Ketuk Kepalamu Tiga Kali

30 April 2012, kami makan malam di Heyuan, Taichung, ditraktir oleh umat Hong Kong dan seorang pria Shanghai.

Pria Shanghai berkata, "Mengikuti upacara Mahamayuri Hong Kong, upacara memang sangat luar biasa, namun, sifat keras kepala saya membuat saya tetap tidak ingin bersarana."

Pria Shanghai berkata, "Adik sepupu menasihati saya bersarana, saya tetap tidak sudi dan berkata, ada kontak batin baru bersarana."

Pria Shanghai berkata, "Malamnya bermimpi Mahaguru masuk ke dalam mimpi, dengan tangan mengetuk kepala saya tiga kali, begitu saya terbangun dari mimpi, saya pun bersarana."

Selanjutnya, pria Shanghai memohon jodoh, tak disangka, dapat jodoh dalam waktu yang sangat singkat. Dulu, perjodohan saya selalu tidak berhasil, tak disangka, begitu bersarana, perjodohan pun benar-benar berhasil. (menikah pada 4 Mei)

Saya diam saja begitu mendengarnya.

Pria Shanghai berkata, "Saya merasa, kehidupan lampau Mahaguru Lu adalah kaisar, sedangkan saya adalah jenderal pengawal istana."

Saya berkata, "Weichigong Xingtai Shubao?"

Kami saling berpandangan dan terbahak.

Pria Shanghai berkata, "Ada bhiksu berkata, di antara 3 roh saya, kurang 1 roh."

Saya berkata, "Tenang, di antara 3 roh saya, kurang 2 roh, juga tidak apa-apa!"

Hahaha, semeja terbahak-bahak.

Saya ingat malamnya saya masuk ke dalam mimpi, mengetuk kepala pria Shanghai 3 kali, juga berdialog dengan pria Shanghai, sayangnya begitu bangun, ia hanya ingat kepalanya diketuk 3 kali, semua dialog malah lupa.

Di sini, saya menuliskan dialog kami:

Saya bertanya, "Anda ingin menjadi bhiksu?"

Ia menjawab, "Masih belum ingin bergabung!"

Saya bertanya, "Anda ingin menikah?"

Ia menjawab, "Ibarat api dengan api."

Saya bertanya, "Jika Anda bertemu air?"

Ia menjawab, "Saya tidak cerita."

Saya bertanya, "Apa salahnya cerita!"

Ia menjawab, "Jika api bertemu air, tidak dapat dibedakan antara ada atau tidak?"

(Begitu saya mendengar jawabanya, saya terperanjat juga. Karena orang biasa menjawab dengan kata-kata pembebasan, tidak gampang. Ada atau tidak? Sulit dijelaskan dengan gamblang, ia mampu menjawab seperti ini, ada bakat.)

Saya bertanya, "Ada atau tidak? Siapa yang berutang pada siapa? Siapa benar siapa salah? Bagaimana penjelasan Anda?"

Ia menjawab, "Sempurna seperti alam semesta, tidak berutang dan tidak bersisa."

(Ini adalah sebuah kalimat dari orang yang sangat berbakat, orang biasa tidak mengerti, hanya ahli baru mengerti. Oleh karena itu, puncak pembebasan, bukan dunia manusia. Di luar hati tidak ada Dharma, karena di luar hati tidak ada Dharma, baru dapat terbebaskan.)

Saya bertanya, "Siapa manusia teratas?"

Ia menjawab, "Timur juga manusia teratas, barat juga manusia teratas, selatan juga manusia teratas, utara juga manusia teratas."

Saya mengetuk kepalanya 3 kali, para umat Buddha, mengapa tidak sadar?

Tidak ada komentar: