Penanya bertanya, "Tumimbal lahir dan parinirvana adalah sejalan, boleh
dikatakan sama. Seorang yang memahami hati dan menyaksikan Buddhata
kembali bertumimbal lahir, dirinya pun telah lupa bahwa dirinya pernah
memahami hati dan menyaksikan Buddhata, dengan begitu, bukankah
kemungkinan besar ia akan jatuh lagi ke dalam tumimbal lahir?"
Jawaban saya:
Lebih dulu berikan satu contoh:
Seorang ibu memelihara seekor beo betina, beo betina ini hanya bisa mengucapkan sepatah kalimat, "Maukah tidur denganku?"
Ibu ini kehilangan akal, menganggap beo betina ini sangat hina, bagaimana baiknya, apa yang harus dilakukan?
Sehingga ibu ini menceritakan kejadian ini pada pastur.
Pastur
berkata, ia baru saja memelihara seekor beo jantan, beo jantan itu,
tidak hanya tidak mengucapkan kata-kata kasar, malah umat Katolik yang
saleh, setiap hari ia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan
berdoa.
Pastur beranggapan, beo betina mengucapkan kata-kata
kasar, karena tidak pernah ditatar, terpengaruh oleh lingkungan, dengan
mendekatkan beo betina dengan beo jantan, mungkin bisa mengubah
kebiasaan si beo betina.
Si ibu setuju! Sehingga si ibu pun membawa beo betinanya ke tempat beo jantan untuk tinggal seatap.
Begitu beo betina tiba, hanya terlihat si beo jantan kembali berdoa pada Tuhan dengan sangat khusuk!
Si beo betina berkata, "Maukah tidur denganku?"
Begitu
si beo jantan mendengar kata-kata ini, ia pun berhenti berdoa, melirik
sebentar pada si beo betina, tiba-tiba air mata mengucur deras bak
hujan.
Si beo jantan berkata, "Saya telah berdoa bertahun-tahun,
terima kasih Tuhan, doa saya akhirnya terkabul!" (kata-kata kotor dan
doa, berasal dari sumber yang sama)
Setelah kita membaca cerita
lucu ini, merasa sangat lucu. Saya terutama menjelaskan, seorang yang
memahami hati dan menyaksikan Buddhata, mengetahui tumimbal lahir dan
parinirvana adalah sejalan. Jika ia bertumimbal lahir, ia juga
membangkitkan Bodhicitta, bersedia masuk ke dalam tumimbal lahir beda
dengan jatuh ke dalam tumimbal lahir.
Bodhisattva yang berikrar
menyelamatkan dan menyeberangkan insan dalam setiap kehidupan, tidak
mengabaikan seorang insan pun, karena memasuki tumimbal lahir, ia juga
masih mempertahankan bakat dalam kehidupan lampaunya, dengan sendirinya,
ia akan kembali memahami hati dan menyaksikan Buddhata lagi.
Di
dalam "Sutra Jataka" Sang Buddha, menceritakan jalan Bodhisattva selama
500 kehidupan, tumimbal lahir dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya,
semua membangkitkan Bodhicitta dan menyelamatkan para insan,
kadang-kadang di alam neraka, kadang-kadang di alam hewan, kadang-kadang
di alam setan kelaparan, di alam manapun, semua menyelamatkan dan
menyeberangkan insan dengan Bodhicitta seorang Bodhisattva!
Saya berkata: Tathagata Vimalakirti, memasuki tumimbal lahir, menitis menjadi Vimalakirti, membabarkan "Sutra Vimalakirti".
Tathagata
Vimalakirti adalah Buddha yang memahami hati dan menyaksikan Buddhata,
bertumimbal lahir di alam manusia, tetap "Tathagata Vimalakirti".
Memahami
hati dan menyaksikan Buddhata tidak ada bedanya sama sekali. Alam
manusia bisa memahami hati dan menyaksikan Buddhata, neraka, setan
kelaparan, hewan, tetap bisa memahami hati dan menyaksikan Buddhata.
Parinirvana dan tumimbal lahir adalah sejalan, "Gatha Alaksana" Patriak VI menyebutkan:
佛法在世間,於世出世間。
Buddhadharma ada di dunia ini, terbebas dari duniawi di dunia ini.
勿離世間上,外求出世間。
Jangan meninggalkan dunia ini, mengusahakan terbebas dari duniawi di luar dunia ini.
Di dalam "Yogācārabhūmi-śāstra. Bhumi Bodhisattva" menunjukkan:
"Bodhicitta
adalah memasuki pintu Bodhisattva. Bodhicitta terdiri dari praktek dan
teori, Bodhicitta praktek adalah memasuki pintu Bodhisattva, yakni Ikrar
Bodhi dan Praktek Bodhi, niat mulia dari ikrar Bodhi adalah berikrar
menyeberangkan insan yang tak bertepi, berikrar menghentikan kerisauan
yang tak bertepi, berikrar memahami pintu Dharma yang tak terhingga,
berikrar mencapai kebuddhaan yang tertinggi; niat mulia dari praktek
Bodhi adalah praktek dari Sadparamita."
"Bodhicitta teori adalah
Bodhicitta makna teragung, merupakan Bodhicitta perpaduan antara jalan
suci dan kebijaksanaan sejati. Merupakan memahami hati dan menyaksikan
kebenaran, merupakan sifat Dharma asal, merupakan sifat Buddha dari
pencerahan sejati, merupakan semua Dharma pada dasarnya hening dan
musnah."
Saya berkata: parinirvana ibarat "es". Tumimbal lahir ibarat "air".
Kedua memiliki sumber yang sama. Parinirvana ibarat "Bodhicitta teori", tumimbal lahir ibarat "Bodhicitta praktek" saja!
Asalkan memahami hati dan menyaksikan Buddhata.
Parinirvana juga memahami hati dan menyaksikan Buddhata.
Tumimbal lahir juga memahami hati dan menyaksikan Buddhata. Demikianlah, demikianlah, begitulah, begitulah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar