Sobat

Dulu, ibu saya bercerita:
Ada seseorang, sangat suka berjudi, ia main mahyong, 16 lembar juga main, 13 lembar juga main, namun, peruntungannya dalam berjudi tidak baik, selalu kalah.
Setelah kalah, berjudi lagi, berjudi kalah lagi.
Nama samaran “Bapak Kalah”. Nama keluarganya “Su”.
*
Suatu hari, ia tiba-tiba punya ide, ia menggelar sebuah meja perjamuan di halaman belakang rumahnya.
Menyalakan dupa, berdoa ke angkasa, “Saya Bapak Su, setiap berjudi pasti kalah, hari ini berdoa pada Sobat, mohon bantu saya, agar peruntungan saya dalam berjudi menjadi mujur, setiap kali menang, saya pasti mempersiapkan bahan persembahan dan dupa, bunga, pelita, teh, dan buah-buahan untuk menyembahyangi Sobat saya, mutlak tidak akan ingkar janji.”
Sehabis ia berdoa, bahkan bersujud 3 kali mengetukkan kepala ke lantai 9 kali.
Sangat tulus.
*
Belakangan, saat ia main kartu, setiap kali menyusun kartu, pasti ada satu suara bisikan, seperti suara nyamuk, memberitahunya:
Ambil kartu XX.
Ia pun ambil kartu XX.
Alhasil, ia menang.
Oh, Tuhan! Benar-benar tepat.
Misalnya:
Tadinya ia seharusnya susun kartu 一四七萬, ia tidak dengar.
Hantu memberitahunya, “單吊一索."
Alhasil “一索”
Sehingga, setiap kali ia naik meja mahyong, seperti dibantu oleh makhluk halus, sangat jitu, setiap kali menyusun kartu, pasti menang.
Orang yang main kartu dengannya, terperanjat.
Ia puas dengan dirinya sendiri.
Setiap tiba malam hari, ia mempersiapkan arak dan masakan terbaik, menyeduh teh terbaik, menyalakan dupa terbaik, mempersembahkan kepada para hantu yang tidak berwujud, ia tidak mampu melihat mereka.
Namun, ia merasakan kehadiran mereka, perasaannya adalah kulit kepala kebas, agak mengencang.
Hingga kulit kepala tidak kebas lagi, ia pun menikmati arak dan masakan sebagai makan malamnya.
Anehnya, sejak ia menyembahyangi para hantu malam-malam, setiap kali main kartu, pasti menang. (Semua mengandalkan sobat)
Ia menang sebentar.
Sebenarnya kemenangannya, semua mengandalkan para hantu yang membantunya di belakang, bisikan nyamuk memberitahunya bagaimana menyusun kartu baru bisa menang.
*
Suatu hari lagi, ia menyembahyangi para hantu, kulit kepala tidak kebas lagi. Ia sangat heran, mengapa para hantu tidak hadir? Mengapa sobat tidak hadir?
Ia makin kartu, bisikan nyamuk pun hilang.
Peruntungannya dalam berjudi menjadi bertolak belakang, dewa yang mengajarkan teknik berjudi kepadanya, hilang semua, ia kalah tragis.
Ia tetap sembahyang pada malam hari.
Namun, tidak merasakan kehadiran para hantu menerima persembahan, kulit kepala tidak kebas, otak tidak mengencang.
Ia ingin menangis tidak ada air mata.
Hingga suatu malam, ia tetap sembahyang, hei! Kulit kepala kebas lagi, ia sangat senang, bergegas bertanya, “Sobat! Mengapa meninggalkan saya?”
Tak disangka, yang ia dengar adalah, “Demi harta warisan, Anda menuntut ibu Anda, menuntut saudara kandung Anda, menuntut kerabat dekat Anda, Anda bahkan menuntut kerabat dekat Anda, Anda mana mungkin ada sobat? Kami para hantu tidak menghiraukan orang seperti Anda.”

Tidak ada komentar: