Saat saya menekuni Mahamayajala Vajra, saya mengetahui bahwa tubuh saya adalah altar mandala.
Dari cakra kening, cakra tenggorokan, cakra hati, cakra pusar, cakra kemaluan, menjelma menjadi seratus sosok Krodha dan Nidana.
Yidam adalah Mahamayajala.
Sadhana saya adalah:
Tenang secara alami.
Tubuh adalah 7 postur Vairocana.
Prana keluar masuk lewat mulut. Tidak bicara.
Pikiran adalah hati, tidak memikirkan kejadian yang telah berlalu, tidak memikirkan kejadian sekarang, tidak memikirkan kejadian yang akan datang. Tidak dibuat-buat, tidak membeda-bedakan.
(Ini adalah Tiada Adhistana)
Selanjutnya:
Jika saya visualisasi Mahamayajala Vajra yang memiliki 21 wajah, 42 lengan, 8 kali. Dan Bhagawati yang memiliki 9 wajah, 10 lengan, dan 4 kaki. Serta visualisasi Tathagata Samanthabradha, Bhagawati Tathagata Samanthabradha, Pancadhyani Buddha, Bhagawati Pancadhyani Buddha, Asta-maha-bodhisattva dan Bhagawati Asta-maha-bodhisattva, Vidyaraja Pelindung Empat Dharma dan Empat Bhagawati Krodha, Enam Sakya.
(Ini adalah Ada Adhistana)
Maksud saya adalah:
Alami – tiada adhistana.
Visualisasi – ada adhistana.
Suatu kali, saya menekuni Tiada Adhistana. Tak disangka telinga mendengar sebuah bisikan, suaranya sangat jelas.
“Saya adalah Mahamayajala Vajra!”
Saya meminta, “Mohon tunjukkan wujud Anda!”
Ia menjawab, “Saya berwujud maya, wujud saya adalah maya, maya adalah wujud saya, buat apa dilihat!”
Saya berkata, “Saya ingin melihat sebentar!”
Ia menjawab, “Saya biarkan Anda melihat!”
Sehingga:
Muncul seorang Taois berwibawa layaknya seorang Taois.
Saya berkata, “Bukan!”
Muncul lagi seorang dewa pejabat rasi dan berjubah bulu.
Saya berkata, “Bukan!”
Muncul lagi seorang Padmakumara bocah yang memegang teratai.
Saya berkata, “Bukan!”
Muncul lagi seorang dewi yang cantik jelita.
Saya berkata, “Bukan!”
Muncul lagi seorang Tathagata yang sama seperti Sang Buddha.
Saya berkata, “Bukan!”
Muncul lagi seorang Asura yang berkepala tiga, berlengan enam, dan memegang alat Dharma.
Saya berkata, “Bukan!”
Ia berkata, “Mahaguru Lu, Mahamayajala Vajra, saya ajari Anda, apapun bukan, ini barulah Mahamaya, ini barulah Mayajala.”
Hahaha, terbahak lalu pergi!
Saya tiba-tiba tercerahkan!
Sajak:
Melatih diri melatih diri melatih diri
Apakah di dalamnya benar-benar berwujud
Melatih hati melatih hati melatih hati
Kapan hati baru bisa tenang
Tidak mendengarkan suara
Tidak melihat keindahan
Air jernih
Mencari juga tiada bayangan
Sadarilah
Dari dulu memang demikian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar