SIAPA GURU BIJAK SEJATI

Ada sebuah kisah kecil sebagai berikut:

Seorang inspektur pendidikan bertanya pada seorang siswa, "Siapa yang membakar Afanggong?"

Siswa menjawab, "Bukan saya."

Si inspektur pendidikan marah sekali begitu mendengarnya. Si siswa kemudian dipanggil ke kantor kepala sekolah, lalu si inspektur pendidikan berkata kepada kepala sekolah, "Anda lihat, siswa ini begitu bodoh, saya tanya padanya siapa yang membakar Afanggong, ia menjawab, bukan saya."

Kepala sekolah menjawab, "Ia benar, memang bukan dia yang membakar Afanggong. Juga bukan saya."

Inspektur pendidikan, "..........."

Saya terbahak-bahak begitu mendengar cerita lucu ini.

Seingatku suatu kali ---

Sekelompok orang sedang berdiskusi "Siapa guru bijak sejati?" "Siapa guru bijak nomor satu di kolong langit?" "Siapa orang yang benar-benar mencapai pencerahan?" "Siapa orang nomor satu pada saat ini?"

Ada yang menjawab, "Suma Ching Hai."

Ada yang menjawab, "Master Cheng Yen."

Ada yang menjawab, "Master Hsing Yun."

Ada yang menjawab, "Dalai Lama."

........

Jawaban dari sekelompok orang itu persis seperti kalimat di dalam Yijing(Kitab Perubahan), "Cara pandang dari seorang yang susila disebut kesusilaan, cara pandang dari seorang yang bijak disebut kebijaksanaan, orang awam serring menggunakannya dalam kehidupan sehari hari, namun tidak mengetahui maknanya."

Saya juga terbahak-bahak.

Guru Zen Zhigong berkata, "Jika dalam kehidupan ini, Anda tidak bertemu seorang guru bijak sejati, Anda memang sia-sia belajar Buddhadharma Mahayana. Kekuatan seorang umat Buddha sangat kecil, sekalipun Anda telah menguasai Triarya, Caturphala, dan Dasabhumi, namun Anda hanya duduk di antara orang awam dan orang suci, tidak dapat benar-benar menyaksikan kebenaran. Anitya adalah Dharma yang tidak kekal, bagaikan memanah, jika kekuatan telah habis, panah tetap akan terjatuh."

Guru Zen Zhigong berkata, "Jika seorang umat Buddha tidak bertemu seorang guru bijak, biarpun Anda mengusahakan lewat bahasa, memohon pada Buddha, memohon pada Sangha, mengusahakan lewat Zen, Sukhavati, Tantra, Vinaya, dan lain sebagainya, tetap tidak dapat melampaui seketika. Walau telah belajar selama tiga tahun, lima tahun, bahkan sepuluh tahun, tetap tidak mengena dengan Buddhadharma."

Guru Zen Zhigong terakhir berkata, "Semua sabda Tathagata untuk menyadarkan manusia, ibarat mengatakan daun kuning adalah emas demi menghentikan tangisan anak kecil. Ini sungguh tidak nyata. Jika ada yang menganggapnya nyata, tidak dapat benar-benar menyaksikan kebenaran."

*

Sekarang, saya bertanya pada Anda semua:

"Siapa guru bijak sejati?"

"Siapa guru bijak nomor satu di kolong langit?"

"Siapa orang yang benar-benar mencapai pencerahan?"

"Siapa orang nomor satu di kolong langit pada saat ini?"

Demikian jawaban saya:

"Orang yang tidak dapat apa-apa."

"Orang yang tidak punya apa-apa."

"Orang yang tidak mengharapkan apa-apa."

"Orang yang spontan pada saat ini."

Jika Anda semua berulang kali kehilangan seorang guru bijak, sama sekali tidak ada satu pun "Ru Tou Chu". Mencari dengan segala cara, selamanya tidak tahu apa itu Anuttara Samyaksambodhi.

Tidak ada komentar: