Jejak Kaki di Pantai (Prakata)

Bertahun-tahun yang lalu, suatu kali dalam samadhi, Yaochi Jinmu menampakkan diri, Ia memberitahu saya, "Umur 66 tahun, Anda boleh kembali!"

Saya sangat terperanjat begitu mendengarnya.

Saya kira umur 66 tahun, saya akan kembali ke alam suci Mahapadminiloka, saya akan kembali ke sunyata.

Demi satu pernyataan yang sangat tegas ini, saat saya berceramah Dharma, saya mengumumkan pada siswa mulia saya.

Sampai umur 66 tahun, tanggal 14 April, saya secara mendadak memutuskan, dari Seattle - Amerika Serikat kembali ke Taiwan untuk menetap. Tanggal 15 April 2010, dengan yakin dan pasti, saya menjinjing koper sederhana, kembali ke kampung halaman Taiwan.

Saat ini, tiba-tiba tersadarkan.

"Umur 66 tahun, Anda boleh kembali!"

Ternyata kembali ke Taiwan yang pernah saya tempati 38 tahun.

Saya tinggal di Amerika Serikat selama 28 tahun, sungguh, umur 66 tahun kembali ke Taiwan untuk menetap!

Pohon setinggi seribu Zhang.
Daun gugur kembali ke akar.

Membuat saya mendesah tanpa batas!

Pad tanggal 16 Juni 1982, saya sekeluarga 4 orang, menjinjing 4 buntelan, pergi ke Seattle, Amerika Serikat.

Dan, pada tanggal 15 April 2010, saya sebatang kara, seorang diri kembali ke Taiwan untuk menetap.

Bagaimana masa depan?

Saya juga bingung!

Namun, saya juga seharusnya mempertahankan suasana hati saya, hidup sehari, bahagia sehari, hidup sehari, bersyukur sehari, hidup sehari, melatih diri sehari.

*

Apakah kita tidak merasa? Hidup sungguh ibarat sandiwara, diperankan sebabak demi sebabak, diperankan setahun demi setahun, diperankan sehari demi sehari, hingga suatu hari nanti, hari itu telah tiba ---

Layar diturunkan!
Siapa memerankan urusan hidup dan mati?
Pemeran utama juga tidak perlu menghaturkan terima kasih kepada penonton!
Segalanya telah berakhir!
Inilah titik akhir.

Sudahkah kalian melihat, baik orang suci, orang mulia, orang kaya, rakyat biasa, semua orang serentak menuju ke lokasi tetap yang sama.

Bagi saya, saya selalu merasa, kita umat Buddha, yang terpenting adalah:

- Menyaksikan Buddhata.
- Mempraktekkan Buddhata.
- Membuktikan Buddhata.

Kehidupan demikian, barulah benar-benar paling bermakna, kehidupan yang paling berharga!

Seseorang berkata, "Hidup ibarat angsa liar menginjak lumpur salju!"

Saya berkata, "Hanya jejak kaki di pantai semata!"

Yang kita lihat, jejak kaki di pantai, ketika ombak laut menerpa pantai, jejak kaki yang dalam pun lenyap tanpa bekas, jejak kaki saya, jejak kaki insan, semuanya hilang.

*

Setelah saya memahami hati dan menyaksikan Buddhata, baca ulang Wudeng Huiyuan, saya paham sepenuhnya, sehingga saya mempersembahkan pengalaman saya.

Semoga insan, sama-sama memahami hati dan menyaksikan Buddhata.

Semoga dapat memetik hikmah dari membaca buku ini.

Tidak ada komentar: