Buddhisme sering membahas perihal ‘Yana’.
Yana bermakna ‘mengangkut’. Yana dibedakan menjadi lima.
Yang paling utama adalah Hinayana dan Mahayana :
Mahayana : Ajaran untuk membuka Sarva-jnana.
(
Dalam Saddharma-pundarika-sutra ada tertulis : Apabila ada insan
meyakini Dharma yang telah didengarnya dari Buddha Bhagavan, kemudian
tak gentar dengan tekun berbhavana, meraih Sarva-jnana, memahami
Buddha-jnana, Svayambhu-jnana , Anupadistha-jnana dan Tathagata-jnana.
Membangkitkan belas kasihan dan tekad memberikan ketenteraman pada para
makhluk yang tak terhingga banyaknya, memberikan manfaat bagi para dewa
dan manusia, menuntun semua, maka inilah yang dinamakan Mahayana. )
Hinayana : Ajaran untuk menghancurkan tubuh ( kemelekatan dan nafsu badaniah ) dan melenyapkan batin untuk mencapai Nirvana.
(
Melalui Catvari-arya-satyani mencapai Kearahatan, melalui
dvadasanga-pratityasamutpada meraih pencapaian Pratyeka-buddha, semua
itu tergolong dalam ajaran Hinayana )
Singkat kata :
Yang berusaha mencapai Kebuddhaan adalah Mahayana.
Yang berusaha mencapai Kearahatan maupun Pratyeka-buddha adalah Hinayana.
●
Apabila dibedakan berdasarkan aliran :
Di India, Madhyamika dan Yogacara adalah Mahayana, sedangkan yang lain adalah Hinayana.
Di Tiongkok, Aliran Kosa dan Satyasiddhi merupakan Hinayana, sedangkan yang lain adalah Mahayana.
Apabila dibedakan berdasarkan metode pelatihan :
Metode Sravaka dan Pratyeka-buddha merupakan Hinayana.
Metode Sad-paramita merupakan Mahayana.
Apabila dibedakan berdasarkan sutra :
Avatamsaka dan Prajnaparamita adalah Mahayana.
Caturprakara dan Agama adalah Hinayana.
●
Dalam
Niyata-niyata-vatara-mudra-sutra saya ( Buddha Hidup Lian-sheng
Sheng-yen Lu ) melihat pembedaan yana berdasarkan kecepatannya, ada lima
yaitu :
1. Pedati
2. Hasti-rathaka
3. Langkah
4. Surya dan Candra
5. Buddha-abhijna-antariksa-cara
Demikianlah
penuturan dalam sutra mengenai pembedaan berbagai yana, namun secara
mendasar tiada perbedaan besar, hanya berbeda dalam kecepatan, ini semua
dikarenakan para insan di dunia fana ini ada yang memiliki akar
keagungan , ada juga yang tergolong sebagai akar rendah, oleh karena itu
demi menuntun para insan yang memiliki akar pembawaan berbeda-beda,
maka Sakyamuni Buddha menampilkan upaya kausalya membabarkan berbagai
yana.
●
Sejak dulu hingga saat ini , yang diperdebatkan oleh Hinayana dan Mahayana adalah :
Mahayana mengkritik Hinayana sebagai sadhaka yang hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri, berakar rendah.
Hinayana mengkritik Mahayana sebagai kata-kata kosong tidak bermanfaat, khayal bagaikan rembulan di permukaan air.
Namun sesungguhnya, dalam ‘Dam pa'i chos padma dkar po’ ( Sutra Teratai Putih Dharma Sejati ) dikatakan demikian :
“Demi
supaya para insan memahami Buddha-jnana, maka Buddha hadir di dunia,
sesungguhnya hanya ada Satu Yana ( Eka-yana ) dan tiada mendua, Buddha
tidak memakai Hinayana. Diri sendiri mencapai Pencerahan, mencapai
Kebuddhaan melalui dhyana, mencapai pembebasan dan keleluasaan, ini
semua demi menuntun semua makhluk. Apabila setelah merealisasi Bodhi nan
murni, Aku hanya mendirikan Hinayana demi satu golongan insan saja,
sungguh merupakan kekikiran dan tidak baik. Sesungguhnya hanya ada Satu
Yana, tiada yang kedua dan tiada yang ketiga, hanya saja demi para insan
di dunia ini , Buddha menampilkan upaya kausalya membabarkan banyak
yana.”
Maksud dari Sakyamuni Buddha adalah :
“Pada hakekatnya hanya Satu Yana, dari Hinayana pun dapat dituntun melebur dalam Kebuddhaan.”
Ini merupakan perumpamaan dalam ‘Satyata Varga’ :
“Diumpamakan
maha-samudra yang merupakan tempat bermuara dari berbagai aliran yang
berbeda-beda, demikian pula air Dharma dari ketiga yana, semua akan
bermuara pada Maha-samudra Tathagata.”
Dalam ‘Nama-samgiti-sutra’ :
“Tiga yana merupakan pembangkitan demi terbebas dari keduniawian, ‘Phala’ ( hasil ) yang dicapai merupakan ‘Phala’ Satu Yana.”
●
Pernah
suatu ketika, dalam sekejap saya mengarungi sepuluh penjuru
Dharmadhatu, memahami sebab akibat tiga masa, memahami lima ratus tahun
yang lampau dan lima ratus tahun yang akan datang.
Di sepuluh penjuru Dharmadhatu, saya menyaksikan semua Buddha-ksetra yang banyaknya bagaikan butiran debu.
Di sepuluh penjuru Dharmadhatu, saya mendengar Dharma-svara yang banyaknya bagaikan butiran debu.
Saya terbebas dari belenggu semua klesa, segala atribut kelahiran dan kematian.
Inilah Buddha-abhijna-antariksa-cara.
Dalam
samadhi terbang leluasa, dalam samadhi tanpa rintangan, dalam samadhi
memutar Dharmacakra universal, dalam samadhi menampilkan permainan
abhijna.
Saya adalah Dharma Eka-yana.
Dari Eka-yana membabarkan segala macam upaya kausalya.
Membabarkan metode Mahayana kepada insan berakar Mahayana.
Membabarkan metode Hinayana kepada insan berakar Hinayana.
Menurut
saya, Hinayana adalah akar, Mahayana adalah pohon, pohon tidak dapat
dipisahkan dari akarnya, pada hakekatnya adalah Eka-yana, tidak saling
merintangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar