Pernah seorang umat secara diam-diam mempersembahkan sejumlah dana padaku dan berkata, "Mahaguru, mohon ajari saya untuk memiliki daya gaib!"
"Yang dapat Anda pelajari dari saya adalah cara menyucikan pikiran, bukan cara mendapatkan abhijna," jawab saya.
"Bukankah Buddha memiliki daya gaib?" tanya umat tersebut.
"Buddha memang memiliki abhijna, akan tetapi yang memiliki abhijna belum tentu adalah Buddha," jawabku.
Saya jelaskan padanya bahwa setan juga memiliki daya gaib. Baik dewa maupun setan sama-sama mempunyai daya gaib. Mara juga memiliki daya gaib, demikian pula para adharmik. Abhijna merupakan efek samping yang muncul secara tidak disengaja dalam penekunan sadhana, boleh dikatakan sebagai afiliasi. Jangan melekat pada fenomena demikian atau akan terjerumus ke jalan yang salah.
Seseorang yang semata-mata menuntut daya gaib, mudah sekali melekat pada hal tersebut. Lalu, pikiran yang tidak karuan pun bermunculan dan akan terjebak dalam kebingungan. Akhirnya, pasti akan jatuh ke dalam cengkeraman Mara. Seseorang yang terobsesi dengan daya gaib akan semakin jauh menyimpang dari ajaran Buddha, dan berubah menjadi setan.
Lantas apa yang Sang Buddha ajarkan pada kita?
Tetap saja kalimat yang klise itu juga, "Jangan berbuat kejahatan, lakukan kebajikan, dan sucikan pikiran sendiri, demikianlah ajaran Buddha."
Saya telah menulis lebih dari 150 buku. Pada hakekatnya, dari sekian banyak tulisan itu, saya dapat merangkumnya dalam satu kalimat, yakni 'Sucikan Pikiran Sendiri'.
Dalam Tantrayana, diyakini bahwa trikarma mampu berubah menjadi triguhya, yakni kesucian perbuatan, ucapan, dan pikiran. Dan inilah yang dimaksud sebagai 'Sucikan Pikiran Sendiri'.
Mengolah batin dan menyucikan pikiran, akan mencapai ke-Buddha-an.
Mendalami daya gaib, akan menjadi Mara.
Para penekun Sadhana Tantra Satya Buddha, camkanlah hal ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar