Bicara Soal Foto Bersinar

Seseorang bertanya, "Bolehkah bicara sebentar soal foto bersinar?"

Saya menjawab, "Mahaprajnaparamita-sastra bersabda: mengapa Tathagata senantiasa bersinar? Jawab: insan sekarang kurang memiliki berkah dan bodoh, sehingga mata tidak tahan dengan sinar-Nya, jika memancarkan banyak sinar, maka kehilangan indera penglihatan, jika insan bijak dan memiliki berkah besar, Buddha pun memancarkan terang tanpa batas."

Lebih lanjut, raja yang memancarkan ratusan sinar adalah Vairocana.

Kutipan di awal menjelaskan bahwa Tathagata senantiasa bersinar, malah tanpa batas. Mata orang awam tidak bisa melihatnya karena orang awam kurang memiliki berkah dan bodoh.

Menurut saya, tidak hanya Para Buddha bersinar, Bodhisattva juga bersinar, Vajra juga bersinar, Dharmapala juga bersinar, Dakini juga bersinar, Para Dewa juga bersinar. Makhluk surgawi juga bersinar. Tidak hanya begitu saja, siluman pun bisa bersinar, bahkan hewan yang kotor, tumbuhan, pun bisa sedikit bersinar, lanjutku.

Sebenarnya, bersinar adalah hal yang biasa, tidak perlu heran.

Menurut saya, dalam "frekuensi" tertentu, kamera kita bisa menangkap foto bersinar (di sini, saya ini hanya bisa menggunakan kata "frekuensi" untuk mewakilinya). Selain pencahayaan, sebenarnya semua adalah foto bersinar. Saya pernah menerbitkan beberapa buku untuk menjelaskan perihal "bersinar".

Seingat saya, suatu kali saya pergi mengunjungi Guru Thubten Dhargye, asistennya Thubten Qigong menjepret 2 lembar foto. Pada saat bersamaan. Memotret saya bersujud pada Guru Thubten Dhargye, tangan Guru menekan kepala saya, memberkati saya! Lembar kedua, Guru Thubten Dhargye, tetap menjulurkan tangan. Kepala dan tubuh saya, sekujur tubuh saya hilang tanpa bekas, apakah hilang?

Guru Thubten Dhargye berkata, "Mahaguru Lu bisa ilmu menghilang!"

Saya menjawab bahwa saya tengah baca Mantra Marici, Marici ada ilmu penghilang!

Suatu kali lagi, kami pergi berwisata ke Itali, ketika tiba di St. Paul's Cathedral. Acarya Lianning memotret saya dan Gurudhara, latar belakang adalah tempat pemakaman St. Paul. Di belakang saya tidak ada siapa-siapa. Di dalam foto, di belakang kami muncul sesosok "manusia bersinar", begitu "manusia bersinar" ini diperhatikan lebih seksama, ternyata St. Paul. (Di setiap tempat yang kita jalani, segala makhluk suci di sepuluh penjuru pun akan menampakkan diri)

Foto bersinar saya juga tidak sedikit (diri saya bersinar). Semua hasil jepretan umat se-Dharma.

Apakah kalian sempat memperhatikan bahwa dalam hidup saya ini, saya tidak pernah memiliki kamera, saya sendiri tidak main kamera. Saya sendiri juga tidak punya kamera, foto bersinar saya, semua adalah hasil jepretan umat.

Selama saya fokuskan pikiran. Selama saya mengadakan upacara. Selama saya leluasa menggunakan kesaktian. Selama saya meditasi. Selama saya mengundang Buddha Bodhisattva. Selama saya suka. Selama saya mengerahkan prana. Kamera umat memotret saya, akan tertangkap foto bersinar. (foto bersinar dengan beragam bentuk pun ada)

Sajak:
Tanda seru
Tak disangka berlembar-lembar foto bersinar lagi
Datang dan pergi mengiringi 7 warna
Atau semacam simbol yang khas
Atau biasa saja
Ini hanya menghidupkan diri sendiri

Tidak ada komentar: