Menulis untuk Bumi (Prakata)

Alam semesta adalah sebuah teka-teki besar yang masih belum terpecahkan hingga hari ini. Bumi di alam semesta juga sebuah teka-teki, sebuah batu raksasa yang bentuknya biasa-biasa saja, tersimpan banyak rahasia.

Dari mana bumi berasal?

Dari mana air laut berasal?

Sejak kecil, saya punya banyak pertanyaan seputar "batu raksasa".

Bagaimana ia tergantung di tengah angkasa?

Bagaimana ia bisa berotasi sendiri?

Kapan ia dimulai? Kapan akan berakhir?

Minyak bumi di tengah bumi, konon terbentuk dari minyak di tubuh dinosaurus zaman dulu?

Saya tidak percaya.

Batu bara terbentuk dari "pergerakan pembentukan gunung" (orogenesis) di hutan?

Saya tidak percaya.

Bagaimana dengan berlian?

Bagaimana dengan emas?

Bagaimana dengan barang-barang berharga lainnya?

Sehampar bumi ini, sungguh sebuah teka-teki besar, hemat kata, dari mana "manusia" di atas bumi ini berasal? Beribu-ribu tahun bahkan berjuta-juta tahun yang lampau, dari mana "manusia" berasal?

Saya tahu "bumi" adalah sebuah teka-teki.

Saya tahu "manusia" adalah sebuah teka-teki.

*

Susunan "manusia" juga terbilang sebuah teka-teki besar, komposisi penyusunnya sungguh merupakan ketrampilan kerja sangat tinggi mengungguli alam.

"Manusia" itu tercipta?

"Manusia" itu terjadi sendiri?

Tersusun demikian menakjubkan, namun, manusia masih memiliki "perasaan", perasaan bahkan lebih menakjubkan lagi.

Saya bertanya, "Siapa dapat memahami perasaan?" (Apa itu perasaan)

Perasaan itu dalam.

Pikiran itu kental.

Berpisah itu derita.

Rindu itu hampa.

"Bumi" bukan sesuatu yang bersih tanpa cela. "Manusia" bukan sesuatu yang bersih tanpa cela, "perasaan" juga bukan sesuatu yang bersih tanpa cela.

"Bumi" memang demikian, dan "manusia" di atas bumi, terukir sekapak dan sepahat.

Pengukiran pada dasarnya mulia, juga ideal, namun, akhir dari pemahatan, apakah bagus atau jelek, hingga sekarang masih sebuah tanda tanya besar.

Sama seperti "perasaan".

Sama sekali tidak dapat dimengerti, di dunia "perasaan", pada dasarnya adalah "tabung warna-warni".

Berhati-hati bukan solusi?

Kejam bukan solusi?

Lunak bukan solusi?

Dendam bukan solusi?

Faktanya, yang tidak seharusnya terjadi, justru terjadi. Yang seharusnya terjadi, justru tidak terjadi.

"Perasaan" tidak dapat dimengerti, teka-teki di dalam teka-teki.

*

Sebenarnya apa yang ingin saya tulis di dalam buku saya ini? Mari menulis sebuah sajak!

Selalu merasa usia mudah sekali berlalu.

Setahun demi setahun mudah tergapai

Lebih baik menulis sebuah buku untuk bumi

Biarkan perasaan berputar sendiri

Manusia datang dan pergi juga tidak diketahui

Buku ini sulit sekali diutarakan

Tidak ada komentar: