AYAM MEMATUK MATA PENJAGAL

Di alam baka, saya menyaksikan Raja Yama mengadili seorang penjagal.

Raja Yama berkata, "Sudah berapa ekor ayam yang kamu sembelih selama di alam fana?"

Penjagal menjawab, "Tak dapat dihitung."

Raja Yama berkata, "Karma pembunuhan itu paling berat. Biarlah ayam yang kamu sembelih itu mematuk matamu, bagaimana?"

"Itu akan sakit sekali!" sahut penjagal.

"Memangnya ayam yang kamu sembelih itu tidak merasa sakit?" tanya Raja Yama.

Penjagal membisu.

Tampak ayam maju satu per satu mematuk mata penjagal. Dua ekor ayam berhasil mematuk kedua bola mata penjagal, lantai penuh dengan darah. Penjagal menjerit, "Sakit....!"

Namun, kedua bola mata penjagal itu segera tumbuh kembali. Dua ekor ayam lain menyusul maju mematuk lagi kedua mata penjagal.

Ratapan sadis tak henti-henti......

Darah terus bercucuran.

Dua bola mata yang baru segera tumbuh. Jutaan ekor ayam maju teratur. Bola mata yang berlumuran darah bergelinding di tanah. Sungguh adegan yang tragis.

*

Kitab sutra menyebutkan:

Buddha bersabda pada Sogha, "Terdapat sepuluh jenis karma yang membuat makhluk berbuah karma pendek umur: (1) Membunuh dengan tangan sendiri. (2) Menganjurkan orang lain membunuh. (3) Memuji aksi pembunuhan. (4) Senang melihat pembunuhan. (5) Bermaksud mematikan orang yang dibenci. (6) Senang menyaksikan kematian orang yang dibenci. (7) Merusak janin orang lain. (8) Menghasut orang lain melakukan aksi perusakan. (9) Makhluk hidup dijadikan kurban sebuah ritual. (10) Menghasut orang lain saling membunuh. Kesepuluh karma di atas akan berbuah karma pendek umur."

Menurut hemat saya, bukan saja berbuah karma pendek umur, bahkan harus dibayar dengan karma pembunuhan kasus per kasus sampai tuntas!

Begitu pula yang dialami penjagal tersebut.

Saya merasa iba menyaksikan adegan "ayam mematuk mata penjagal", lalu berkata pada Raja Yama, "Saya ingin menyelamatkan penjagal!"

"Kalau Anda merasa tidak tega, silahkan saja, terserah Anda!" papar Raja Yama.

Saya memanggil penjagal ke pinggir, lalu mengajarinya menyebut, "OM. GURU. LIAN SHENG SIDDHI. HUM."

Penjagal segera dapat menguasainya.

Saya berpesan, "Begitu seekor ayam maju, bacalah satu kali; ayam berikutnya maju, bacalah dua kali. Jutaan ekor ayam maju, bacalah berjuta-juta kali."

Penjagal menggelengkan kepala, "Jutaan kali, terlalu susah."

"Mau dipatuk jutaan kali atau mau membaca jutaan kali?" "Mendingan baca mantra saja!" sahut penjagal.

*

Memang aneh, begitu penjagal membaca satu kali "OM. GURU. LIAN SHENG SIDDHI. HUM." ayam lenyap satu ekor; baca dua kali, ayam lenyap dua ekor. Penjagal mati-matian membacanya, ayam pun satu per satu lenyap.

Ketika membaca sampai jutaan kali, tiba-tiba terdengar suara menggelegar, seluruh ayam jadi lenyap. Penjagal terus membaca, tampak di bawah kakinya muncul teratai putih.

Sungguh seperti yang dikatakan dalam sebuah kalimat sebagai berikut:

"Di alam ini, hanyalah teratai putih yang mampu mengakhiri segenap ilusi dalam segala sebab dan kondisi."

Raja Yama merasa kagum menyaksikan hal ini!

Sedangkan ayam yang pernah dibunuh penjagal itu terseberangkan seluruhnya. Sungguh ajaib!

Mantra Padma Putih!

*

Pertanyaanku untuk umat suci:

Ketika menjapa "OM. GURU. LIAN SHENG SIDDHI. HUM.", tentu Anda memahami mantra ini karena saya sudah berulang kali menjelaskannya. Namun, dalam mantra ini, tahukah Anda kata mana yang berarti Buddhata? Kata mana yang berarti citta (Hati)?

Silahkan diskusi!

Tidak ada komentar: