Ketika menyepi dan bertapa di "Danau Daun", sehari saya makan tiga kali, setiap kali makan, saya selalu melaksanakan tataritual persembahan, makanan saya sangat sederhana dan sangat tawar, saya juga hampir jarang ganti pola makan, saya hidup seperti ini hampir 4 tahun. Duka! Duka!
Saat saya mempersembahkan, saya dapat merasakan "senang" dan "tidak senang" nya Dharmapala, pokoknya, persembahan selama 4 tahun terakhir, saya menyantap makanan tawar, Dharmapala juga menerima persembahan berupa makanan tawar, saya merasakan dengan jelas bahwa Dewa Dharmapala bungkam.
Suatu kali, saya melewati sebuah restoran saat meditasi berjalan, saya tiba-tiba pikir, mengapa tidak masuk dan duduk sebentar, lagipula perut juga sudah lapar, saya pun ganti sebentar "pola makan"! Tadinya saya makan tiga jenis sayur, satu mangkuk kecil sop, setengah mangkuk nasi, setiap kali makan selalu sama, selama jangka panjang, berat badan saya turun 20 pon lebih, dan hari ini, saya tiba-tiba masuk restoran.
Saya pesan semangkuk "mie kombinasi", tambah lagi sepotong kecil "pizza". Begitu saya mempersembahkan, tak disangka Dewa Dharmapala meloncat kegirangan, senangnya melebihi kata-kata, saya merasakan kesenangan yang luar biasa dari Dewa Dharmapala.
Suatu kali, terjadi kontak batin yang sudah bertahun-tahun terakhir belum pernah ada. Dalam hati saya berpikir, "Tak disangka Dharmapa juga suka hal-hal baru, Dharmapala juga begitu rakus, mempersembahkan makanan baru, mereka malah meloncat kegirangan, luar biasa gembira."
Tadinya saya berpikiran demikian:
Karena saya makan tiga jenis sayur, setengah mangkuk nasi, satu mangkuk sup, pola makan saya tawar, sup juga air garam saja, saya tahu kalau saya persembahkan kepada Dharmapala, reaksinya pasti tawar, saya pernah memberitahu mereka, kalian boleh pergi sendiri ke restoran besar untuk makan sendiri."
Namun, mereka berkata, "Yang namanya Dharmapala, senantiasa di sisi tuannya, tidak boleh meninggalkan barang sekejap pun, dalam setiap sisi kehidupan harus berada di sisi tuannya, mana mungkin cari makan sendiri di restoran besar." Mereka melanjutkan, "Pergi ke restoran besar untuk makan, memang tidak ada yang tahu, namun, tanpa izin dari tuannya, apalagi makanan ada pemiliknya, dosa ini sama dengan mencuri, Dewa Dharmapala juga mematuhi Pancasila, jika lapar, dan mencari makanan lain, itu juga berarti melakukan pencurian."
Begitu mendengarnya, saya merasa sangat hormat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar