Pertanyaan Ketiga: Buat Apa Sang Buddha Menggenggam Bunga?

Penanya berkata, "Di dalam Koan Zen dan serial buku Wudeng Huiyuan Mahaguru Lu, satu sorot mata, satu tersungkur, dan Sang Buddha menggenggam bunga, Mahaguru Lu berdiri dengan satu kaki, aksi dari Guru Zen, apa yang sedang mereka lakukan? ... Apa yang mereka cerahi? Mengapa mengatakan rahasia Zen ada di mana-mana, Sang Buddha ada di mana-mana?"

Jawaban saya: saya cerita dulu sebuah cerita lucu!

Ada seseorang sedang berjalan, melihat seorang pedagang sedang menjual beo, ia melihat beo sangat cantik, lantas bertanya pada pedagang apakah beo bisa bicara?

Pedagang berkata, "Tentu saja! Tidak percaya, Anda pegang saja kaki kanannya."

Orang itu menuruti perkataan sang pedagang, pegang kaki kanan beo, hanya terdengar beo berkata dengan sangat jelas, "Apa kabar! Apa kabar!"

Orang itu sangat senang, pedagang melanjutkan, "Anda pegang lagi kaki kirinya."

Orang itu menuruti lagi perkataan sang pedagang, pegang kaki kiri beo, hanya terdengar beo berkata dengan sangat jelas, "Selamat tinggal! Selamat tinggal!"

Orang itu lebih senang lagi, segera beli beo itu. Sepulangnya, ia kegirangan, sebentar raba kaki kiri beo, sebentar raba kaki kanan beo, beo juga sangat penurut, berkata, "Selamat tinggal! Apa kabar!"

Tiba-tiba ia muncul ide cemerlang, jika saya pegang kedua kakinya, apa yang ia akan katakan?

Ia pun pegang kedua kaki beo.

Hanya terdengar beo berkata dengan suara keras, "Sialan! Apa kamu mau menjatuhkan Limpek!" (Limpek adalah Bahasa Taiwan yang berarti ayahmu.)

Cerita lucu ini, sangat menarik, sebenarnya jika dipikirkan lebih detil, di dalamnya sarat dengan pemikiran Zen.

Kaki kanan adalah sebuah lambang.

Kaki kiri adalah sebuah lambang.

Kaki kiri dan kanan sebuah lambang lagi.

Jadi: Sang Buddha menggenggam bunga, melambangkan pencerahannya.

Bhiksu Dadi pukul lantai, melambangkan pencerahannya.

Dongquan penggal kucing melambangkan pencerahannya.

Mahaguru Lu berdiri dengan satu kaki melambangkan pencerahannya.

Dan lain-lain. .............

Apa yang dicerahi sebenarnya?

Sebuah pepatah lama, "Tak terungkapkan." Karena tak terungkapkan, barulah menggunakan lambang, menggunakan lambang agar Anda mengasosiasikannya. Sebenarnya, rahasia Zen ada di mana-mana, Buddhadharma ada di mana-mana.

Mengapa!

Karena apapun adalah Buddhadharma!

Apa yang dicerahi!

Saya tunjuk Sutra Avatamsaka, Bab Dasabhumi menyebutkan:

"出世善根之所生起,知諸法如幻性。觀諸緣起,知無我、無人、無壽命、自性空。諸法如幻,如夢,如影……"

Dunia awam pada umumnya, sebagian besar melekat, jadi, Sang Buddha tidak berani langsung mengungkapkan pencerahan. Jika mengungkapkan, akan ada orang "tidak percaya", akan ada orang "menfitnah", akan ada orang "menertawai". Jadi, Sang Buddha bersabda, "Kebenaran tertinggi yang melampaui kebenaran, sangat sulit dimengerti!"

Hanya sewaktu mencapai "pencerahan setara", barulah bisa menebarkan senyum pencerahan!

Ada orang berkata pada saya, "Mahaguru Lu, apakah Anda menggertak orang-orang dengan kata "tak terungkapkan", membuat orang pusing 7 keliling?"

Saya berkata, "Saya sungguh mencapai pencerahan, mutlak semutlak-mutlaknya. Para umat sebaiknya memikirkan secara mutlak, kebenaran di dunia ini, hanya ada satu mutlak, lantas apa itu satu? Mengapa tidak cerahi sejenak?"

Di dalam "satu" yang mutlak: tak terungkapkan.

Tak terucapkan.

Tanpa kata-kata, bahasa, bahkan lambang pun tidak ada.

Mengapa? Mengapa tidak mencerahinya!

Tidak ada komentar: