini dapat mengungkapkan dua makna utama, dari atribut
mensukseskan yang beratribut, dari yang tanpa atribut juga dapat
mensukseskan yang beratribut. Buddha mengatakan dari yang beratribut
memperoleh Siddhi beratribut, dari yang berdiam pada Tanpa Atribut juga
dapat mensukseskan yang beratribut, oleh karena itulah dalam segala hal
hendaknya berlandaskan pada ‘Tanpa Atribut’.”
Mahavairocana-sutra : “Dharma yang dapat dilihat dan dapat dihadirkan disebut beratribut.”
Yang beratribut berlandaskan pada teori eksistensi Dharma.
Demikian bagaimana saya membedakan antara yang beratribut dengan tanpa atribut :
Beratribut : Sarvadharma baik itu material maupun batin yang diketahui oleh insan awam.
Tanpa Atribut : Hakikat Sarvadharma, Svabhava adalah sunya, arupa dan adrsya, tiada satu atributpun.
Dan :
Beratribut : Sarvadharma beratribut, berdiam dari diskriminasi.
Tanpa Atribut : Dalam satu atribut mengandung semua atribut, karena mengandung semua atribut maka Tanpa Atribut.
Beratribut
: rupa-laksana, sabda-laksana, ganda-laksana, rasa-laksana,
sparsa-laksana, atribut kelahiran – pembentukan dan lebur, atribut pria
dan atribut wanita.
Tanpa Atribut : Segala atribut sirna.
Tanpa Atribut : Dharma Nirvana, bebas dari sepuluh atribut, oleh karena itu disebut sebagai Alaksanaka.
●
Yang
saya sadari adalah , pelatihan diri dalam Tantrayana dimulai
berdasarkan tahap pembangkitan, dengan kata lain bermula dari yang
beratribut, sedangkan tahap paripurna yang paling akhir merupakan
penekunan hingga realisasi Tanpa Atribut. Inilah Mahamudra, inilah
Mahaparipurna.
Menurut saya, bhavana bermula dari beratribut hingga merealisasi Tanpa Atribut.
Mandala Tantrayana beratribut, berdiam dari diskriminasi.
Namun saat realisasi Tanpa Atribut, menjadi ‘Segalanya adalah tunggal, yang tunggal adalah segalanya.’
Satu sadhana tembus, maka semua sadhana akan tembus.
Tantrayana adalah :
Dari yang beratribut mensukseskan yang beratribut.
Dari Yang Tidak Beratribut, mensukseskan yang beratribut.
Mohon perhatikan kalimat ini :
“Buddha
mengatakan dari yang beratribut memperoleh Siddhi beratribut, dari yang
berdiam pada tanpa atribut juga dapat mensukseskan yang beratribut.”
●
Sakyamuni Buddha berada di Rajagrha, demi menuntun Maharaja Udrayana di Roruka, Ia menuliskan gatha pada lukisan diri-Nya :
Hendaknya Anda berusaha terbebas dari segala carut marut,
Tekunlah dalam ajaran Buddha.
Mampu menaklukkan kelahiran dan kematian,
Bagai khalayak yang mendorong gubuk ilalang.
Senantiasa tekun berlatih dalam Dharma-vinaya.
Mengeringkan samudra kerisauan,
Mengakhiri dukha tanpa batas.
Begitu
Maharaja Udrayana melihat lukisan Buddha, dalam hatinya timbul
sukacita, kemudian membaca gatha tersebut dan merenungkannya, tanpa
beranjak dari duduknya hingga mentari terbit, akhirnya ia mencapai
‘Srota-apatti-phala’.
Maharaja Udrayana menulis satu gatha untuk Sakyamuni Buddha :
Sembah sujud pada Raja Maha Penyembuh yang mengobati penyakit batin.
Meski berada di tempat yang jauh, Bhagavan mampu membukakan mata Prajna.
Akhirnya Maharaja Udrayana menjalani hidup kebhiksuan.
Inilah contoh kisah nyata Sakyamuni Buddha menggunakan yang beratribut untuk menuntun seorang raja.
●
Risalah
Tahapan Jalan Vajra Kusalamula : “Dalam kriya, carya dan yoga terdapat
penekunan upaya beratribut dan upaya tanpa atribut, dalam Mahayoga
terdapat tahap pembangkitan dan tahap paripruna, semua merupakan jalan
benar.”
Saya mengetahui bahwa hakikat svabhava adalah sunya,
segala atribut hanyalah kepalsuan namasamgrhita, meskipun bersadhana
dengan atribut, namun sama dengan angkasa. Oleh karena itu yang
beratribut sama dengan Tanpa Atribut, Tanpa Atribut sama dengan
beratribut. Yang beratribut yang tidak murni, bagaikan bayangan, pada
hakikatnya merupakan Kesunyataan yang murni.
Maka :
Atribut adalah bangkitnya diskriminasi.
Tanpa Atribut adalah hakikat.
Demikianlah yang harus diketahui oleh sadhaka tantra perihal ‘Laksana dan Alaksanaka’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar