Putri Wencheng

Dalam samadhi, saya telah bersua dengan seorang pujangga patriotis Quyuan di Alam Tanpa Daya.
Saya sempat bertanya kepada Quyuan, “Siapa lagi yang ada di Alam Tanpa Daya?”
Quyuan malah balik bertanya, “Konon Anda sudah sangat mendalami Tantra Tibet, betulkah demikian?”
“Benar. Intisari ajaran Tantra Tibet adalah pandangan benar tentang Nekkhamma-citta, Bodhicitta, dan Pranyamula.”
Quyuan berkata, “Saya akan ajak Anda menemui seseorang. Anda pasti tidak akan menyangka siapa dia.”
“Siapa?” Tanya saya.
“Putri Wencheng.”
“Apakah Putri Wencheng yang menikah dengan Songtsän Gampo keturunan Raja Tubo ke-32?”
“Tepat sekali.”
Mata saya terbelalak seketika. Putri Wencheng adalah putri dari Raja Tang Taizong yang dinikahkan dengan seorang keturunan Raja Tubo di Tibet pada Tarikh ke-15 Dinasti Tang Zhenguan (Tahun 641 Masehi). Putri Wencheng adalah gadis berbakat. Ia mendatangkan banyak Ilmu Pengetahuan kepada Raja Tubo, antara lain pemintalan, arsitektur, metalurgi, pengobatan, penghitungan tarikh, dan lain sebagainya.
Sebelumnya, Songtsän Gampo pada tahun 634 Masehi telah memperistri Putri Chizun, yakni putri dari Raja Guangzhou di Nepal.
Saya bertanya kepada Quyuan, “Mengapa Putri Wencheng ada di Alam Tanpa Daya?”
Quyuan menjawab, “Putri Wencheng tidak berdaya saat meninggalkan Kota Chang-an; juga tidak berdaya harus tinggal di negeri asing; setelah beberapa tahun menikah, Raja Tubo jatuh sakit, tidak berdaya; selamanya tidak dapat kembali ke Negeri Tang, tidak berdaya pula…”
Saya tak mampu berkomentar.
Quyuan melantunkan sebait sajak:
Tangis rindu kampung halaman saat menerawang dari bukit.
Angin Timur menepis mimpi dari jarak ribuan mil
Quyuan dan saya tiba di istana Putri Wencheng, sebuah tempat tinggal mewah yang berlantai emas dengan ornamen ukiran batu giok, sungguh berbeda dengan bangunan di alam manusia.
Gelungan di rambut Putri Wencheng bertahtakan pertama, lengan baju berbentuk teratai, pakaian berbulu melambai-lambai, elok bak bunga musim semi, ayu bagaikan rembulan musim gugur.
Tercium semerbak aroma, tidak tahu jenisnya.
Putri Wencheng berkata, “Aroma ini hanya ada di Tibet, berasal dari saripati kayu yang unik dan dibakar dengan minyak kayu. Saya sudah ribuan tahun menerima persembahan aroma ini.”
Saya berkata kepada Putri Wencheng, “Dulu sewaktu Anda membangun Jokhang Monastery, pernah mengalami kebanjiran beberapa kali. Anda menguasia fengshui, dan sadar bahwa Tibet ditelentangi sesosok Raksasa, yang mana telaga di situ adalah jantung Raksasa. Oleh sebab itu, Anda menimbun telaga untuk membangun vihara guna upaya tolak bala.”
Putri Wencheng tersenyum sejenak, lalu berkata, “Apakah Master sudah melupakan kelahiran lampau Anda?”
Saya menjawab, “Mana mungkin terlupakan!”
“Anda adalah Mahaguru Tantra Tibet. Anda kembali menekuni Tantra Tibet pasti terkesan mudah. Tidak ada orang yang bisa menyaingi keberhasilan Anda.” Sambil tertawa, Putri Wencheng lanjut berkata, “Hari ini, hanya saya yang tahu tentang hal ini. Begitu pula dengan Sang Buddha, Guru Padmasambhava, dan Vajrasattva. Orang awam yang lain mana mungkin mengetahui hal ini? Maka itu, Anda juga tidak berdaya!”
Saya berkata, “Oh, Tuhan!”
Demikian syair berbunyi:
Di negeri asing tidak sembarangan.
Sekali pergi bagaikan bangau terbang
Awalnya tidak berdaya
Kini pun belum usai bersenandung

Tidak ada komentar: