Di antara umat, ada seorang Lianhua Yandong.
Ia datang memberitahu saya:
Istri saya meninggal dunia, saya mengantarkan abu hasil kremasinya ke sebuah rumah abu pemakaman umum.
Tak
lama kemudian, istri saya di dalam mimpi memberitahu saya bahwa di
dalam rumah abu ada sesosok siluman, mengendalikan seluruh arwah, pria
maupun wanita adalah budak dari siluman ini, saya salah satunya,
menderita sekali.
Saya pertama-tama tidak percaya kejadian seperti ini.
Namun, tak disangka berturut-turut empat malam, semua adalah mimpi yang sama, kini, bagaimana baiknya?
Saya menjawab:
Mohon Dewa Bumi dekat rumah abu.
Tak lama, Lianhua Yandong datang memberitahu saya:
Istri
saya datang lagi ke dalam mimpi saya dan memberitahu saya bahwa dewa
bumi ini hanya memiliki Dharmabala kecil saja, sama sekali tidak mampu
mengalahkan siluman rumah abu, Dewa Bumi ini ketakutan begitu bertemu
siluman ini, kini, bagaimana baiknya?
Saya menjawab lagi:
Mohon Dewa Kota setempat.
Tak lama kemudian, Lianhua Yandong sekali lagi memberitahu saya:
Istri
saya masuk ke dalam mimpi saya lagi, ia berkata, Dewa Kota sama sekali
tidak peduli dengan masalah ini, Anda pergi ke Kuil Dewa Kota dan
memohon 3 kali, Dewa Kota acuh tak acuh.
Bahkan Dewa Kota pun tidak
berani sentuh siluman rumah abu, kini, siluman ini telah tahu bahwa saya
mengadu, sehingga lebih keras lagi terhadap saya, saya hampir tidak
tahan lagi!
Kini, apa yang harus dilakukan?
Saya menjawab lagi:
Karena
seperti ini, saya hanya mengajukan surat tertulis (menulis naskah doa)
melapor pada Yuhuang Dadi (Kaisar Langit), biarlah Kaisar Langit yang
memutuskan masalah ini.
Belakangan.
Saya mendapatkan titah dari Kaisar Laingit, demikian isi titah tersebut:
Siluman rumah abu ini, bukan siluman, melainkan dewa.
Mendiang istri Lianhua Yandong, begitu masuk ke rumah abu, lalu menggoda dewa rumah abu.
Berulang
kali menggodanya dengan kecantikan rubahnya, dengan segala cara
menggoda dewa rumah abu. Dewa tidak tergoda olehnya. Belakangan, wanita
ini, dari malu menjadi murka, sehingga mengadu berulang kali dan
bersikeras menyebut si dewa adalah siluman.
Hanya demikian saja!
Begitu saya melihat titah Kaisar Langit, saya baru sadar sebab-musababnya, tertawa hahaha.
Saat Lianhua Yandong datang menemui saya, saya tidak berani memberitahu kejadian sebenarnya, saya memutuskan:
Menggunakan setengah mangkuk beras.
Menggunakan setengah mangkuk garam.
Diaduk rata. Japa mantra Simabandhana 108 kali.
Pada
hari Ding di atas pukul 1 siang, bawa ke rumah abu lalu tebar di guci
abu istrinya. Memerintahkan istrinya tidak boleh bertindak sembarangan.
Sejak itu, segalanya aman sentosa. Tidak diperbolehkan masuk ke dalam mimpi lagi! (Lianhua Yandong adalah nama samaran)
Sajak:
Bambu bercampur-campur
Hantu juga ada wanita demikian
Mengadu
Siapa yang memahami
Kondisi tidak memungkinkan
Hanya saya yang dapat menaiki jembatan langit
Memandang
Tempat yang paling jauh
Manusia juga buta
Hantu juga buta
Namun tetap ada hari yang cerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar