Di dalam samadhi "Danau Daun" --
Saya tiba di "Surga Guna-megha" (Surga Awan Pahala), bertemu seorang siswa mulia, saya sangat heran lalu bertanya padanya, "Mengapa Anda bisa tiba di Surga Guna-megha?"
Siswa Mulia menjawab, "Karena ketulusan Bodhicitta saya menggugah dewa bajik di sepuluh penjuru, dengan menaiki guna-megha, mereka datang perlahan-lahan melindungi saya, saya menjapa Namo Buddha, Namo Dharma, Namo Sangha, bervisualisasi Mahaguru yang merupakan perpaduan dari Triratna, guna-megha yang terhimpun di sepuluh penjuru ini berkumpul di atas kepala saya, dan menjadi chattra pusaka. Sebenarnya saya tidak menekuni apa-apa, hanya menjapa Namo Buddha, Namo Dharma, Namo Sangha, bervisualisasi Mahaguru menetap di atas kepala."
Sang Siswa Mulia berkata, "Belakangan puspa-chattra guna-megha yang terhimpun ini, berangsur-angsur turun perlahan-lahan, ada yang masuk dan melebur di dalam diri saya, ada yang melindungi diri saya, saya telah menyatu dengan guna-megha."
Sang Siswa Mulia tiap hari menjapa: "Namo Buddha, Namo Dharma, Namo Sangha." Ia juga tidak menekuni Mahasadhana apapun, hanya bervisualisasi Guru Akar menetap di atas kepala, yang dijapa adalah ketiga kalimat ini sambil membentuk mudra Padmakumara.
Karena Sang Siswa Mulia menjapa secara konsisten, tubuhnya tidak hanya ditutupi oleh guna-megha, guna-megha bahkan meluas dan menyelimuti, memadati keempat sisinya, Sang Siswa Mulia juga benar-benar dapat beramal dan berdana, secara nyata memberikan persembahan ke atas dan beramal ke bawah dengan segenap kemampuannya.
Sang Siswa Mulia hanya menekuni sadhana ini saja!
Ini adalah sebuah Sadhana Trisarana biasa, namun, asalkan menjapanya secara konsisten, justru menjadi suci dan agung.
Siswa Mulia hanya mengandalkan sadhana ini saja, lantas naik ke "Surga Guna-megha". Jauh lebih baik ratusan kali lipat, ribuan kali lipat, bahkan puluhan ribu kali lipat dibandingkan dengan mereka yang ragu-ragu, yang sebentar percaya sebentar ragu, yang sebentar bersarana sebentar tidak bersarana, yang tidak lama bersarana, yang bersarana hanya penampilan saja, yang percaya ini dan itu, yang berbalik menyerang Guru Akar, yang mulutnya menjapa Namo Buddha, Namo Dharma, Namo Sangha, tapi meremehkan dan menfitnah Triratna, yang cinta nama dan harta, dan yang hanya menyuruh orang beramal, sementara dirinya tidak beramal.
Saya salut!
Membangkitkan Bodhicitta secara tulus dan konsisten, sungguh sangat penting!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar