Saya pernah bertamu ke sebuah vihara, malamnya
tidur di ruang tidur tamu, ruang tidur tamu seperti kamar suit kecil,
ada sebuah ranjang dan sebuah kamar mandi, ruang tamu kecil, sofa,
sangat bersih dan elegan.
Di atas tembok putih, tergantung sebuah
lukisan, di atas ada sebuah lukisan Gandhanra, saya pribadi suka
lukisan, sehingga khusus memperhatikan teknik melukisnya, jubah
Gandhanra di dalam lukisan melayang-layang, dewi bermata jernih dan
indah, berbibir merah, di atas kening ada sebuah tahi lalat.
Tangan Dewi Gandhanra memegang banjo, ditambah bunga-bunga merah melayang turun.
Saya bertanya pada bhiksu yang menyambut saya, “Apa nama Gandhanra ini?”
Bhiksu
menjawab, “Ada orang mengatakan Sarasvati, juga ada orang mengatakan
Dewi Penyebar Bunga, kami hanya tahu itu Dewi Gandhanra.”
Saat saya
tidur, mencium selimut itu wangi. Bantal juga wangi. Dari tempat tidur,
dilihat, ada sebuah pelita kecil, kebetulan terlihat memancar ke wajah
Dewi Gandhanra. (Saya tidur postur kemujuran, tidur menyamping)
Saya
khusus bangun dari tempat tidur, kemudian memperhatikan lagi lukisan ini
secara seksama, kadang-kadang melihat sekilas, menemukan dewi
seakan-akan menggerakkan matanya sebentar.
Saya tercengang.
Dilihat lagi: Oh, Tuhan!
Mata indah itu tak disangka mengedipkan mata 3 kali.
Saya terperanjat.
Saya pura-pura tidak melihat apa-apa, kembali ke ranjang dan tidur, satu malam tiada mimpi, sangat nyenyak.
Keesokan paginya, saya bertemu ketua vihara, saya bertanya, “Apakah ada keanehan di dalam ruang tidur tamu?”
Ketua vihara menjawab, “Di bawah langit ini pada dasarnya tidak ada masalah!”
Saya
keluar dari ruang ketua vihara, ada seorang bhiksu pendamping, ikut
keluar bersama saya, bhiksu pendamping ini berkata pada saya, “Mahaguru
Lu! Memang ada kejadian seperti ini, adik seperguruan saya pernah
tinggal di kamar itu, belakangan, menjadi kurus dan lemas, lalu
meninggal dunia karena kelelahan! Ada satu kejadian lagi, ada seorang
pelajar sekolah menengah atas, datang ke vihara untuk belajar, ingin
mengikuti ujian universitas, tidak sampai sebulan, tak disangka
mengalami Schizophrenia, lalu dibawa ke rumah sakit jiwa.”
Bhiksu pendamping berkata, “Ada lagi, bhiksu vihara ini mengalami banyak sekali mimpi basah!”
“Mimpi basah apa?”
“Mimpi Dewi Gandhanra masuk ke dalam mimpi, kasur pun basah!”
Begitu mendengarnya, saya pun mengerti.
Ini jelas-jelas ada hantu wanita menempel di lukisan Dewi Gandhanra, sehingga menjadi hantu penunggu.
Menempel dan membentuk wujud, mencuri prana dan energi vital manusia.
Saya
kembali ke ruang tamu, menggambar selembar Fu Pengunci, mengembuskan
sebuah energi sejati, ditempel di belakang lukisan ini.
Baru ditempel.
Lukisan
ini terpental tanpa angin, terdengar bunyi hentakan, bahkan daun
jendela pun bergetar. Tak lama kemudian, suasana menjadi hening.
Saya
berkata pada dewi di dalam lukisan, “Anda telah membunuh satu orang,
juga membuat pelajar SMA mengalami Schizophrenia, bahkan mencuri prana
dan energi vital manusia di mana-mana, saya akan kurung Anda, melatih
dirilah dengan tenang dan sungguh-sungguh, jika kesempatan sudah tiba,
Anda akan berhasil dengan sendirinya, jaga diri baik-baik.”
Saya melihat Dewi Gandhanra, bersujud, mengetukkan kepala ke lantai sekali ke arah saya.
Sajak:
Mata melentik dan gaya manja membuat orang iba
Tawa berlebihan
Menyentuh lesung pipit wangi
Ada perasaan dengan sendirinya menjalin kenikmatan istana feniks
Dari sinilah
Pelita dipadamkan dan layar dibentangkan, tidak ada yang melihat
Menjadi dewa atau orang awam muncul dalam hati sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar