Kebenaran Tertinggi dari "Berdana"

Manusia zaman sekarang sangat populer "berdana". Memberikan, berdana, sosial, membantu orang, cinta kasih, menjalankan kebajikan.........

Seorang siswa bertanya pada saya, "Apakah kebenaran tertinggi dari berdana?"

Saya berkata, "Tunda dulu pembicaraan tentang kebenaran tertinggi! Karena kebenaran tertinggi itu sulit dipahami oleh orang biasa."

Saya beberkan dulu tentang "berdana" pada Anda semua:

"SUTRA ARYA-MOHA NIDANA" (Xianyu Yinyuan Jing) mencatat: Di Sravasti terdapat seorang wanita miskin yang hidup lewat mengemis, saat itu, semua raja dan bangsawan memberikan persembahan kepada Sang Buddha. Wanita miskin itu berpikir, karma buruk saya berat, saya miskin dan hina, tidak ada benda yang bisa saya persembahkan kepada Sang Buddha. Sehingga ia sangat malu. Wanita miskin mengemis berhari-hari, yang didapatkannya hanya sepeser uang, lalu dibeli minyak, kemudian ia pun pergi ke arama Sang Buddha dan mempersembahkannya kepada Sang Buddha. Minyak ditaruh di tengah pelita, lalu berikrar, "Karena kini saya miskin, saya hanya mempersembahkan sebuah pelita kecil kepada Sang Buddha, semoga jasa pahala ini membuat saya memperoleh mahaprajna dalam kehidupan yang akan datang untuk membasmi semua kekotoran dan kegelapan para insan."

Seberkas angin bertiup.

Semua pelita menjadi padam.

Hanya pelita kecil ini yang tidak padam.

Begitu Y.A. Moggalana melihatnya, Ia pun mengipas pelita kecil ini dengan tangan, tak disangka pelita ini tidak bisa padam, Y.A. Moggalana pun bertanya pada Sang Buddha.

Sang Buddha bersabda, "Pelita kecil ini tidak dapat Anda padamkan, ini adalah benda yang didanakan oleh orang yang membangkitkan niat agung."

Belakangan, si wanita miskin pun menjadi bhiksuni, Sang Buddha memberikan vyakrana (meramalkan kebuddhaan) si wanita miskin, "Kelak Anda akan mencapai kebuddhaan dengan nama Buddha Alokaprabha (Dengguang Fo)."

*

Dari "sebuah pelita si wanita miskin", kita bisa tahu bahwa:

Esensi dari berdana adalah orang yang membangkitkan niat agung.

Esensi dari berdana adalah mengorbankan diri Anda sendiri.

Esensi dari berdana adalah semaksimal tenaga dan pikiran.

Kita seharusnya tahu:

Ada orang yang memiliki banyak, tapi yang diberikan sedikit sekali, malah yang sedikit ini pun dilakukan demi mendapatkan reputasi duniawi, ini adalah perbuatan yang berpamrih, menunjukkan berdana yang picik, lebih menunjukkan niat mendambakan reputasi.

Berdana dengan mendambakan "reputasi", di dalamnya telah tersimpan hasrat, sehingga menjadi kurang terbuka dan jujur.

Saya berkata:

Mengorbankan diri sendiri, inilah berdana yang sesungguhnya.

Mengorbankan jiwa sendiri secara royal, dan jiwa ini tidak akan terkuras secara sia-sia.

Berkorban dengan sukacita yang luar biasa, tidak memperhitungkan imbalan, tidak memperhitungkan reputasi, inilah berdana yang sesungguhnya.

Berkorban bukan menderita.

Berkorban bukan perhitungan.

Berkorban bukan dengan maksud menjalankan kebajikan, karena selama ada maksud menjalankan kebajikan, maksud ini tidaklah benar.

Berkorban ibarat keharuman bunga, berada di tengah udara.

Berkorban ibarat matahari, memberikan terang pada bumi.

Berkorban ibarat hujan, membasahi tanah yang kering.

Berkorban bukan memilih objek, memilih waktu, memilih tempat.

Berkorban bukan untuk disyukuri orang lain.

Berkorban bukan untuk disebarluaskan.

*

Terus terang saya katakan kepada Anda semua, benda apa lagi yang tidak ingin Anda korbankan, Anda mengira Anda memiliki. Namun, saya beritahu Anda, pada suatu hari nanti, Anda akan kehilangan segalanya.

Jadi, mumpung Anda masih dapat berkorban, berkorbanlah! Karena cepat atau lambat harus dikorbankan.

Pada hakikatnya, "Kebenaran Tertinggi" adalah:

Tiada subjek yang berdana.

Tiada objek yang menerima dana.

Juga tiada benda yang didanakan.

Silahkan renungkan ketiga kalimat ini, bila sudah mengerti, sudah saatnya Anda mendekati pencerahan.

Tidak ada komentar: