Pernah bertamu di sebuah vihara kecil.
Ketua vihara adalah seorang bhiksuni senior, diiringi oleh dua orang bhiksuni muda.
Vihara
tersebut berada di pertengahan gunung, dikelilingi oleh hutan,
pemandangan juga sangat indah, lingkungan sangat menyenangkan.
Vihara tersebut walaupun kecil, namun cerah dan bersih, di mana-mana terdengar kicauan burung dan bunyi jangkrik.
Ketua vihara ini adalah siswa saya.
Sebelum bersarana pada saya, ia adalah seorang siswa seorang Guru Zen senior, belakangan ikut saya menekuni Sadhana Tantra.
Saat Guru Zen senior datang, ia mengemas altar mandala.
Begitu Guru Zen senior pergi, ia menata kembali altar mandala.
Hahaha!
Hari
itu, kami duduk di ruang tamu, tiba-tiba, jendela tiba-tiba terbuka
sendiri secara perlahan, setiupan angin meniup masuk, angin ini sangat
aneh, mengitari bhiksuni senior, kira-kira 3 putaran, kemudian angin
meniup lagi keluar jendela, jendela tertutup sendiri lagi secara
perlahan.
Saya berkata, “Ada seorang hantu gantung diri, masuk ke
dalam ruang tamu, sekarang telah pergi, hantu gantung diri ini adalah
seorang bhiksuni kecil, ada apa ini?”
Bhiksuni senior berkata, “Tidak
berani menutupi kejadian ini pada Mahaguru Lu, memang ada kejadian
seperti ini, hantu gantung diri ini adalah murid kecil saya.”
Saya berkata, “Hantu gantung ini bermata besar!”
“Memang benar. Kami menjulukinya Si Mata Besar.”
Saya berkata, “Di tepi mulut hantu gantung diri ada satu tahi lalat.”
“Benar.” (Bhksuni senior terperanjat hingga tidak berani percaya.)
Saya berkata, “Hantu gantung diri ini gantung diri di ruang tamu ini, tergantung di udara.”
Bhiksuni senior berkata, “Mahaguru Lu memang bijaksana.”
Begitu semua orang mendengarnya, sangat terkejut.
Bhiksuni
senior berkata pada saya, “Tempat ini sangat terpencil, jarang
dikunjungi orang, tadinya saya punya 3 orang murid, sedangkan murid
kecil ini, sering turun gunung untuk berbelanja, lalu kenalan dengan
seorang pemuda desa, belakangan, rumor cepat sekali menyebar di desa.
Saya merasa tidak patut, sehingga murid kecil ini dikurung di dalam
vihara, saya menasihatinya dengan Buddhadharma, namun, ia tidak dengar,
suatu kali diam-diam turun gunung, setelah kembali, saya memarahinya.
Alhasil, murid kecil ini pun mati gantung diri!”
Bhiksuni senior bertanya pada saya, “Ia sering di vihara, kami merasakannya, bagaimana?”
Saya
berkata, “Hantu gantung diri biasanya bisa mencari pengganti, setelah
digantikan baru bisa bertumimbal lahir, namun, di vihara kecil gunung
liar, bagaimana bisa menemukan pengganti?”
“Benar.”
Bhiksuni senior bertanya pada saya, “Bagaimana baiknya?”
Saya pikir, saya mencari masalah lagi.
Saya berkata, “Saya bawa pergi bhiksuni kecil! Saya buka sebuah kelas pelatihan Buddhisme untuk arwah dan hantu.”
Bhiksuni tua berkata, “Bagus sekali! Mulai sekarang, vihara pun tenang dan damai!”
Sajak:
Jalan hidup ini sangat sempit sangat sempit
Masalah perasaan
Sulit sekali dibedakan benar dan salah
Kontradiksi
Bergelora di lautan hati
Mengikuti Buddha
Mengikuti perasaan
Sama-sama bimbang
Kini hanya ikut saya pilihan satu-satunya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar