Apakah itu ‘Penjapaan Benar’ ?
Saya menjawab :
“Cara menjapa mantra dan melantunkan gatha yang tepat dalam Tantrayana.”
Bagaimana cara mempraktekkan ‘Penjapaan Benar’ ?
Subahu-pariprccha-sutra Varga ke 5 mengatakan :
“Saat
menjapa jangan terlampau cepat juga jangan terlampau lambat, volume
suara tidak terlalu keras juga tidak terlalu kecil, jangan dilakukan
sambil berbicara dengan orang lain maupun sambil melakukan hal-hal lain,
jangan sampai ada aksara yang terlewat.”
“Bermalasan, menuruti
keserakahan dan kemelekatan, berniat buruk, dalam berbagai kondisi
pikiran tak terkendali, segeralah kendalikan batin Anda dari segala
macam kondisi buruk tersebut, konsentrasikan batin pada aksara terunggul
dari mantra tantra.”
Kalimat yang awal membahas perihal suara mantra.
Mantra harus lengkap , jangan sampai ada yang terlewat.
Jangan membagi konsentrasi pada hal-hal lain.
Kalimat yang terakhir membahas perihal jangan mengumbar pikiran dan hendaknya berkonsentrasi pada mantra tantra.
Menurut
saya pengulasan dalam Susiddhikara Sutra merupakan yang paling jelas :
“Saat menjapa tidak boleh sambil mengantuk, tidak boleh menguap, tidak
boleh mengeluarkan ingus, tidak boleh meludah atau mengeluarkan dahak,
tidak boleh buang angin, tidak boleh sambil buang air kecil maupun air
besar.”
Tapi bagaimana jika terlanjur melakukan hal tersebut ?
Letakkan japamala, bangkit dan berjalanlah, kemudian lakukan pembersihan dengan pemercikan air suci.
“Penjapaan semacam itu tidak masuk hitungan.”
Dan lagi :
“Apabila
saat menjapa mantra mendadak menghentikannya, maka harus kembali berdoa
kepada Yidam, dengan kata lain kembali mulai dari awal.”
Dan lagi :
“Belum melakukan simabandhana, atau tidak bersih, sedang sakit, sedang kelelahan, atau mendapatkan mimpi buruk . . . “
“Penjapaan yang telah dilakukan tidak masuk hitungan.”
●
Demikian pandangan saya terhadap ‘Penjapaan Benar’ :
Yang
paling penting adalah konsentrasi penuh, boleh juga memvisualisasikan
rangkaian aksara mantra memancarkan cahaya, ada juga yang
memvisualisasikan aksara mantra, namun yang paling umum adalah mulut
menjapa, telinga mendengar dan berkonsentrasi pada suara.
Menggunakan japamala juga harus sesuai aturan.
Saat hendak menggunakannya dan setelah menggunakannya, harus menghaturkan namaskara pada Para Adinata.
Dalam memadukan penjapaan dan penekunan homa :
Apabila
melakukan penjapaan di siang hari, maka api homa dilakukan pada malam
hari. Apabila melakukan penjapaan di malam hari, maka api homa dilakukan
di siang hari. Yang terbaik adalah setelah rampung menjapa mantra dapat
menekuni api homa.
●
Menurut saya ada empat macam ‘Penjapaan Benar’ :
1. Berdiam pada suara.
2. Berdiam pada batin.
3. Berdiam pada aksara.
4. Berdiam pada ‘Sva’.
Arti
dari berdiam adalah berkonsentrasi, dengan kata lain berkonsentrasi
pada suara, berkonsentrasi pada batin, berkonsentrasi pada aksara mantra
dan yang terakhir berkonsentrasi pada ‘Sva’. Kata ‘Sva’ ini yang paling
sukar dipahami, ‘Sva’ ini berarti mengamati Devakaya yang sedang
ditekuni, melepaskan wujud aksara, dari Jnanakaya, ini merupakan Diri
Sejati yang direalisasi dari Yidam.
Penjapaan mantra dengan
metode ‘Penjapaan Benar’ sepenuhnya demi menghentikan kondisi pikiran
yang kacau, dengan penekunan ‘Penjapaan Benar’ sadhaka tantra menyerap
batin dari segala kondisi, dan pada akhirnya bersemayam pada
kesunyataan.
●
Cara menggunakan japamala :
Memegangnya di depan dada.
Jangan terlampau tinggi juga jangan disandarkan pada paha.
Tangan kanan dan kiri bersama memegang japamala.
Apabila
japamala dipegang dengan satu tangan, maka tangan yang lain harus
memegang vajra, namun apabila tiada vajra, maka harus menjapa sambil
membentuk Mudra Vajramusti.
Mengenai jumlah penjapaan, dalam Susiddhikara Sutra ada dikatakan :
“Bagi
mantra yang terdiri dari lima belas aksara ke bawah, harus sesuai
dengan jumlah aksaranya menjapa masing-masing berlaksa kali ( seratus
ribu ), apabila aksaranya sebanyak 32, maka japalan tiga laksa, namun
apabila aksaranya lebih banyak dari 32, maka harus terlebih dahulu
dijapakan sepuluh ribu kali.”
Namun bagi sadhaka Zhenfo,
dikarenakan keterbatasan waktu, maka diperbolehkan menjapa sesuai
kemampuan, tiada ketetapan. Ada banyak sadhaka Zhenfo yang bertanya
kepada saya : “Dalam menjapa mantra, selain menggunakan metode
‘Penjapaan Benar’, bolehkah menjapa mantra dimanapun dan kapanpun ?”
Saya menjawab :
Menjapa
mantra dimanapun dan kapanpun tergolong sebagai ‘Penjapaan Bebas’,
bukan ‘Penjapaan Benar’. Menurut saya dalam hal ‘Penjapaan Bebas’ tiada
ketentuan boleh ataupun tidak boleh, sebab ‘Penjapaan Bebas’ juga
merupakan salah satu metode melatih diri, namun tentu saja manfaatnya
lebih minimal. Yang paling tepat adalah ‘Penjapaan Benar’, sebab dapat
menuntun batin pada konsentrasi. Dalam ‘Penjapaan Benar’ selain
berkonsentrasi pada yidam, tidak boleh membagi konsentrasi pada hal
lain, dengan demikian tentu saja metode inilah yang paling baik.
1 komentar:
daftar situs judi slot online terpercaya
daftar situs slot gacor
daftar situs slot
daftar slot gacor
daftar slot online
Posting Komentar