Sebuah kisah tentang "Lupa":
Laocai bertamu di rumah Laoyu, di rumah Laoyu, Laoyu memanggil istrinya dengan panggilan "Sayang".
Laocai melihatnya sangat terharu dan berkata pada Laoyu, "Kalian telah menikah 30 tahun, masih panggil "Sayang", sungguh luar biasa cinta kalian."
Laoyu diam-diam berkata pada Laocai, "Sebenarnya panggil Sayang, pasti tidak akan salah. Jika panggil nama, salah panggil bagaimana?"
Laocai berkata, "Benar juga."
Laoyu berkata, "Kadang-kadang, sesaat, tidak hanya salah nama, bahkan nama pasangan pun lupa."
(Keterangan dari saya: salah panggil nama dan lupa nama pasangan, sebenarnya bagi manula adalah hal yang sangat biasa. "Lupa" justru agak berbau Zen, saya katakan pada Anda semua, apa gunanya mengingat? Lebih baik, semua dilupakan saja, setelah dilupakan, semua bukan urusan kita, dunia pun damai)
*
Lebih lanjut: Guru Zen Linji Yixuan ketiduran di asrama Bhiksu, Guru Zen Huangbo Xiyun masuk asrama Bhiksu dan melihatnya.
Huangbo dengan tiang memukul papan ranjang 1 kali.
Linji terbangun, melirik Huangbo sejenak, malah ketiduran lagi. Huangbo pukul lagi papan ranjang 1 kali.
Huangbo berjalan ke asrama Bhiksu yang satu lagi, melihat Bhiksu Shouzuo sedang duduk meditasi, berkata, "Generasi penerus di bawah tidak duduk meditasi, Anda di sini berkhayal apa?"
Bhiksu Shouzuo menjawab, "Sebenarnya apa yang dilakukan pria tua Linji ini?"
Huangbo pukul papan ranjang 1 kali, lalu keluar.
(Keterangan dari saya: tidur bisa melupakan langit, melupakan bumi, melupakan manusia, melupakan masalah, bahkan diri sendiri yang sedang tidur pun dilupakan, peristiwa baik semacam ini, apa salahnya?)
Seberisik apapun di luar sana.
Tidak peduli.
Menikmati tidurnya sendiri. (tanpa aksi maupun pamrih)
Jika bisa demikian, justru adalah "Zen". Bhiksu Shouzuo duduk meditasi, masih kalah dengan tidurnya Guru Zen Linji Yixuan.
Duh!
"Lupa" segalanya, justru adalah "Zen".
*
Guru Zen Linji Yixuan, suatu hari menanam pohon pinus.
Guru Zen Huangbo Xiyun bertanya, "Buat apa menanam pohon pinus sebanyak ini di dalam pedalaman gunung?"
Linji berkata, "Pertama, menambah keindahan pemandangan pintu gunung. Kedua, menjadikan sebuah teladan untuk generasi penerus."
Setelah bicara, pukul tanah dengan beliung 3 kali.
Huangbo berkata, "Walau demikian, Anda telah menerima hantaman tongkat saya 30 kali."
Linji pukul lagi tanah 3 kali.
Huangbo berkata, "Sekte saya diwariskan pada Anda, biarkanlah ia berkembang pesat di dunia."
(Keterangan dari saya: biasanya, banyak orang tetap tidak dapat memahami misteri di dalam ko’an ini. Kisah sebelumnya, tidur lebih unggul daripada duduk meditasi. Kisah ini, pukul tanah 3 kali, apa artinya pula?)
Jika saya Mahaguru Lu saat itu ada di tempat:
Huangbo bertanya, "Buat apa menanam pohon pinus sebanyak ini di pedalaman gunung?"
Saya menjawab, "Siapa melihat saya menanam?"
Saya juga tidak pukul tanah 3 kali.
Langsung lempar beliung jauh-jauh.
Mahaguru Lu di sini balik bertanya pada Guru Zen Huangbo Xiyun, "Berkembang pesat di dunia, tidak ada hubungannya dengan saya, ini adalah kata-kata yang tidak perlu. Lupakan segalanya, lebih baik tidur saja!"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar