Setelah Aborsi, Bagaimana?

Seseorang bertanya, "Banyak gadis setelah hamil, aborsi, sekarang sangat menyesal, apa yang harus ia lakukan?"

Saya menjawab:

Aborsi adalah pembunuhan. Pembunuhan adalah pelanggaran sila yang paling berat, ibarat membunuh Ayah, membunuh Ibu, membunuh Arahat, membunuh Arya Sangha, membunuh Buddha. Ini adalah dosa berat yang tak tertolong. (Dosa Neraka Avici)

Bagaimana Anda tahu, janin yang mau Anda lahirkan ini, kelak adalah seorang Buddha Tathagata, kelak adalah seorang Arahat, Arya Sangha. Bagaimana Anda tahu janin yang datang ke dunia ini adalah ayah dalam kehidupan lampau, ibu dalam kehidupan lampau, atau kehidupan sekarang.

Atas dasar inilah, aborsi adalah "dosa berat".

Saya menganjurkan, asalkan itu nyawa, maka tidak boleh dibunuh. Ini adalah Bodhicitta dari mahamaitrikaruna Buddha.

Tidak hanya jangan membunuh. Malah harus melepas satwa.

Mahaprajnaparamita Sastra, "Jika itu benar adalah insan, mengetahui itu insan, berniat membunuh dan mencabut nyawanya, melahirkan karma perbuatan, ada wujud perbuatan, dinamakan dosa pembunuhan."

Sila Paripurna Bhiksu:

Sila membunuh manusia adalah sila pembunuhan besar. (Termasuk membunuh janin)
Sila membunuh hewan adalah sila pembunuhan kecil.
Yang pertama adalah salah satu dari dosa catur-parajika.
Yang kedua adalah salah satu dari dosa navati-prayascittikah.

Lebih lanjut:

Orang yang bunuh diri adalah dosa thula. Melukai diri sendiri adalah dosa dukkata.
(Agama Buddha bahkan melarang bunuh diri)

*

Wanita dulu atau zaman sekarang, curi makan buah terlarang, setelah hamil, demi berbagai persoalan yang membuatnya tidak dapat melahirkan anak, jadi aborsi, sehingga melanggar karma pembunuhan.

Setelah menyesal, bagaimana?

Saya berkata:

Satu-satunya cara adalah menyeberangkan roh janin yang telah meninggal ke alam suci Buddhaloka. Jika roh janin yang telah meninggal, bisa tiba di alam suci Buddhaloka, perempuan ini baru boleh dibebaskan dari karma dosa.

Siapa dapat menyeberangkan janin terlahir di Buddhaloka yang bersih?

"Mahabhiksu" boleh, dan Buddha Hidup Liansheng Sheng-yen Lu adalah salah satunya.

Sepengetahuan saya:

Ada seorang perempuan berbaring di ranjang pasien. Saat tidur pada malam hari, ia melihat 6-7 anak kecil sedang bernyanyi di sekeliling kanan kiri ranjang pasien.

Bernyanyi, "Kembalikan nyawa saya!"

Perempuan di ranjang pasien ini, aborsi 6-7 kali, mengetahui ada karma dosa, meminta saya membangun altar melakukan penyeberangan, setelah diseberangkan, penampakan pun hilang, malah penyakit pun sembuh. (Inilah menyeberangkan roh janin)

Di Rainbow Temple, Seattle, A.S, saya membangun Villa Roh Janin. Mempersemayamkan roh yang diaborsi, sama halnya mempersemayamkan roh janin. Rutin membacakan Sutra, bertobat, menyebut nama Buddha, menyeberangkan, mempersembahkan, puja api, dan lain-lain. Agar roh janin juga bisa memiliki tempat bernaung, terakhir menyeberangkan roh janin terlahir di alam suci Buddhaloka.

Pelaku aborsi, mengapa tidak mempersemayamkan roh janinnya? Karena menguntungkan dunia dan akhirat. (Persembahan sukarela)

Menulis sebuah gatha, camkanlah:

Biara yang paling dalam dari Rainbow Villa
Janin menyebut nama Buddha
Karma pun dangkal
Puja api penyeberangan bukan sembarangan
Hijau sangkar ringan
Kicauan suara elang
Bodhisattva memancarkan cahaya mengasihi dengan welas asih
Sekonyong-konyong melihat
Anak-anak beranjali muncul di langit

Tidak ada komentar: