Setelah bangkitnya Agama Buddha Mahayana, Agama Buddha Hinayana dikecam dan direndahkan sebagai:
- Egois
- Hinayana adalah adharmik (bukan Dharma yang benar)
- 20 macam kesesatan Hinayana
- Guru ajaran sesat
Yang mengkritik Hinayana mengatakan, meskipun pencapaian Arahat dan Pratyeka Buddha ada perbedaan tingkatannya, semua adalah pencerahan yang mengabaikan tubuh dan memusnahkan jnana untuk kembali pada parinirvana, ini tidak boleh diterima, makanya disebut adharmik.
Saya sendiri telah membaca buku beberapa sadhaka Mahayana, mereka memandang pencapaian Arahat dan Pratyeka Buddha sebagai:
- Tidak pantas.
- Hina.
- Teori sunya yang memusnahkan abhava, kekosongan kecil.
- Dwiyana.
Kosa, Siddha, dan Vinaya adalah sabda Sang Buddha untuk orang berbakat kecil, untuk menundukkan orang-orang yang bertabiat jahat.
Berbakat kecil.
Kesucian kecil.
Pokoknya, sadhaka Mahayana sangat ekstrim mendiskriminasi Agama Buddha Hinayana, menyebutnya egois dan demi kebaikan diri sendiri, bagaikan orang awam dan orang hina.
*
Hinayana lebih dulu ada daripada Mahayana, setelah Sutra Mahayana tersebar luas, Agama Buddha Mahayana pun menggalakkan Sutra Avatamsaka, Sutra Prajnaparamita, Sutra Samdhi-nirmocana, Sutra Lankavatara, dan lain sebagainya.
Di India ada:
- Madhyamika.
- Yogacara.
Yang merupakan sekte Mahayana.
Di Cina, Madhyamika adalah Sekte Tri-sastra, Yogacara adalah Sekte Dharmalaksana.
Buddhadharma berubah menjadi Mahayana, Mahayana dengan sendirinya merendahkan Hinayana, ajaran Mahayana berlandaskan Avatamsaka, Prajnaparamita, Saddharmapundarika, dan lain sebagainya untuk mencapai kebuddhaan lewat menyempurnakan perilaku Sad-paramita.
Sehingga, Mahayana memuji dirinya sebagai:
- Hati Mahayana – Alam Suci Bodhisattva.
- Landasan Mahayana – Boddhicitta.
- Jalan Mahayana – tingkat kebuddhaan final.
- Dharma Mahayana tertinggi – Dharma Ekayana.
- Bukti terkini Mahayana – menekuni Tantrayana, membuktikan fisik dunia yang sesungguhnya, sehingga dinamakan bukti terkini Mahayana.
*
Sang Buddha konon tiga kali memutar Dharmacakra:
Di Taman Lumbini, Sang Buddha bersabda pada penekun Sravakayana tentang Empat Kebenaran Mulia (dukha, samudaya, nirodha dan marga) yang terdiri dari: menunjukkan, mengimbau, dan membuktikan.
- Menunjukkan – dukha, samudaya, nirodha, dan marga.
- Mengimbau – menyadari dukha, menghentikan samudaya, membuktikan nirodha, dan melatih marga.
- Membuktikan – dukha telah disadari, samudaya telah dihentikan, nirodha telah dibuktikan, marga telah dilatih.
Inilah tiga kali pemutaran Dharmacakra.
Sabda Sang Buddha tentang Dharma Empat Kebenaran Mulia dan dan Dharma 12 Nidana, semua ini disabdakan langsung oleh Sang Buddha.
Saya pribadi berasumsi:
- Hinayana melatih diri lewat dukha, sunya, anicca, dan anatta, lebih condong pada "niat meninggalkan keduniawian".
- Mahayana melatih diri lewat madhyamika, yoga, dan sad-paramita, lebih condong pada "niat mencapai kebuddhaan".
Dukha, sunya, dan anitya adalah fenomena nyata di dunia manusia. Dana, Ksanti, Virya, Sila, Samadhi, dan Prajna adalah pintu Dharma menekuni Mahayana. Hinayana juga menekuni Sila, Samadhi, dan Prajna.
Sesungguhnya, kita berlandaskan Hinayana dan menyeberangkan insan melalui Mahayana, bila keduanya dipadukan dalam melatih diri, bukankah ini sangat luar biasa! Inilah asumsi saya.
Buddha Sakyamuni bertolak dari Hinayana, jika tanpa dukha, sunya, dan anitya, bagaimana bisa muncul niat melatih diri? Mengidentikkan Dharma Hinayana yang disabdakan Sang Buddha dengan adharmik, bukankah itu berarti menghina Sang Buddha?
Benarkah demikian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar