Ayahanda Ju-fang

Saat di Seattle, rumah ketiga di sisi naga, bermarga Lai, istrinya bernama Ju-fang.
Ayahanda Sdri. Ju-fang, pada usia senja dari Taiwan pergi ke Amerika, tinggal di rumah Ju-fang, ayahanda telah lanjut usia, sebatang kara, terpaksa tinggal bersama putrinya.
Ayahanda Ju-fang adalah seorang manula yang welas asih dan baik, kadang-kadang bisa keluar menanam bunga sejenak, jarang sekali keluar, sehingga orang yang menetap di Ling Shen Ching Tze Temple pun jarang bertemu dengannya.
Suatu hari.
Ju-fang bertanya pada saya, “Mahaguru Lu, ayah saya tengah malam bangun untuk buang air, dari jendela wc, dilihat keluar adalah halaman Ling Shen Ching Tze, begitu ia melihat, melihat di depan Ling Shen Ching Tze berkelebat bayangan manusia, berkumpul tidak sedikit orang. Begitu ia berpikir, tidak benar! Sekarang adalah tengah malam, tidak mungkin manusia, sehingga, ia berpikir hantu, hatinya merinding, membuatnya ketakutan hingga tidak berani melihat lagi.”
Ju-fang berkata, “Ayah pasti akan bangun tengah malam untuk buang air, ia selalu tidak tahan, akan melihat sebentar ke luar jendela. Tetap melihat bayangan hantu berkelebat, Beliau tidak tahu bagaimana sebaiknya?”
Saya berkata, “Saya tanyakan sejenak untuk Anda!”
Jawaban saya adalah:
Di sisi macan belakang Ling Shen Ching Tze Temple, dibangun Ksitigarbhasala, di tengah sala dipuja Bodhisattva Dharmapala Skanda, Yang Arya Dharmapala Sangharama, Padmakumara, Bodhisattva Ksitigarbha, Dewa Bumi, Dewa Yama, dan lain-lain. Bahkan mempersemayamkan banyak papan leluhur, papan roh, dan lain-lain.
Roh hantu ini akan keluar tengah malam, kadang-kadang berkumpul di lapangan.
Saya bertanya pada hantu, “Kalian berkumpul di lapangan bisa menakuti orang.”
Hantu menjawab, “Manusia keluar siang hari, hantu keluar malam hari, ini normal!”
Saya bertanya pada hantu, “Hantu keluar bukankah menakuti orang?”
Hantu menjawab, “Siang hari manusia keluar, hantu tidak keluar. Malam hari hantu keluar, manusia juga keluar. Ini justru manusia menakuti hantu, bukan hantu menakuti manusia. Manusia di alam baka, hantu di alam saka, tidak saling mengganggu satu sama lain. Manusia zaman sekarang, bahkan malam pun keluar, ini mengganggu hantu.”
Begitu mendengarnya, saya rasa masuk akal juga.
Saya berkata pada Ju-fang, “Ayah Anda telah memiliki mata baka, sehingga dapat melihat hantu, orang biasa hanya mata jasmani, tidak dapat melihat. Melihat hantu, tidak perlu terkejut, manusia tidak mengganggu hantu, hantu tidak mengganggu manusia, jika manusia jujur, tengah malam ada yang ketuk pintu pun tidak takut.”
Ju-fang terdiam begitu mendengarnya!
Saya berkata: manusia dan hatu adalah sama.
Saya pernah berbincang-bincang tentang perihal melihat hantu dengan seorang dokter.
Dokter berkata, “Halusinasi!”
Saya berkata pada dokter, “Dunia manusia juga halusinasi!”
Dokter bingung.
Saya menulis sajak:
Bayangan remang-remang
Diceritakan juga sangat menakutkan orang
Setelah dipikir-pikir
Hidup dan mati kapan baru sempurna
Hanya melatih diri satu-satunya
Setahun demi setahun
Menaiki teratai emas terlahir di Barat

Tidak ada komentar: