Dewa Wabah Lima Penjuru

Lewat memasuki meditasi yang sangat mendalam babak kelima, saya masuk ke akhirat dan bertemu Raja Yama, kami pun saling mengobrol.

Tiba-tiba, "Istana Yama" menjadi hiruk pikuk, tak disangka, seketika, ribuan orang menyerbu masuk.

Raja Yama bertanya pada prajurit setan, "Apa yang terjadi?"

Prajurit setan menjawab, "Dunia manusia terjadi wabah, seketika tewas manusia sebanyak ini."

Raja Yama bertanya pada saya, "Mahaguru Lu, tahukah Anda sebesar apa pahala Anda?"

Saya menjawab, "Tidak tahu."

Raja Yama berkata, "Pahala Anda sebesar langit!"

Saya agak heran, apaan pahala sebesar langit, saya tidak pernah memikirkannya.

Raja Yama berkata, "Suatu tahun, Kaisar Langit menitahkan Dewa Wabah Lima Penjuru turun serentak ke dunia manusia, dunia manusia akan mengalami bencana terbesar selama beribu-ribu tahun terakhir, Dewa Wabah Lima Penjuru ini bukan dewa biasa, mereka akan memberesi lebih dari separuh jumlah umat manusia, bahkan meluas hingga seluruh dunia, manusia di seluruh dunia ketakutan."

Raja Yama melanjutkan, "Waktu itu kebetulan Anda tengah menyepi, demi menyelamatkan para insan, Anda naik ke Alam Suci Yaochi, mengambil buntelan suci Yaochi Jinmu dan turun ke Dunia Saha, dengan buntelan suci menarik kembali Dewa Wabah Lima Penjuru. Wabah itu tadinya akan memberesi umat manusia, baru sebentar saja sudah hilang tanpa jejak, tadinya itu bencana besar umat manusia, tapi semuanya telah Anda selamatkan sekaligus."

Saya berkata, "Memang ada kejadian demikian. Namun, saya kira itu hanya sebuah wabah kecil saja, umat manusia bisa mengendalikan sendiri, bukan jasa dari buntelan suci Yaochi Jinmu, benarkah itu bencana besar umat manusia?"

Raja Yama menjawab, "Tadinya Kaisar Langit mau separuh umat manusia binasa baru sudi berhenti, tapi justru telah Anda tolong secara tak disengaja. Kaisar Langit memandang wajah emas Yaochi Jinmu, sehingga meredakan sebuah bencana. Memangnya Anda tidak tahu bahwa Anda memberesi Dewa Wabah Lima Penjuru dalam waktu seketika?"

Saya merinding, sungguh tidak berani percaya.

Raja Yama berkata, "Karena dunia manusia ada Anda, Anda bahkan menyuruh siswa Anda menjapa Mantra Peredam Bencana, dengan adanya buntelan suci Yaochi Jinmu dan Mantra Peredam Bencana, krisis umat manusia ini barulah reda."

Saya terbelalak dan menganga.

Raya bertanya pada Raja Yama, "Mengapa Kaisar Langit mau membinasakan umat manusia?"

Raja Yama menjawab, "Kaisar Langit melihat hati umat manusia makin lama makin egois, makin lama makin bodoh, makin lama makin kotor, semua pikiran yang terlintas adalah dosa. Apalagi umat manusia membunuh, mencuri, berjinah, dan berdusta, mereka semua tidak tahu malu, itu sebabnya, Kaisar Langit murka, sehingga menurunkan bencana!"

Saya berkata, "Di dunia manusia ini masih banyak orang suci yang menjalankan ajaran welas asih!"

Raja Yama berkata, "Minoritas."

Saya berkata, "Selain itu, Buddhadharma dibabarkan besar-besaran agar dapat menyeberangkan umat manusia!"

Raja Yama berkata, "Itu hanya luar saja."

"Mengapa hanya luar saja?" tanya saya.

"Nama dan keuntungan belaka," jawab Raja Yama. Beliau melanjutkan, "Di antara langit dan bumi, luasnya dunia ini, orang yang benar-benar cerah tidak seberapa, Anda Mahaguru Lu adalah salah satunya, sayang segigih apapun Anda, umat manusia tidak melihatnya, dan fitnah justru bertambah dan tidak berkurang, seorang Buddha sejati yang telah cerah dan menyaksikan kebenaran, dihina sedemikian rupa oleh manusia, lumrah kalau Sepuluh Raja Yama pun murka."

Saya terbahak-bahak, "Dari dulu sampai sekarang memang seperti itulah."

Raja Yama bertanya, "Mengapa umat manusia begitu buta, orang yang munafik dielu-elukan secara membuta, orang yang telah cerah dihina secara keji?"

Saya berkata, "Bagaimanapun dunia manusia ini, orang yang telah cerah ibarat Sang Buddha, jarang sekali ibarat bintang pada siang hari, sementara orang yang belum cerah, sebanyak pasir di Sungai Gangga, dipikir-pikir, pada dasarnya memang begitu, buat apa marah."

Raja Yama mengangguk, "Tak heran orang yang naik ke surga sedikit, orang yang turun ke neraka, sebanyak ikan yang mengarungi sungai."

Saya bertanya, "Kapan wabah di dunia manusia ini bisa reda?"

Raja Yama menjawab, "Selama manusia tidak ada pikiran positif, tidak akan reda selamanya."

Saya bertanya, "Akankah Dewa Wabah Lima Penjuru turun lagi?"

Raja Yama menjawab, "Karena Anda Mahaguru Lu ada di dunia Saha, Dewa Wabah Lima Penjuru takut pada Anda, dengan sendirinya mereka tidak akan turun lagi, namun, begitu Anda kembali ke langit, Dewa Wabah Lima Penjuru pasti akan turun, saat itu umat manusia pun binasa."

Sajak:
Hati manusia ibarat ular dan kalajengking.
Kaisar Langit murka.
Hanya memohon pada maha-arya.
Menetap selamanya di dunia manusia.

Tidak ada komentar: