"BELAJAR AGAMA BUDDHA" TANPA BERGURU

Pembaca bermarga Zhu melayangkan surat yang berisi pertanyaan:

"Saya pernah mengunjungi sebuah cetiya pribadi milik seseorang, si pemilik cetiya menyebut dirinya orang pintar yang telah mencapai pencerahan, pencerahannya setingkat dengan pencerahan Sakyamuni Buddha. Ia juga mengasosiasikan dirinya sebagai titisan Sakyamuni Buddha, Mahaguru Lu, apakah ia titisan Sakyamuni Buddha?"

"Si pemilik cetiya ini diam-diam memberitahu kami bahwa ia tidak perlu berguru dalam belajar Agama Buddha, ia benar-benar mengerti dengan sendirinya tanpa bimbingan seorang guru. Bukti yang terpenting adalah, sejak Sakyamuni Buddha terlahir di dunia hingga mencapai pencerahan di bawah Pohon Bodhi, Beliau bahkan tidak punya seorang guru pun. Ia berkata, pencerahan yang sesungguhnya, sama sekali tidak membutuhkan guru, cukup dengan melatih sendiri dan mencapai sendiri. Kami orang-orang yang mendengarnya menjelaskan kebenaran berasumsi bahwa kata-katanya masuk akal, Mahaguru Lu, benarkah apa yang dikatakannya?"

"Si pemilik cetiya berkata, kita tidak perlu berguru dalam belajar Agama Buddha, cukup percaya saja pada Sakyamuni Buddha, dengan kata lain, cukup percaya saja pada si pemilik cetiya, yang terpenting berikan persembahan kepada si pemilik cetiya. Kemudian, ia mengutip uang dari kami masing-masing 18 ribu dolar, ia bilang 18 ribu adalah angka rahasia, ia menyuruh kami jangan berguru dalam belajar Agama Buddha, namun, kadang-kadang ia meminta kami memanggilnya guru, kami merasa kontradiksi dan membingungkan, Mahaguru Lu, benarkah jalan yang kami tempuh?"

*

Berikut jawaban saya:

Apakah Sakyamuni Buddha berguru dalam belajar Agama Buddha, silahkan baca "Sutra Bhadra-kalpa". Sutra ini menjelaskan sebelum Sakyamuni Buddha mencapai kebuddhaan, pernah berguru pada 22.800 Buddha.

Malah, Anda semua pun tahu:

"Dipamkara Buddha" yang memberikan vyakarana kepada Sakyamuni Buddha kelak mencapai kebuddhaan disebut dengan guru Sakyamuni Buddha.

"Dipamkara Buddha" adalah guru Sakyamuni Buddha.

Silahkan baca "Sutra Jataka", maka semuanya pun menjadi jelas.

Si pemilik cetiya mengatakan bahwa Sakyamuni Buddha tidak pernah berguru, ini menunjukkan bahwa ia tidak sepenuhnya mengerti.

Si pemilik cetiya mengatakan bahwa ia adalah titisan Sakyamuni Buddha, apakah itu benar, tergantung apakah ia memiliki kebijaksanaan Tathagata atau tidak, jika ada, tentu bagus. Jika tidak ada, tentu bukan. Hanya berdasarkan pernyataan belajar Agama Buddha tidak perlu berguru saja, menurut saya, ia sama sekali bukan.

Si pemilik cetiya mengatakan bahwa ia mengerti dengan sendirinya tanpa guru.

Ia berkata, belajar Agama Buddha tidak perlu berguru, namun, ia justru mau menjadi guru bagi umat-umatnya.

Memang kontradiksi.

Tidak masuk akal.

*

Saya beritahu pembaca bermarga Zhu ini.

Kita harus berguru dalam belajar Agama Buddha--

Ketahuilah kebenaran tertinggi dari Trisarana:

Bersarana pada Buddha -- bersarana pada kebijaksanaan Tathagata, belajar kebijaksanaan Buddha. Kebijaksanaan Buddha adalah pencerahan.

Bersarana pada Dharma -- bersarana pada Dharma yang disabdakan oleh Buddha, metode bagaikan peta, dengan adanya peta kita baru dapat sampai ke pantai seberang, mencapai pencerahan sejati.

Bersarana pada Sangha -- bersarana pada penuntun yang benar-benar memahami Buddhadharma, guru ini dapat menuntun kita menuju orientasi yang benar, inilah guru yang "memahami hati dan menyaksikan Buddhata", Sang Arya Sangha yang telah menyaksikan kebenaran.

Dalam belajar Agama Buddha, kita umat Buddha bersarana pada Buddha, Dharma, dan Sangha, ini barulah benar.

Jika seorang yang belajar Agama Buddha tidak bersarana pada seorang guru, ia bagaikan orang buta yang meraba gajah, sulit sekali baginya untuk mencapai pantai seberang.

Jika seorang yang belajar Agama Buddha tidak bersarana pada seorang guru, namun belajar sendiri, ia akan mengalami kesulitan yang sangat besar dalam memahami Buddhadharma.

Banyak orang yang salah mengerti isi Sutra jika ia hanya membaca sendiri!

Mengerti dengan sendirinya tanpa bimbingan seorang guru, sulit sekali! Sulit sekali!

Tidak ada komentar: