Tangis Pilu Roh Janin

Masih teringat dahulu tatkala saya membantu orang meramal, saya sudah bisa memastikan ‘berapa jumlah anak yang pernah digugurkan’, dengan melihat ‘bayangan darah’ yang ada di badan sang perempuan, yang identik dengan adanya berapa kehidupan si kecil dalam ‘bayangan darah’ tersebut, dan angka ini tak pernah meleset satupun…
            Semenjak delapan tahun silam, pada suatu kesempatan yang kebetulan, saya dari dunia fundamental ketiga, berkontak dengan fundamental keempat yang menakjubkan. Saat itu, saya terperanjat oleh penglihatan sendiri. Pandangan saya berubah total 360 derajat. Sebenarnya saya malas membicarakan hal yang sulit dimengerti ini. Alasan pertama, meski saya katakan, tetapi tak akan ada yang percaya. Alasan kedua, saya berharap diri saya ini adalah orang awam layaknya, agar tidak perlu selalu menerima padangan curiga dari orang lain, bahkan kehidupan tatkala menjadi unik begini, para tamu yang datang berkunjung sangatlah banyak, sampai-sampai tidak sempat makan dan tidur.
            Meski demikian ada satu temuan yang terpaksa harus saya katakan, yaitu saat saya melihat perempuan di jaman sekarang ,selain berpakaian indah dan beraksesoris, masih didapati tembusan bayangan darah yang merah segar. Tidak hanya ada pada kaum perempuan, begitu pula dengan sang gadis. Bayangan sinar merah segar itu bila dicermati, merupakan darah, di tengah-tengah darah tampak roh abnormal yang masih belum terbentuk. Ada perempuan yang tidak hanya memiliki satu bayangan, malah memiliki beberapa. Oleh karena sinar arwah itu putih, sementara warna bayangan darah itu merah, mudah sekali dikenali. Jumlah bayangan merah sama dengan banyaknya roh putih tiada berselisih.
            Di suatu senja, saya melewati jalan X di Taichung. Mentari memproyeksi sinarnya ke sebuah rumah sakit bersalin, sehingga bangunan tersebut tampak megah cemerlang. Di atas gereja seberang rumah sakit ada tanda salib.
            Begitu saya menengadahkan kepala, lalu melihat salib dan dibawah salib, terlihat segumpal besar bayangan darah mengapung di atas rumah sakit bersalin tersebut, seluas sebuah kolam besar. Mulut saya ternganga, tercengang karena terkejut. Saya sama sekali tidak menduga, diatas rumah sakit bersalin mengapung sekolam bayangan darah. Yang lebih mencengangkan lagi adalah banyak sekali roh-roh kecil yang abnormal berada di tengah-tengah kolam itu. Ada yang cacat, bergumpal menjadi sebuah bulatan, laksana ulat putih berbulu, bergerak-gerak di kolam darah. Sangat mengerikan, membuat bulu kuduk bergidik.
            Kolam darah itu laksana senja di cakrawala, merah dan berat.Kepala saya menjadi sedikit pusing, setelah cukup lama melihatnya terasa ingin muntah. Ada semacam bau amis yang menyerbu hidung, sungguh tak tertahankan.
            Tepat saat itu, seorang perempuan ang saya kenal keluar dari pintu kecil rumah bersalin yang dikelilingi oleh tembok. Dia bermarga Cai, dua tahun yang lalu ia pernah meminta saya meramal. Di badannya tertempel seberkas sinar darah (sinar darah yang tak dapat dilihat orang awam). Ketika mengangkat kepala dan melihat saya, dia tampak sedikit tersipu.

            “Aa… Tuan Lu.”
            “Yang keempat, bukan?” Saya terus terang menanyakannya. Karena dua tahun yang lalu, saat ia mendatangi saya, saya pernah langsung dan tegas mengatakan sudah yang ketiga kalinya. Kini saya melihat empat buah roh putih kecil yang tertempel di sinar darah, itu pastilah yang keempat.
            Dia mengangguk, agak malu.
            “Sebaiknya Anda jaga kesehatan. Jangan merusak diri sendiri.”
            “Saya merasa hidup ini tidak bermakna.”
            “Dulu Anda meramalkan saya akan memiliki 5 orang anak, berarti sekarang hanya tinggal satu,” kata Nona Cai.
            “Oleh karena itu, baik-baiklah menjaganya!”
            “Saya menduga diri saya terserang penyakit tumor. Seluruh badan tak bertenaga, pusing, pucat, lemas, tidak bernafsu makan, pencernaan juga tidak baik, berdebar ketakutan, telapak tangan berkeringat, jantung berdetak cepat tan[a sebab, manalagi terserang influensa. Bila tidak berdandan, saya akan tampak seperti setan.”

“Anda bukan mengidap penyakit tumor. Nona Cai, dengarkan nasihat saya, kembalilah ke daerah utara. Di sana Anda bisa memperoleh segalanya.”
            Rumah Npna Cai di utara, namun ia mengembara seorang diri di daerah tengah.
            Pesan saya, “Sesampainya di rumah, banyaklah menjapa nama Buddha dan bertobat atas segalanya.”
            “Lebih baik saya mendengar nasihat Anda,” jawab Nona Cai.

            Teringat dulu saat saya masih membantu orang meramal, begitu melihat ‘bayangan darah’ yang ada di tubuh sang wanita, dan melihat jumlah nyawa kecil di tengahnya, saya dapat memastikan ‘seberapa banyak anak yang telah digugurkan’. Angka ini tak pernah meleset.
            Dulu saat Nona Cai menemui saya, dengan pasti saya mengatakan tiga nyawa kecil yang telah digugurkan. Dia sempat terkejut lalu mengangguk mengiyakan. Saat itu juga saya menasihati dirinya agar tidak mengembara. Pulanglah! Keluarga Anda masih tetap membentangkan tangan menyambut kepulangan Anda.
            Nona Cai yang masih berdiri di hadapan saya, mengeluarkan selembar koran lama, yang memuat ‘Berita Mencari Orang’ dari kedua orang tuanya. Mereka mengharapkan kepulangannya untuk berkumpul kembali.
            Mengenai ‘aborsi’ ini, saya pernah mengkonsultasikan dengan seorang teman baik saya yang berprofesi sebagai ahli kandungan dan berpraktek di daerah selatan.
            Menurut dia, “Masalah ini tidak ada solusinya. Kami hanyalah dokter yang dibayar oleh pasien untuk melakukan hal sesuai permintaan si pasien. Apalagi hal ini sudah sangat umum. Meski hal ini secara moral dan intuisi menjadi hal yang dipertanyakan, kita anggap saja telah membantu orang mengatasi masalah. Kini, menanggapi tata hukum negara di seluruh dunia, ada yang pro dan ada yang kontra. Kita lebih konservatif, tentunya tidak diperkenankan.”
            Tambahnya, “Bagi ahli kandungan yang ingin meraup keuntungan, usahanya bisa jaya hanya dengan menempuh cara ini.”
            Saya menjadi sedih lantaran masalah ini. Kehidupan di dunia ini semakin kian membingungkan dan tidak berdaya, jalan mana yang akan ditempuh oleh sekelompok roh yang masih kecil ini? Trus membuntuti Ibu mereka, selamanya menempeli tubuhnya. Bereinkarnasi ataukah berkelana ke segala penjuru, menambah prana kejahatan serta kegarangan dunia ini. Sementara kebanyakan perempuan kesehatannya lemah. Bukankah ada sebabnya?

            (Sangat berterimakasih pada Nona Cai yang mengikuti nasihat saya. Ia kembali ke daerah utara, lalu menikah dengan seorang pegawai negeri. Akhir-akhir ini melahirkan seorang anak laki-laki montok. Kini mereka tinggal di Ban Jiao, melewati hidup dengan bahagia.)

Tidak ada komentar: