Maha-tantra-naya

Vajrapani-abhiseka-sutra menyebutkan :
“Apabila putra dan putri yang berbudi, menyaksikan mandala dan membangkitkan Bodhicitta, memiliki kewelasan dan mengupayakan upaya, dengan baik memahami makna dari semua aksara mantra tantra. Hendaknya berpikir demikian : Tanpa vak ( ucapan ) tiada citta ( pikiran ), tanpa citta tiada vak, tanpa citta tiada kaya ( tubuh ), citta adalah vak, vak adalah citta, devakaya adalah citta, vak adalah devakaya, apabila mampu memahami ini, maka sadhaka mantra akan memperoleh kemurnian citta, saat telah mencapai kemurnian ini, mampu setiap saat memandang tubuh sendiri dan devakaya, ucapan sendiri dengan deva-vak, pikiran sendiri dengan deva-citta adalah setara, saat itulah berdiam dalam Samyaksamadhi. Apabila setiap saat sadhaka mantra senantiasa berdiam dalam samadhi, ia akan mampu melebur dalam samata ( sifat kesetaraan ), dan barangsiapa berdiam dalam samata, maka semua gerakan anggota tubuhnya adalah mudra dan semua ucapannya adalah mantra.”

Menurut saya, kalimat tersebut adalah Maha-tantra-naya. Demikian saya menganalisanya :

Ucapan adalah pikiran.
Gerakan tubuh juga adalah pikiran.
Ucapan dan gerakan saling berhubungan.
Ucapan, tubuh dan pikiran saling berhubungan.

Ini adalah :

Tubuh adalah pikiran, ucapan adalah pikiran, tubuh adalah ucapan. Tubuh , ucapan dan pikiran terbagi menjadi tiga, digabung menjadi satu, triguhya adalah ekaguhya.

  ●

Saat sadhaka mantra mencapai kemurnian :

Tubuh adalah Tubuh Buddha.
Ucapan adalah Ucapan Buddha.
Pikiran adalah Pikiran Buddha.

Sadhaka mantra dan Buddha setara tiada mendua, sadhaka mantra adalah Buddha, Buddha adalah sadhaka mantra, keduanya tiada berbeda. Saat itu tubuh, ucapan dan pikiran Buddha tak dapat dipisahkan dengan tubuh, ucapan dan pikiran sadhaka mantra. Setiap gerakan menjadi mudra, setiap ucapan menjadi mantra.
  
  ●

 Saat mencapai naya ( makna ) tertinggi, menjadi :

Tubuh , ucapan dan pikiran murni.
Kemurnian tersebut berarti kemurnian Buddha-ksetra.
Segalanya murni.
Ini merupakan kondisi samata.
 
Kakak adik laki-laki maupun perempuan, ayah, ibu, kerabat, teman, orang yang berjasa, musuh, orang asing dan lainnya, semuanya adalah Buddha Bodhisattva. Semua lokasi ia berada, seperti rumah, kebun dan sawah, gedung, taman, hutan, jalanan , danau, gunung dan sungai, dataran luas, semuanya merupakan Ksetra-parisuddhi dari Buddha Bodhisattva.

Semua suara seperti suara tawa, suara tangis, suara kemarahan, suara kebencian, suara jahat, suara merdu, suara pujian, suara lembut dan lain sebagainya, merupakan mantra Buddha Bodhisattva.  
  
Semua perilaku, termasuk keserakahan, kebencian, kebodohan, keraguan, kesombongan dan lain sebagainya, merupakan mudra Buddha Bodhisattva.
  
Saat itu :
Dunia fana adalah Buddha-ksetra.
Ini benar-benar merupakan Maha-tantra-naya.
  

  ●

Fondasi utama dari Maha-tantra-naya ini adalah :
‘Samata-jnana’

Tentu saja bagi orang awam kondisi yang demikian sungguh diluar jangkauan pikiran. Namun dalam pandangan Tathagata sungguh demikian.

Para insan adalah Buddha.
Buddha adalah insan.
Membunuh insan berarti membunuh Buddha.

Oleh karena itu dalam makna ajaran tantra, bunuh diri adalah membunuh Buddha. Digolongkan sebagai dosa yang paling besar.

Saya ( Buddha Hidup Lian-sheng, Sheng-yen Lu ) dengan apa adanya memberi tahu Anda semua :

Melekat pada pandangan bahwa diri sendiri dan Buddha adalah berbeda.
Berarti tidak sanggup memahami makna kemanunggalan.
Tidak sanggup melebur dalam ‘Samata-jnana’. Tidak memahami Maha-tantra-naya.
  

  ●
 
Saya sering berkata sambil tertawa :

Saat orang memfitnah Buddha Hidup Lian-sheng, sesungguhnya mereka sedang menjapa mantra, menjapa mantra panjang usia untuk Buddha Hidup Lian-sheng.

Saat orang memaki Buddha Hidup Lian-sheng, sesungguhnya mereka sedang melantunkan lagu pujian.

Saat orang menjelekkan Sadhana Tantra Zhenfo, berarti sedang menyebarluaskan Sadhana Tantra Zhenfo.

Apakah Mahapadminiloka adalah neraka ? Di bawah Maha-tantra-naya, neraka juga bertransformasi menjadi Buddha-ksetra.  

Orang yang memfitnah Buddha Hidup Lian-sheng adalah seorang Buddha yang agung.
Orang yang memaki Buddha Hidup Lian-sheng tentu saja adalah seorang Maha-bodhisattva.