Di puncak gunung tinggi nun jauh di sana, ada sesosok "Julingshen", kelenteng yang ditempatinya adalah "Lingguanmiao".
Kelenteng ini menyedot banyak peziarah, umat sangat banyak, kabarnya sangat manjur dan jitu.
Entah kenapa, di luar dugaan "Julingshen" ini mendengar kabar angin tentang nama besar "Mahaguru Lu" bahwa Beliau telah menyeberangkan 5 juta insan, manusia dan dewa pun bersarana.
Ia tidak senang.
Julingshen mengaku kesaktiannya sangat luar biasa, insan yang diseberangkan tidak terhitung. Mana boleh kalah oleh seorang Sheng-yen Lu.
Itu sebabnya Julingshen menapaki angin sakti, seembus udara meniupnya hingga ke Seattle, Amerika Serikat.
Julingshen mengintip kehidupan saya:
Saya makan di vihara.
Mengenakan jubah lama.
Tinggal di Arama Nanshan.
Setiap hari menyetir dari Arama Nanshan ke Vihara Ling Shen Ching Tze.
Julingshen melihat kehidupan saya selama seminggu, tidak ada perubahan berarti, melihat saya "menulis" setiap hari, "bersadhana" setiap hari, ini juga bukan apa-apa.
Julingshen melihat saya:
Berperawakan pendek, wajah biasa-biasa saja, terlihat bodoh dan agak pikun, sehingga ia semakin menganggap rendah lagi.
Julingshen mengerahkan sedikit kesaktian kecilnya, memindahkan kunci mobil saya ke tempat yang tidak bisa saya temukan.
Saya membolak-balikkan lemari dan rak, mencari ke mana-mana, dari saku pakaian hingga tempat sampah, semua telah dicari. Akhirnya kunci pun ditemukan di atas mobil.
Saya mustahil menaruh kunci di atas mobil.
Julingshen terbahak-bahak melihat saya bagai "kebakaran janggut".
Lebih lanjut:
Julingshen mengerahkan sedikit kesaktian kecilnya, membuat saya "mencret", melihat saya sejam sekali jongkok di toilet.
Julingshen kegirangan.
Julingshen mengira saya tidak lebih dari itu, ini hiperbola, tidak ada apa-apanya, dan ia pun ingin beranjak pergi.
Julingshen menapaki angin sakti, ingin terbang kembali ke "Lingguanmiao" nun jauh di sana.
Keajaiban terjadi!
Angin sakti ini telah terbang melewati ribuan li, begitu kembali ke Lingguanmiao, Ia justru melihat di luar kelenteng dikelilingi oleh lingkaran cahaya "Tali Vajra" yang membuatnya tidak bisa masuk, sang dewa penunggu tidak dapat masuk ke kelenteng yang ditungguinya.
Kesaktian yang dikerahkan oleh Julingshen tidak manjur. "Tali Vajra" tetap tidak bisa dibuka walau telah mengerahkan segala cara.
Ia murka sekali.
Saat itulah pintu kelenteng terbuka, tampaklah "Mahaguru Sheng-yen Lu" duduk berwibawa di atas meja persembahan.
Ubun-ubun kepala memancarkan tiga berkas cahaya.
"Cahaya Buddha", "Cahaya Spiritual", dan "Cahaya Putih".
Saya berkata, "Anda pergi ke rumah saya, saya justru datang ke rumah Anda."
Julingshen bertanya, "Lalu Anda yang di rumah Anda?" Julingshen kebingungan.
Saya menjawab, "Tubuh awam."
Julingshen bertanya, "Anda yang sekarang?"
Saya menjawab, "Tubuh ilusi."
Julingshen melihat saya berubah menjadi "Tubuh Emas Setinggi Enam Meter", "Tigapuluhdua Wujud", "Keagungan Sambhogakaya". Ia terkejut hingga berlutut, bernamaskara, dan bersarana.
Julingshen tinggal di "Taoshushan", Fuliang, Jiangxi. Ini adalah sebuah kisah nyata!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar