WARTAWAN HU XUE

Hu Xue (nama samaran), seorang wartawan surat kabar besar, juga wartawan pengasuh sebuah majalah mingguan.

Suatu kali, pembabaran Dharma saya menyebabkan kegemparan setempat.

Organisasi Zhenfo Zong kita ini, dari dulu sangat lemah dalam aspek "hubungan masyarakat", dalam aspek "media" pun jarang menjalin hubungan, dalam aspek "promosi" pun boleh dibilang nol.

Dengan kata lain, kita sepenuhnya mengandalkan "kekuatan fakta", sama sekali tidak mengerti promosi dan pengemasan.

Sama sekali tidak ada hubungan "diplomasi".

Saya pribadi, hanya mengerti menekuni Buddhadharma dengan sungguh-sungguh, berceramah Dharma, menulis, dan melukis.

Selebihnya, saya memang tidak mengerti.

Oleh karena itu, dari dulu sampai sekarang, kita tidak pernah mendapat "nilai positif" di mata "media".

He he!

Begitulah saya.

Semaunya.

*

Pembabaran Dharma saya menyebabkan kegemparan.

Satu kata pun dari isi pembabaran Dharma saya tidak pernah ditulis oleh wartawan, sebaliknya wartawan selalu "mencari duri dalam telur", banyak serangan ditujukan pada diri saya, pokoknya saya ditulis hingga hitam legam.

"Difitnah".

"Dihina".

"Ditertawai".

"Diejek".

Dan lain-lain.

Salah satunya, wartawan bernama Hu Xue, liputan satu halaman penuh yang ditulisnya paling menghebohkan. Singkat kata, semuanya serba rekayasa, tentu saja paling menarik perhatian massa.

Sementara saya, tidak pernah mengindahkannya.

Tidak apa-apa.

*

Setelah kejadian ini berlalu, muncul sebuah kabar:

Wartawan Hu Xue berjalan pakai tongkat!

Wartawan Hu Xue bercerita pada orang lain:

Suatu hari, ia mencari berita, lalu tinggal di sebuah hotel besar tepi danau.

Ia akhirnya tertidur setelah menulis artikel hingga larut malam, lalu ia bertemu seorang jenderal dewa, membawa serta tentara langit dan jenderal langit, mengepungnya.

Jenderal dewa itu mengenakan baju zirah, gagah dan berwibawa, dengan tegas berkata padanya:

"Mengapa Anda menghina Yang Arya yang telah memahami hati dan menyaksikan Buddhata lewat tulisan Anda?"

"Mana ada!" Hu Xue membela diri.

"Yang Arya ini adalah Buddha Hidup Lian Sheng, Sheng-yen Lu."

Wartawan Hu Xue tersentak.

Jenderal dewa itu tanpa banyak bicara, mengeluarkan goloknya, lalu memotong kaki wartawan Hu Xue.

Wartawan Hu Xue berteriak histeris, urat kakinya putus.

Ia terbangun karena kesakitan.

Tak disangka, sejak itu ia harus berjalan pakai tongkat, terpincang-pincang.

*

Kejadian ini saya dengar langsung dari mulut rekan sekerjanya. Hu Xue sendiri sudah berniat untuk bertobat, ia bilang, inilah akibat dari orang yang suka menfitnah orang lain.

Wartawan Hu Xue sendiri, sama sekali tidak beragama, sekarang sudah mulai menyebut nama Buddha.

Kejadian demikian, saya tidak berani berkomentar yang tidak-tidak, hanya berharap urat kakinya segera sembuh.

Segala sesuatu sebaiknya dipertimbangkan karmanya!

Tidak ada komentar: