APAKAH BUDDHA ITU "MANUSIA LUAR ANGKASA"?

Seorang siswa saya yang bermarga Qiu menaruh minat yang sangat besar terhadap alam semesta, UFO, planet, dan lain sebagainya, ia pun telah membaca banyak buku yang berhubungan dengan bidang ini, makanya, ia percaya bahwa Tuhan itu manusia luar angkasa, Yesus itu manusia luar angkasa, bahkan dewa-dewa pun manusia luar angkasa. Ia bertanya pada saya, "Apakah Buddha itu manusia luar angkasa?"

Siswa Qiu berasumsi:

Padmasana -- lambang dari piring terbang.

Cahaya tubuh Buddha -- cahaya jet.

Konstelasi – tempat tinggal manusia luar angkasa.

Siswa Qiu berkata:

Bukankah "Sastra Purusa" di dalam Kitab Sutra mengatakan bahwa umat manusia berasal dari dewa "Surga Prabhasvara", terbang ke atas bumi, lalu menjadi nenek moyang pertama umat manusia.

Kitab Sutra menyebutkan, Saturnus yang indah, juga salah satu alam "Avalokitesvara Bodhisattva". (Ekadasamukha Avalokitesvara)

Kesaktian "Y.A Moggalana", satu kakinya bisa menginjak satu planet, kaki lain menginjak planet lain.

Buddhaloka "Shambala" dari Kalachakra, kemungkinan besar adalah nebula dari "sistem galaksi".

Sutra Amitabha: "Saat itu, Buddha bersabda pada Kulapati Sariputra, dari arah barat melewati 10 triliun alam Buddha terdapat dunia bernama Sukhavati."

Sepuluh triliun alam Buddha dan Sukhavatiloka ini bukankah berada di luar angkasa.

Amitabha Buddha adalah manusia luar angkasa di luar cakrawala. (Venus)

Sutra Buddha sering menyebutkan tentang "Kumpulan Para Dewa yang Tak Terhingga", bukankah itu persamuan para manusia luar angkasa.

Zaman sekarang makin banyak penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan, membuktikan bahwa di luar langit terdapat langit, penemuan terbaru menyebutkan bahwa di luar dari sistem galaksi kita, masih ada banyak planet di dalam sistem tata surya. Ini adalah penemuan yang lebih dalam di bidang kosmologi, astronomi, dan fisika, percayalah kelak satu per satu akan muncul ke permukaan.

Sutra Nava-graha menyebutkan:

Matahari adalah Avalokitevara dan Akashagarbha, bulan adalah Mahasthamaprapta dan Sahasrabhuja Avalokitesvara, Mars adalah Ratnasambhava Buddha, Merkurius adalah Prabhakaya Buddha, Jupiter adalah Bhaisajyaguru Buddha, Venus adalah Amitabha Buddha, Saturnus adalah Vairocana Buddha atau Ekadasamukha Avalokitesvara, Rahu adalah Vipasyin, Ketu adalah Amoghapasa.

Siswa bermarga Qiu ini bertanya:

"Apakah Buddha itu manusia luar angkasa?"

*

Mengenai pertanyaan yang diajukan oleh siswa bermarga Qiu, saya percaya banyak umat Buddha pun akan terbengong-bengong.

Saya justru mau balik bertanya:

"Memangnya bumi berada di luar sistim tata surya? Atau berada di dalam sistim tata surya. Lantas, apakah manusia luar angkasa itu? Apakah manusia dalam angkasa itu? Di dalam kesadaran makroskopik, memangnya bumi bukan luar angkasa? Bukankah manusia bumi itu manusia luar angkasa?"

"Jika bulan dijadikan pusat, manusia di atas bumi, tentu adalah manusia luar angkasa, menurut Anda benar atau tidak?"

Dalam hal ini, kita harus menentukan posisi dari "manusia luar angkasa", sebab jika berdiri di posisi planet lain, manusia bumi itu sendiri adalah "manusia luar angkasa".

Lebih lanjut:

Sakyamuni Buddha (Sang Buddha) bersabda, semua insan mempunyai Buddhata, para Buddha dan para insan adalah sederajat. Maksud dari Sang Buddha adalah "sadar", "sadar sepenuhnya", "pencerahan".

Dengan kata lain, asalkan para insan tekun dan gigih melatih diri dengan bersandar pada Dharma, para insan pun akan menjadi Sang Buddha yang sempurna dalam kebijaksanaan dan moral. Sang Buddha sama dengan kita orang biasa, yang "prajna tidak jatuh ke dunia", "karuna tidak meninggalkan dunia", Sang Buddha menjadikan "manusia" sebagai satuan.

Sang Buddha beranggapan: "Tubuh manusia sulit didapat."

Manusia adalah "cintamani".

"Manusia ada, Buddha pun ada."

Saya menjawab siswa Qiu:

"Tidak peduli Sang Buddha itu manusia atau manusia luar angkasa, semua adalah manusia." (Guru dewa dan manusia)

Tidak ada komentar: