BOCAH BERNAMA JIANG LE-SHAN

Jiang Le-shan, seorang bocah yang lincah dan manis, kini baru menginjak usia 5 setengah tahun. Bocah yang tinggal di lantai 5 dari sebuah apartemen gedung bertingkat, seperti kanak-kanak pada umumnya, suka penasaran, pada saat bersamaan juga tidak tahu adanya bahaya, lantas bermain-main di balkon lantai 5, tak disangka ia malah memanjat ke atas rak bunga di balkon.

Ketika orangtuanya sedang lengah, di luar dugaan terjadi suatu kecelakaan, bocah ini jatuh dari balkon lantai 5.

Terdengar teriakan histeris!

Pengelola apartemen bergegas datang!

Orangtuanya terperanjat, buru-buru turun ke lantai dasar!

Tetangga dari awal telah menelepon ambulans.

Tak disangka, Bocah Jiang Le-shan malah membalikkan badan dan berdiri.

Menepuk-nepuk debu tanah yang melekat di badannya.

Di bawah kerumunan orangtuanya, tetangga, dan pengelola, Bocah Jiang Le-shan ini ternyata tidak apa-apa, tidak mengalami cedera sedikit pun.

Oh, Tuhan! Kalau orang biasa yang jatuh dari balkon lantai 5, pasti sudah menjadi daging cincang, darah dan daging berhamburan di mana-mana, jarang ditemukan yang masih hidup.

Namun, Jiang Le-shan tidak apa-apa.

Tidak apa-apa tetap tidak apa-apa.

Semua orang hanya mendesah satu kalimat, "Nasib baik!"

*

Begitu orangtuanya mencari tahu penyebabnya, tahu-tahu, Jiang Le-shan mengatakan bahwa ia melihat guru yang mana orangtuanya membawanya untuk diberkati dengan jamah kepala, muncul dari tengah angkasa dan membopongnya, kemudian pelan-pelan menaruhnya di lantai, setelah itu, guru itu pun terbang lagi ke tengah angkasa dan menghilang.

"Guru yang mana?" desak orang tuanya.

"Yang berbaju merah."

Orang tuanya mengambil sebuah majalah, sekali Jiang Le-shan melihatnya, lantas berkata:

"Itu dia gurunya."

Orang tuanya terperanjat:

"Buddha Hidup Lian Sheng, Sheng-yen Lu! Ternyata Mahaguru Lu."

Tadinya orangtua Jiang Le-shan adalah siswa Mahaguru, setiap hari mereka menekuni "Sadhana Tantra Zhenfo", suka memanjatkan "Sutra Raja Agung Avalokitesvara" dan "Sutra Satya Buddha", serta sering mengikuti upacara Mahaguru Lu.

Kemudian, mereka baru sadar:

"Itu perlindungan Mahaguru Lu!"

*

Ayah Jiang Le-shan bernama Jiang Qing-sheng, ketika pasangan suami istri ini bersarana, walau hanya menerima abhiseka jarak jauh, namun mereka mengalami keajaiban.

Pada pukul 7 pagi tanggal 1 imlek, mereka pun menghadap ke timur.

Menjapa mantra Catur Sarana:

"Namo Gurubei, Namo Buddhaye. Namo Dharmaye. Namo Sengqieye."

"Buddha Hidup Lian Sheng menuntun. Bersarana pada Buddha sejati."

(baca tiga kali, namaskara tiga kali)

Begitu selesai baca dan namaskara masing-masing 3 kali, seekor burung ajaib 7 warna terbang menghampiri dari tengah angkasa, burung yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, berkicau dan bernyanyi di hadapan pasangan suami istri ini.

Menurut penuturan mereka:

"Burung ini menyanyikan Om. Guru. Lian Sheng. Siddhi. Hum."

Setelah menjapa beberapa saat, burung ini baru terbang pergi.

Pak Jiang Qing-sheng dan istri terbengong-bengong melihatnya, burung tujuh warna itu hanya pernah mereka lihat sekali seumur hidup.

Kini peristiwa Jiang Le-shan yang diselamatkan setelah jatuh dari gedung, mendapat decak kagum dari banyak orang.

"Ratna-gotra-vibhago" menyebutkan: "Buddha memiliki mahamaitri dan mahakaruna, tidak pernah berhenti memberikan kebaikan dan manfaat kepada para insan; menuruti keinginan para insan, mengabulkan harapan para insan, serta menjelma tanpa batas kapan pun dan di mana pun."

Tidak ada komentar: