Mantra Japa dan Buddha-nama-smaranam

Di masa penghujung Dharma, Buddha-nama-smaranam ( Pelafalan Nama Buddha ) merupakan metode yang paling mudah , paling sederhana dan mudah dipraktekkan. Selain itu juga menghemat waktu dan tenaga, mudah ditekuni dan mudah mencapai keberhasilan, setelah terlahir di Sukhavatiloka memasuki avaivartya-bhumi ( Tak mundur lagi ).

Inilah Pintu Dharma Buddha-nama-smaranam yang disusun oleh Bhiksu Hui-yuan ( 慧遠法師 )

Namun meskipun Pintu Dharma Buddha-nama-smaranam dikatakan sebagai yang paling mudah ditekuni di antara berbagai Pintu Dharma lainnya, tapi juga tidak semudah itu untuk melafalkannya.

Kiat utamanya adalah : ‘Sepenuh hati tak terkacaukan.’

Dengan kata lain saat beraktivitas, berdiam, duduk maupun berbaring terus memeluk Nama Buddha dan tidak melepaskannya.

Hingga terjadi pemanunggalan antara aku dan Buddha, tak terkacaukan, dengan demikian barulah berhasil.

Dengan demikian Nama Buddha terus berkesinambungan hingga memperoleh Samadhi Nama Buddha.
  
Melalui penekunan Buddha-nama-smaranam kita dapat menyerap sad-indriya ( enam indra ) , pikiran murni terus berkesinambungan, mencapai satu hati tak terkacaukan, bahkan ke dalam dapat mendengarkan Svabhava ( Sifat Sejati Tak Berubah ) , dengan jelas menyaksikan Buddha, segalanya menjadi terang.


 ●

Tantrayana lebih rumit dan lebih sukar dibandingkan dengan Pintu Dharma Buddha-nama-smaranam, perlu menerima abhiseka dari Acarya, harus bersadhana, bahkan harus sesuai dengan tahapan.
  
Sesuai dengan tahapan yaitu menekuni sadhana yang telah terlebih dahulu ditransmisikan hingga jumlah tertentu, dengan demikian barulah dikatakan paripurna, barulah dapat ditransmisikan sadhana tingkat selanjutnya.

Penjapaan mantra juga demikian, perlu dijapa hingga jumlah tertentu.

Dalam Tantrayana terdapat mandala dan sadhana karman.

Tata ritual yang rumit.

Dalam penjapaan mantra, mudra, visualisasi, sadhana luar, sadhana dalam, sadhana guhya dan sadhana guhyati guhya, semua terdapat kiat yang sangat istimewa.
  
Oleh karena itu Mantrayana ( Vajrayana ) harus melalui transmisi dari seorang Acarya.

Saya ( Buddha Hidup Lian-sheng ) berpendapat bahwa keistimewaan Mantrayana adalah sebagai berikut :

1. Daya adhistana : Silsilah Nadi Dharma, menembusi Dharmata.
2. Simabandhana Diri : Menitikberatkan mencegah mara.
3. Konfirmasi : Menitikberatkan konfirmasi dan pengesahan.
4. Mahasiddhi : Kemurnian kaya, vak dan citta ( tubuh, ucapan dan pikiran ) , aku dan Buddha tiada berbeda, menjadi satu substansi, Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini juga, merealisasi Anuttara-bodhi.

  ●

Di antara keduanya ini :

Buddha-nama-smaranam sungguh terlampau leluasa.
Tidak memerlukan transmisi dari Guru, semua boleh melafal. Langsung dipraktekkan, yang penting pikiran murni terus berkesinambungan.

Namun, penjapaan mantra tidak seperti itu.

Sebab dalam Mantrayana akan timbul berbagai kondisi, baik itu lurus maupun menyimpang, baik itu nyata maupun ilusi, baik itu mendalam maupun dangkal, semua memerlukan tuntunan dari Vajra Acarya.

Menjapa mantra – kemurnian ucapan.
Membentuk mudra – kemurnian tubuh.
Bervisualisasi – kemurnian pikiran.

Apalagi dalam pengajaran visualisasi ada banyak fenomena yang perlu ditaklukkan, seperti : kondisi pikiran yang berubah-ubah, pikiran kacau yang berkesinambungan, kondisi hati yang carut marut, berkobarnya berbagai nafsu keinginan, berbuahnya karma penyakit, hadirnya rintangan mara, mara hati sendiri yang sangat sukar ditaklukkan, perilaku menyimpang dan lain sebagainya.
  

  ●

Ada yang bertanya pada saya :
“Sebenarnya mana yang terbaik ? Pintu Dharma Buddha-nama-smaranam atau Vajrayana ?”

Jawaban saya adalah : “ Keduanya baik. “

Apabila Anda merasa yang terbaik adalah yang paling leluasa dan mudah dipraktekkan, maka tekunilah Pintu Dharma Buddha-nama-smaranam.

Apabila Anda merasa sebagai bejana Dharma yang baik, bertekad mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan saat ini juga, maka ikutilah langkahku ( Buddha Hidup Lian-sheng, Sheng-yen Lu ) !

Sebenarnya dalam Sadhana Tantra Zhenfo yang saya ajarkan juga terdapat pelafalan Nama Buddha, kami melafal :

“Namo Amitabhaya Buddhaya dalam nama agung berjumlah tiga ratus enam puluh triliun seratus sembilan belas ribu lima ratus.”

Inilah Buddha-nama-smaranam.

Inilah yang dikatakan dalam ‘Satya-prabha-upadesa’ :
“Para sadhaka penekun mantra tantra, hendaknya juga menekuni pelafalan Nama Buddha, ketahuilah bahwasanya sangat perlu untuk merealisasi rupakaya Tathagata dalam kesinambungan pikiran dan realisasi Dharmata.”

Menurut teks tersebut, demikianlah membaginya :

Pelafalan Nama Buddha : Penekunan realisasi rupakaya Tathagata.
Penjapaan mantra : Penekunan realisasi Dharmata Tathagata.

Dikatakan pula :

Rupakaya Tathagata diperoleh dari berkah sumber daya.
Dharmata Tathagata diperoleh dari Samadhi dan Prajna Buddha.

Demikian menurut saya :

Zhenfo Zong perlu untuk menekuni penjapaan mantra dan pelafalan Nama Buddha, dengan demikian barulah dapat ke atas mencapai Kebuddhaan dan ke bawah menuntun semua makhluk. Dengan demikian barulah dapat menuntun para insan yang berakar rendah , sedang dan agung. Dengan demikian barulah bersifat universal dan paripurna, barulah dapat mewujudkan tekad untuk tidak mencampakkan satu insan pun.  

Tidak ada komentar: