TUBUH KEKAL VAJRA

Pernah suatu ketika, seorang siswa saya bertanya pada saya:

"Mahaguru telah mencapai tubuh kekal vajra, mengapa masih flu dan batuk-batuk?"

Sambil tertawa, saya menjawab:

"Anda bisa flu dan batuk-batuk, demikian juga saya."

Ia tidak mengerti.

Seorang siswa lain bertanya:

"Buddha Guru telah mencapai tubuh kekal vajra, telah memahami semua jenis perasaan, mengapa kadang-kadang bisa menangis, kadang-kadang bisa juga tertawa?"

Saya menjawab:

"Tidak boleh menangis dan tertawa!"

Ia tidak mengerti.

Seorang siswa lain bertanya:

"Buddha Guru telah mencapai tubuh kekal vajra, mencapai keberhasilan menetap di dunia, namun, apakah bisa mangkat?"

Saya menjawab:

"Bisa."

Ia bertanya:

"Mengapa tubuh kekal vajra masih bisa mangkat?"

Saya menjawab:

"Tidak mangkat."

Ia bertanya:

"Sebentar mengatakan bisa mangkat, sebentar mengatakan tidak mangkat, sebenarnya bisa mangkat atau tidak?"

Saya menjawab:

"Bisa berarti tidak bisa, tidak bisa berarti bisa."

Ia tidak mengerti.

*

Seorang "Guru Zen Cong-lang" dari Muchen, Wuzhou.

Seorang bhiksu bertanya pada Guru Zen Cong-lang:

"Apa yang terjadi saat melepaskan bangau dari sarangnya dan saat salju mencair?"

Guru Zen Cong-lang menjawab:

"Menurut saya tidak serupa."

Lebih lanjut:

Si bhiksu melihat dewa Vajra di vihara terjatuh.

Si bhiksu bertanya pada Guru Zen Cong-lang:

"Bukankah itu tubuh kekal vajra, mengapa malah terjatuh?"

Guru Zen Cong-lang mengetuk-ketuk ranjang samadhi, menjawab:

"Berjalan, berdiam, duduk, dan berbaring."

Ketika Guru Zen Cong-lang parinirvana, ada sebuah gatha:

"Selama 30 tahun terakhir menetap di Muchen.

Selama itu tiada satu pun jasa palsu.

Seseorang bertanya padaku arti dari barat.

Buat apa hidup sampai bulu alis memanjang."

*

Mengenai "tubuh kekal vajra", jawaban yang diberikan oleh Guru Zen Cong-lang adalah "berjalan, berdiam, duduk, dan berbaring".

Sebenarnya jawaban saya sama:

"Lahir, tua, sakit, dan mati."

"Tangis, tawa, suka, duka."

"Dukha, samudaya, nirodha, marga."

Tubuh kekal vajra, memang telah mencapai pencerahan, juga bisa menetap di dunia dan panjang umur.

Namun, jika semua urusan sudah beres, jodoh duniawi telah berakhir, buat apa lagi hidup di dunia ini?

Mengenai pembicaraan Guru Zen Cong-lang tentang melepaskan bangau dan mencairnya salju, ia menjawab: "Tidak serupa."

Saya ada sedikit usul, saya berkata:

"Jika memang tidak serupa, juga bukan dua rupa."

Coba tanya, siapa punya jawaban baru? Coba katakan.

Tidak ada komentar: