Arsip Menjadi Bhiksu

Dalam kehidupan kali ini, saya menjadi bhiksu pada usia 40 lebih.

Guru yang mengupasampada saya adalah Mahabhiksu Guoxian dari Vihara Huiquan, Hong Kong. Saya menjadi bhiksu pada tanggal 10 Februari, bertempat di Zhenfo Miyuan.

Di luar tersiar bahwa saya mengupasampada diri saya sendiri, sama sekali kekeliruan yang disiarkan secara salah, sehingga makin lama makin menyimpang.

Mahabhiksu Guoxian lebih dulu bersarana pada saya.

Kemudian, bantu saya upasampada.

(Perbuatan terpuji yang tersiar jauh dan luas ini mirip Patriak VI Huineng dari Sekte Zen, ketika Patriak VI cerah, ia belum menjadi bhiksu, hingga ia tiba di Lingnan, ia juga dibantu upasampada oleh siswanya)

*

Sebelum saya diupasampada, saya punya anak istri, yang satu ini juga tidak aneh, Buddha Sakyamuni hidup di istana, beristrikan Yasodhara, melahirkan putra Rahula. Buddha Sakyamuni bahkan masih punya banyak selir.

Sang Buddha minggat dan mengupasampada diri sendiri.

Menjalani pertapaan ekstrim di gunung es selama 6 tahun.

Mencerahi Dao di bawah Pohon Bodhi.

Orang luar menyerang saya punya anak istri, perintis Agama Buddha sejati pun sama-sama punya anak istri.

Putra-putri saya dari awal sudah mandiri dan berkeluarga.

Hanya begitu saja.

(Kehidupan suami istri dari awal sudah berhenti)

*

Menjadi bhiksu adalah meninggalkan kehidupan perumah tangga, melatih kesucian Sramana.

Seorang bhiksu harus memiliki 4 ikrar:
1. Berikrar menyelamatkan para insan dari kesusahan.
2. Berikrar menyingkirkan kebingungan para insan.
3. Berikrar menghentikan pandangan sesat para insan.
4. Berikrar menyeberangkan para insan dari lingkaran samsara.

Bhiksu harus menaati "10 Sila" dan "Sila Paripurna".

Sutra Pengamatan Lubuk Hati mengatakan:

"Membangkitkan Bodhicitta, meninggalkan orang tua, menjadi bhiksu dan memasuki kebenaran."

Sutra Ajaran Warisan mengatakan:

"Orang yang menjadi bhiksu dan memasuki kebenaran, demi tujuan pembebasan, menundukkan diri sendiri dan mengemis."

Menjadi bhiksu ada:

Sutra Nidana Bhiksu, Sutra Pahala Bhiksu yang tersebar di dunia.

Saya memotivasi siswa saya untuk menjadi bhiksu.

Saya berkata, "Melatih diri dan menyeberangkan insan secara penuh waktu. Mengemban tugas agung Tathagata!"

*

Guru Zen Jida, di Huanglong, Meizhou.

Bhiksu bertanya, "Bagaimana menyetik itu?"

Guru Zen Jida menjawab, "Jarum pergi, benang tidak kembali." (Memang itulah menjadi bhiksu)

Bhiksu bertanya, "Bagaimana mantel sulaman itu?"

Guru Zen Jida menjawab, "Terbentang di 4 dunia secara horisontal, menutupi langit dan bumi secara vertikal." (Menyeberangkan insan)

Bhiksu bertanya, "Bagaimana jika tiba saatnya kebenaran itu telah sempurna?"

Guru Zen Jida menjawab, "Mau sop diberikan sop, mau nasi diberikan nasi."

Saya bertanya, "Bebas tanpa hambatan, mengapa tidak menjadi bhiksu? Buat apa masih mempertimbangkan bunga dan rumput?"

Tidak ada komentar: