Berubah Menjadi Kakek Beruban

Pada tahun itu, suatu negara mengalami gempa dahsyat, bangunan rubuh total atau setengah rubuh, banyak orang tertimbun di bawah puing-puing reruntuhan, merintih-rintih menanti pertolongan.

Tim penyelamat bencana dari berbagai negara di dunia, satu demi satu terbang ke negara tersebut untuk menolong bencana, dengan peralatan dan anjing penyelamat, untuk menemukan apakah ada orang yang masih hidup di bawah tanah.

Menolong orang yang masih hidup, tidak boleh menggunakan perangkat berat, takutnya melukai jiwa.
Namun, menggunakan tangan dan alat, takutnya tidak sempat tertolong.

Delapan jam emas.
Dua puluh empat jam emas.
Tiga hari emas.
Satu minggu emas.

Semakin lama orang tertimbun hidup-hidup, kelangsungan hidup pun semakin kecil.
Pas melewati waktu 26 hari, ada seorang anak kecil tertolong keluar, ini sangat ajaib.
Orang-orang tidak percaya.
Dua puluh enam hari, tanpa air, tanpa makanan, bagaimana bertahan hidup?
Anak kecil berkata, "Haus, minum tetesan kecil air hujan yang menetes dari celah. Lapar, sudah hampir pingsan, di depan mata muncul cahaya, seorang kakek beruban, memberikan saya makanan, sehingga bisa tetap hidup."

Wartawan membelalakkan mata, "Anda sudah pingsan kelaparan, muncul halusinasi."

Anak kecil berkata, "Sungguh."

Wartawan berkata, "Sulit dipercaya."

Peristiwa ini diberitakan, ada orang yang berdecak kagum, ada orang yang sama sekali tidak percaya.
Peristiwa semacam ini, ilmuwan, dokter, menurut sudut pandangan mereka, sama sekali tidak berdasar.
Begitu saya membaca berita, hahaha, terbahak-bahak.

*

Suatu hari, Bodhisattva Avalokitesvara datang menjenguk saya.

Bodhisattva bersabda, "Mahaguru Lu, ini perbuatan Anda."

Saya menjawab, "Saya di negara ini, ia di negara itu, terlalu jauh."

Bodhisattva bersabda, "Memangnya ada yang namanya terlalu jauh?"

Saya bungkam.

Bodhisattva bersabda, "Mengapa tidak memanifestasikan yidam Anda, melainkan berubah menjadi kakek beruban?"

Saya menjawab, "Jika terlalu kentara, membuat saya tidak ada ruang untuk bernafas, saya mana ada lagi tempat untuk menenangkan diri?"

"Memanifestasikan kakek beruban?"

"Semoga dunia damai."

Bodhisattva bersabda, "Ada aliran mau membesarkan anak ini seumur hidupnya, juga ada aliran lain yang mau mengadopsi anak ini, mengapa Anda tidak mengadopsinya?"

Saya menjawab, "Mereka adalah bunyi lonceng yang dipukul di samping telinga, sedangkan saya hanya punya satu mata."

Bodhisattva Avalokitesvara terkikih dan pergi.

*

Saya tentu memiliki Bodhicitta!

Insan berbudi pada saya, saya mengasihani semua insan, insan yang berjodoh harus diseberangkan, insan yang tidak berjodoh, juga menaruh simpati yang besar secara sama! Hidup ini terlalu menderita, mengapa tidak merasa empati! Menyelamatkan insan itu tidak membedakan satu sama lain, jika ada perbedaan, bagaimana mencapai samata-jnana?

Asalkan bertemu, Anda lah orang yang mau saya seberangkan.

Asalkan menemukan, saya pun menjelma menolong orang.

Asalkan saya mampu, saya tentu adalah Bodhisattva.

Asalkan Anda butuh, saya pun berikan.

Saya terus lari ke depan, demi mimpi indah Bodhisattva, namun, jika telah dilakukan, saya justru melupakannya.

Tidak ada komentar: