Ada seorang bernama
Lianhua Yuehui melahirkan seorang putra, saat anak ini lahir, kepala
bulat dan bertelinga panjang, mirip sekali dengan Maitreya versi China,
berkepala bulat, berperut bulat, keempat anggota badan juga gemuk,
tertawa lebar, sangat gembira, mengikuti lomba bayi sehat, mendapatkan
juara satu.
Belakangan tumbuh dewasa, keluarganya menemukan ada tanda-tanda aneh.
Berjalan tertatih-tatih.
Tidak bisa bicara.
Kedua mata tidak bisa melihat dengan jelas.
Keluarganya
memintanya melakukan sesuatu, ia tidak bisa lakukan, atau tidak
mengerti melakukan, bentuknya makin lama makin mirip cacat mental.
Sering tertawa dingin.
Meneteskan air liur.
Hanya bisa berteriak, “Ah! Ah!”
Orang tuanya kuatir, diperiksakan ke dokter, ada seorang dokter berkata bahwa ia menderita sejenis epilepsi.
Dokter lain berkata bahwa ia menderita autisme.
Orang tuanya membawanya ke hadapan saya.
Saya
menjamah kepala memberkati si anak, saya menyarankan orang tuanya
sering menjapa Mantra Bodhisattva Manjushri dan melimpahkan jasanya
kepada si anak. Mantra Manjushri adalah, “Om A La Ba Zha Na Di”.
*
Lianhua Yuehui adalah siswa yang bersradha sangat teguh.
Ada orang berkata, “Kalian percaya Mahaguru Lu, namun, malah melahirkan putra kesayangan seperti ini, masih percaya apa lagi?”
Lianhua Yuehui menjawab, “Ini adalah rintangan karma kami sendiri, mana boleh menyalahkan Mahaguru Lu!”
Orang itu berkata, “Bukankah Mahaguru Lu akan melindungi?”
Lianhua
Yuehui menjawab, “Mahaguru Lu memiliki 5 juta siswa, rintangan karma
setiap orang berbeda-beda; ini sama seperti begitu banyak penganut Agama
Buddha, rintangan karma juga berbeda-beda, bukan berarti setiap umat
Buddha selamat sejahtera dan segalanya berjalan dengan baik!”
Lianhua
Yuehui melanjutkan, “Sang Buddha hanya mengajari kita ketidakkekalan.
Sang Buddha sendiri juga mengalami lahir, sakit, tua, dan kematian,
sama-sama mengalami banyak bencana!”
Si pendatang merasa malu dan pergi.
*
Lianhua Yuehui lebih rajin lagi menjapa mantra Manjushri.
Tiba-tiba
suatu malam, melihat Bodhisattva Manjushri datang, Bodhisattva
menunggang singa, menampilkan warna lazuardi, Bodhisattva berwarna hijau
tua, singa berwarna kuning, hanya terlihat Bodhisattva memegang pedang.
Hanya satu sabetan pedang, kepala si anak dipenggal.
Yuehui sangat sedih!
Namun,
terlihat Bodhisattva Manjushri membawa sebuah kepala dari tempat lain,
secara perlahan, kepala tesebut dipasangkan ke leher si anak.
Yuehui terkejut sekali melihatnya.
Saking terkejutnya, ia pun terbangun, ternyata hanya sebuah mimpi.
Ia melihat anaknya.
Terlihat si anak tertidur pulas, melihat leher si snak, tidak ada keanehan, ia pun lega.
Setelah
bermimpi seperti ini, suami pulang dari luar kota, membeli sebuah
pratima Bodhisattva Manjushri yang terbuat dari lazuardi, Bodhisattva
berwarna hijau tua, singa berwarna kuning, Yuehui melihatnya, berseru
keras, “Luar biasa!”
Yang paling luar biasa adalah putra Lianhua Yuihui, makin hari makin normal, menjadi anak yang cerdas.
*
Siswa mulia yang terkasih:
Setiap orang memiliki rintangan karma masing-masing, dan rintangan karma setiap orang belum tentu sama.
Setiap keluarga mempunyai kesulitan masing-masing.
Mohon Mulaguru memberkati, mohon Buddha Bodhisattva memberkati, yang terpenting adalah “menghormati dengan tulus”.
Yang berjodoh pasti terbebaskan dari malapetaka!
Seperti Lianhua Yuehui menjapa mantra Manjushri, menyaksikan sendiri Manjushri, malapetaka pasti teratasi!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar