DIMANAKAH SUNYA BERADA

Seorang bhiksu bertanya:

"Apa saja sepuluh kebaikan yang dimiliki oleh seorang acarya yang berbudi luhur?"

Saya menjawab:

1. Senantiasa memiliki kekuatan samadhi, hatinya stabil dan prananya tenang.

2. Senantiasa memiliki kebijaksanaan, kebijaksanaannya ibarat samudera.

3. Senantiasa berada dalam keseimbangan pikiran, bermoral dan berbudi luhur.

4. Keberhasilannya lebih tinggi dari siswa-siswanya.

5. Antusias membantu semua makhluk hidup.

6. Memahami seluruh Sutra dan Sastra dalam Buddhadharma.

7. Luar biasa dalam berbicara.

8. Menjadi teladan yang baik.

9. Menembus empat tingkat dhayana.

10. Memahami sunyata.

Seorang acarya yang berbudi luhur harus memiliki kesepuluh butir yang saya tulis ini.

Acarya Zhenfo Zong kita mesti gigih dan tekun ke arah sepuluh butir tersebut.

Jika seorang acarya kurang salah satu, atau dua, atau bahkan lebih dari butir-butir tersebut, berarti ia hanya seorang acarya biasa saja, siswa hasil bimbingan seorang acarya biasa, juga serba kekurangan.

Pada hakikatnya, seorang harus memiliki kesepuluh kebaikan ini untuk memenuhi kriteria menjadi seorang acarya, sebenarnya dewasa ini jarang sekali dijumpai orang demikian.

Apalagi butir terakhir.

"Memahami sunyata."

Suatu kali, di Taichung-Taiwan, saya bersama Acarya Lian Ji pergi ke First Square untuk membeli baju.

Saya melihat dua potong kaos, tepat di tengahnya tertulis sebuah kata "sunya".

Saya berkata, "Kedua potong kaos ini bagus sekali, ada dua kata "sunya", kenakanlah di badan, dan pahamilah sunyata."

Tak disangka si nyonya bos justru berkata dengan ketus:

"Sunya bukan untuk dikenakan di badan."

Acarya Lian Ji berkata, "Mana boleh berkata seperti itu?"

Saya tertawa-tawa, berkata, "Nyonya bos ternyata bukan orang sembarangan, sunya memang bukan untuk dikenakan di badan."

Saya bertanya pada si nyonya bos, "Di manakah seharusnya sunya berada?"

Si nyonya bos tidak menjawab.

Saya dan Acarya Lian Ji terus mendesak, nyonya bos tetap tidak menjawab. Akhirnya saya membeli kedua kaos yang bertulisan "sunya" itu, belakangan saya menemukan bahwa kios kecil penjual baju ini juga memasang sebuah altar kecil, nyonya bos adalah seorang umat Buddha.

"Sunya" paling mulia, jika Anda mencari pemahaman akan "sunya", banyak orang akan terbelenggu oleh kata "sunya" ini, sekarang "sunya" yang kita maksud--

Bukan "sunya" dalam dunia nyata.

Bukan "sunya" secara harfiah.

Bukan "sunya" secara pikiran.

Bukan "sunya" kebalikan dari "ada".

Bukan "sunya" dari desana.

Bukan "sunya" dari hasil penyangkalan.

Bukan "sunya" dari hasil pembinaan.

Hari ini dan di sini saya mau bertanya sejenak pada siswa mulia, saya mau menguji sejenak siswa mulia, jika saya bertanya pada Anda, "Di manakah seharusnya sunya berada?" Bagaimana siswa mulia menjawab saya?

Tidak ada komentar: