Rahasia Dialog (Prakata)

Buku ini adalah "Baca Ulang Wudenghuiyuan Bagian XII", judul bukunya Rahasia Dialog, saya juga berterus terang bahwa sejak "kebijaksanaan Buddha" terbuka lebar, terhadap "Wudenghuiyuan" yang dulu pernah dibaca, semua dapat dipahami, malah jelas sekali.

Tepatnya adalah tanda-tanda "pencerahan".

Dulu "samar-samar".

Sekarang "terbuka lebar".

Ini juga merupakan pengalaman saya sejak belajar Agama Buddha hingga akhirnya mencerahi "kebenaran pertama", kini, "Sutra" Buddha ada di tangan, sekali baca langsung paham, belajar Agama Buddha dulu dengan sekarang, bedanya ibarat langit dan bumi.

"Cerah" ya "cerah".

"Belum cerah" ya "belum cerah".

Bagaimana pun, saya adalah orang yang bicara jujur, tidak perlu meniru orang lain umpet-umpetan, berkedip kata, kurang nyata.

Saya pernah baca sebuah cerita lucu:

Seorang Amerika bertanya pada seorang China, "Mengapa karakter China untuk "gelas" disampingnya dengan karakter kayu?"

Orang China berpikir cepat:

"Karakter China untuk "gelas", jelas-jelas di sebelah kanannya tertulis "bukan", dengan kata lain, gelas bukan terbuat dari kayu."

Orang Amerika, "...."

Walaupun ini sebuah cerita lucu, baca sebentar, tertawa sebentar, sudah lewat. Namun, di dalamnya mengandung sedikit makna Zen, semua ini adalah segi pandangan."

"Baca Ulang Wudenghuiyuan" saya tidaklah demikian, malah saya benar-benar memahami:

"Petunjuk rahasia".

"Kebenaran pertama".

"Kebenaran agung".

"Tiada dua".

"Kebenaran".

Yang saya cerahi, persis yang dicerahi Sang Buddha.

Yang dicerahi Sang Buddha, persis yang saya cerahi.

(Karena selain "ini", tidak ada lagi "itu", mutlak, bukan relatif. Dengan adanya "ini", sampai kapan pun, tidak mungkin berubah, karena mutlak dari yang mutlak.)

Karena "Baca Ulang Wudenghuiyuan", telah menyingkap makna sejati dari dialog Guru Zen, dan topik yang dibahas pun berkembang dengan tetap mengitari "ini", penerbitannya, langsung disebarluaskan ke seluruh pelosok dunia, bahkan dibaca secara luas, dengan sendirinya mengundang kegemparan yang sangat hebat dari agama maupun filsafat.

Saya menulis buku, saya berusaha menggunakan bahasa sederhana, dialog hanya dilaksanakan berlandaskan fakta.

Tidak emosional.

Tanpa aliran agama.

Tanpa sekte.

Baik Zen, Sukhavati, Tantra, Vinaya..... Ada kemampuan maupun tidak, semua boleh baca.

Setelah saya "cerah", tentu saja langsung mengerti; bhiksu, kulapati gunung-gunung, mahabhiksu, guru Zen, master zaman sekarang, beberapa deviasi dasar dari segi konsep, namun, segala Dharma terlahir dari nidana, insan mencapai pencerahan menuruti jodohnya. Saya hanya sedikit memberikan petunjuk, sesungguhnya, yang seharusnya diutarakan telah diutarakan, saya enggan menunjukkan sikap dalam hal ini.

Saya hanya ingin mengatakan, "Yang seharusnya cerah, cepat atau lambat akan cerah. Yang tidak seharusnya cerah, biarkan ia bingung saja!"

Selamat mencapai pencerahan!

Tidak ada komentar: