Selama hidup, saya belum pernah bertemu "makhluk" demikian, dibilang manusia, tapi tidak mirip manusia, ada kepala dan badan, namun tidak ada tangan dan kaki, yang lebih anehnya, kepala di bawah, badan di atas, ujung kepala datar untuk menopang badannya.
Sewaktu berjalan, tubuhnya bergetar, berjalan maju dengan mengandalkan getaran, sangat sulit dan menyusahkan.
Sewaktu tidur, ia berbaring ibarat seekor ulat, juga berjalan maju dengan mengandalkan gulingan, namun, sekujur tubuhnya gampang lecet dan berdarah.
Sewaktu makan, karena kepala di bawah, makanan balik arah, mengalir keluar lagi lewat mulut, makan sepuluh bagian, mengalir keluar lima bagian, kondisinya seperti muntah.
Karena tidak ada tangan dan kaki, tubuh telanjang, jelek sekali, cuaca panas atau dingin tetap telanjang, tidak ada baju yang bisa menutupi, penampilannya tidak terhormat lagi, ketika bicara, tidak jelas, tidak terperinci, bicara sembarangan.
Makhluk di negeri ini, usianya tidak panjang, selalu ensefalemia, mati karena pendarahan otak, setelah mati, bereinkarnasi lagi di negeri ini, setelah mati bereinkarnasi lagi, datang dan pergi berulang kali, entah berapa kali bertumimbal lahir, kasihan sekali, makhluk ini bagaikan parasit.
Saya tiba di tempat Buddha dan bertanya pada Buddha:
"Negeri apa ini?"
Buddha menjawab, "Negeri Terbalik, termasuk neraka tanah."
Saya berkata, "Apa sebabnya terlahir di negeri ini?"
"Pencipta meninum keras dan peminum minuman keras terlahir di sana."
Saya kaget sekali.
Saya berpikir sejenak, ciri-ciri orang mabuk itu teransang, nekat, emosional, membuta, kehilangan akal sehat, bicara sembarangan, lumpuh, muntah, dan semua perbuatannya terbalik.
Sang Buddha berkata, "Saat Saya masih di dunia, ada seorang Arahat yang bernama Svagata, daya kesaktiannya dapat menundukkan naga berbisa. Kemudian, pada suatu ketika, ia salah minum segelas minuman keras berkadar tinggi yang warnanya seperti air, tak disangka mabuk sampai pingsan, lantas tidur di tengah mata air di pinggir jalan, ada beberapa ekor kodok berlompatan di badannya."
Sang Buddha bersabda:
Demikianlah orang mabuk.
Orang yang dapat menaklukkan naga berbisa, malah tidak dapat menaklukkan seekor kodok.
Sang Buddha bersabda, orang mabuk itu tidak merasa malu menanggalkan pakaian; orang mabuk itu tidak sadar memaki orang dengan kata-kata kasar; orang mabuk itu kalau mabuknya sedang kambuh, ia bahkan berani membunuh orang dan membakarnya; orang mabuk itu juga melakukan kekerasan, minuman keras dapat mengacaukan kesadaran, sehingga mereka mudah sekali melakukan pembunuhan, perzinahan, pencurian, penipuan, dan rintangan-rintangan karma lainnya.
Sang Buddha bersabda, minuman keras dapat menyebabkan 10 kesalahan dan 36 kekeliruan. Pencipta minuman keras, peminum minuman keras, dan orang mabuk, saat menjelang wafat akan jatuh ke "Negeri Terbalik".
Saya terkejut sekali begitu mendengarnya.
Saya bertanya, "Bagaimana supaya kita dapat minum arak namun tidak mabuk?"
Sang Buddha menjawab, "Arak yang mempunyai kadar alkohol, namun arak tersebut tidak dapat memabukkan orang, orang yang meminumnya tidak melanggar sila!"
Sang Buddha melanjutkan, "Menjadikan arak sebagai obat dan menggunakan alkohol untuk menyembuhkan luka, tidak melanggar sila!"
Sang Buddha melanjutkan, "Jika orang minum minuman keras dan menjadi mabuk karenanya, maka ia akan terpuruk."
Saya merasa apa yang disabdakan oleh Sang Buddha sangat benar, jika orang minum minuman keras dan mabuk karenanya, maka ia akan terpuruk. Tidak banyak orang yang dapat mengendalikan diri, biasanya orang mabuk pun berkata, "Saya tidak mabuk, saya tidak mabuk, saya ..... tidak .... mabuk!"
Yang benar itu ratusan sikap jelek muncul semua.
Sebagai sadhaka, kita juga jangan sekali-kali minum arak obat sesukanya, sebab arak obat juga bisa memabukkan orang, sama-sama terpuruk. Arak obat harus diminum sesuai petunjuk dokter, harus ada batasannya, barulah tidak melanggar sila.
Saya pernah ke suatu alam surga, para dewa di alam surga tersebut minum mata air yang mengalir di sungai kayangan, ada kadar arak, wangi arak, rasa arak, itulah arak dewa; satu-satunya yang luar biasa adalah arak ini tidak memabukkan para dewa.
Dengan meminumnya, semangat jadi penuh, bisa membuat kenyang, juga bahagia, tidak sampai mengacaukan kesadaran, para dewa justru hidup dari mata air ini.
Boleh dibilang negeri arak, namun tidak ada dewa yang mabuk. Saya berasumsi bahwa semua sila, mengutamakan "hati", asalkan bisa mandiri, berarti tidak melanggar sila; bila tidak bisa mandiri, berarti melanggar sila, semua Dharma diciptakan oleh "hati".
Ketika saya menyepi dan bertapa di "Danau Daun", saya teringat persoalan arak dan mabuk, arak dan amerta, sehingga merenung secara terperinci.
Biasanya, orang minum arak itu ada hubungannya dengan kesenangan, makanya ada istilah "meneguk arak untuk kesenangan", dari dulu para raja dan bangsawan, di tengah perjamuan, tanpa arak tidak ada kesenangan, arak juga memiliki fungsi merangsang, juga ada fungsi menyenangkan, arak dan wanita ada hubungannya lagi, makanya ada pepatah "minuman keras dan wanita cantik", minum arak sambil menikmati lagu dan tarian dari wanita cantik, yakni fungsi dari minum arak untuk mendatangkan kesenangan bagi orang pada umumnya.
Ada satu jenis orang lagi, karena ada kesedihan dan kerisauan, makanya ada istilah "menyiram kesedihan dengan arak", ada pepatah lagi: "Menebas air dengan pedang, air semakin mengalir; menyiram kesedihan dengan arak, kesedihan semakin mendalam", arak pun dijadikan obat bius. Lantas, apa bedanya ini dengan narkoba, ujung-ujungnya minuman keras bagaikan narkoba, sampai akhirnya "keracunan alkohol", karena minum minuman keras, lantas menyebabkan keracunan alkohol, sungguh tidak ada untungnya sama sekali.
Mengkonsumsi narkoba akan kecanduan, minum arak juga akan kecanduan, merokok pun akan kecanduan, bahkan minum kopi pun akan kecanduan, yang sudah kecanduan, tidak mudah berpantang lagi, terus terang, kalau sudah kecanduan, manusia tidak akan mandiri lagi, bagaimana kita menjadi seorang sadhaka bila tidak dapat mandiri?
Ada yang berdalih bahwa dalam Tantrayana diperkenankan minum arak, sebab arak disebut amerta, sesungguhnya, arak itu sendiri "netral", tidak baik maupun jahat, tergantung bagaimana Anda menggunakannya. Anda tidak dapat mandiri, maka itulah "racun"; Anda dapat mandiri, maka itulah "amerta", arak adalah obat untuk kesehatan, saya pribadi tidak menentang pendapat ini, bila dibatasi penggunaannya, itulah amerta, Anda kalah oleh minuman keras, minuman keras akan berubah menjdi racun yang mencelakakan Anda.
Di tempat yang dingin dan membeku, biasanya orang "minum arak untuk menghangatkan", ini masih boleh ditoleransi, "minum arak untuk mengusir dingin" juga masih boleh ditoleransi, namun, minumlah arak sesuai kemampuan, jangan dijadikan dalih.
Minum sampai mabuk-mabukan, gila-gilaan, bahkan dipapah orang, ini berarti arak sudah mengacaukan kesadaran, semua perbuatannya terbalik, orang demikian, sebaiknya jangan menyentuh arak, setetes pun jangan, sebab Anda akan terpuruk.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar