Prakata: Rahasia Zen di dalam Lelucon
Saya berkata: Zen sulit sekali dimengerti.
Namun, rahasia Zen di dalam lelucon, mudah sekali dimengerti.
Inilah alasan saya menulis buku ini. Dari yang dangkal, masuk ke yang dalam.
Semoga bermanfaat!
Mari cerita sebuah lelucon:
Laoli membawa istri pertama kali berwisata ke mancanegara, naik pesawat terbang, pesawat terbang mengalami turbulensi, berguncang hebat, bahkan air dalam gelas pun tumpah dan berhamburan di lantai.
Istri memegang erat-erat Laoli, dengan panik berkata, “Pesawat terbang ini sepertinya mau hancur atau sepertinya mau jatuh.”
Laoli berkata pada istri, “Jangan takut! Jangan kuatir, lagipula pesawat terbang ini bukan milik kita.”
Ha! Ha! Ha!
Mari kita bahas lagi tentang Zen.
Akhir-akhir ini, ada orang menyebarkan kabar bahwa pada tanggal 21 Desember 2012 adalah hari kiamat dunia, karena buku almanak Suku Maya, Meksiko hanya sampai tanggal 21 Desember 2012, artinya tidak ada tanggal 22.
Seseorang bertanya pada Mahaguru Lu, “Apakah ada kiamat dunia?”
Saya menjawab, “Tidak ada!”
Bertanya lagi, “Jika benar-benar ada, apa yang Anda lakukan?”
Saya menjawab, “Tidak ada hubungan dengan saya!”
Bertanya lagi, “Apakah kiamat dunia tidak ada hubungan dengan Mahaguru Lu?”
Saya menjawab, “Benar. Dunia adalah dunia. Saya adalah saya.”
Pendatang bertanya, “Mahaguru Lu hidup di dunia ini!”
Saya menjawab, “Apakah saya hidup?”
(Kalimat ini adalah Zen. Apakah siswa mulia dapat memahaminya? Penting sekali, penting sekali!)
Guru Zen Guangde dari Xiangzhou. (Ini adalah sebuah koan, harus dipikirkan sejenak.)
Bhiksu bertanya, “Apa itu Buddha?”
Guru Zen Guangde menjawab, “Menunggang sapi secara terbalik dengan memakai topi rumput, rumput dalam tak tampak kepala.” (menakjubkan)
Bhiksu bertanya, “Apa maksud patriak datang dari barat?”
Guru Zen Guangde menjawab, “Ikan melompat di air tanpa sumber, burung berkicau di bunga layu.” (sempurna)
Bhiksu bertanya, “Apa itu lautan maha-nirvana?”
Guru Zen Guangde menjawab, “Hilir mudik di tengah keramaian kota, tidak sendirian.” (pintar)
Bhiksu bertanya, “Ketika manusia sakit, diobati oleh raja dokter, raja dokter sakit, siapa yang mengobati?”
Guru Zen Guangde mengulurkan sepasang tangan dan bertanya, “Siapa yang mengobati saya?”
Bhiksu berkata, “Tidak mengerti!”
Guru Zen Guangde menjawab, “Murid Semeru membuat obat, kesombongan empat lautan dijadikan kuah.” (Tidak ada sangkut paut)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar