Suatu malam, Lianhua Yihao bermimpi, mimpinya sangat jelas, berikut ceritanya:
Di sebuah gunung yang sangat tinggi dan indah, di tengah gunung ada sebuah vihara kuno, Yaochi Jinmu dan Mahaguru Lu duduk di dalam vihara kuno tersebut.
Yihao hampir berhasil dalam belajar Dharma, bersiap-siap pamit turun gunung.
Mahaguru Lu berkata pada Yihao, "Tidak ada benda lain yang bisa saya berikan pada Anda, hanya sebatang tongkat yang bisa saya berikan, agar perjalanan turun gunung Anda lebih lancar."
Yaochi Jinmu berkata, "Yihao, saya punya sehelai sapu tangan untuk Anda seka keringat saat turun gunung!"
Setelah Lianhua Yihao telah menerima tongkat dan sapu tangan, berkata, "Terima kasih Mahaguru Lu, terima kasih Yaochi Jinmu, murid turun gunung, semoga tidak menyia-nyiakan harapan, menyeberangkan insan di kolong langit, membalas budi guru."
Setelah itu, Yihao pun turun gunung.
Di pertengahan gunung, bertemu seekor macan, macan ini buka mulut mengaum, gigi putih runcing, datang menyerang Yihao.
Yihao mengangkat tongkatnya, tak disangka tongkat memancarkan seberkas sinar putih, memancar ke si macan, begitu si macan melihat sinar putih, terkejut, berbalik dan pergi!
Lebih lanjut:
Begitu Yihao turun gunung, tersesat, tidak dapat membedakan arah timur-selatan-barat-utara, satu gunung melewati satu gunung, satu hutan menembusi satu hutan, namun, setiap puncak gunung bersambungan, hutan rimba, tak menemukan jalan turun gunung.
Seketika ia panik, mengeluarkan sapu tangan Yaochi Jinmu untuk menyeka keringat, begitu dikeluarkan, sapu tangan berubah menjadi awan putih, Yihao berdiri di atas awan, begitu awan terbang, Lianhua Yihao pun dibawa turun gunung. Hanya terdengar di samping telinga, angin menderu, seketika kembali ke rumah.
Selanjutnya, ia pun terbangun dari mimpi.
Lianhua Yihao bertanya pada saya, "Di jalan bertemu macan, apa maksudnya?"
Saya menjawab, "Semua urusan duniawi, ditebas habis!"
Lianhua Yihao bertanya, "Tangan saya tidak ada pisau?"
Saya menjawab, "Karena tidak ada pisau, maka tidak ada macan." (Kalimat ini memiliki arti yang dalam)
Lianhua Yihao bertanya, "Tersesat, sapu tangan berubah menjadi awan, membawa saya kembali ke kampung halaman, bagaimana menjelaskannya?"
Saya menjawab, "Mesti menaati sila!"
"Bagaimana menaati sila?" ia bertanya.
"Mesti memiliki mata bijak!"
"Bagaimana mata bijak itu?" ia bertanya.
"Membedakan arah timur-selatan-barat-utara."
Yihao bertanya, "Sapu tangan berubah menjadi awan, apa artinya?"
Saya menjawab, "Setelah pergi tidak meninggalkan jejak." (Kalimat ini memiliki arti yang dalam)
Yihao bertanya, "Bagaimana saya menyeberangkan insan luas? Insan bagaimana diseberangkan?"
Saya terbahak-bahak, "Tulang putih bagaikan gunung." (Kalimat ini memiliki arti yang dalam)
Para siswa mulia, mimpi Lianhua Yihao, sangat menarik, seorang sadhaka, paling pantang bertemu kejadian yang berbahaya, seperti mimpi bertemu macan, orang biasa sudah ketakutan setengah mati, mundur dari sradha (keyakinan).
Selanjutnya, saat keluar gunung, tidak dapat membedakan arah timur, selatan, barat, utara, jalan benar, jalan sesat, tidak dapat dibedakan. Masuk ke jalan sesat, mau kembali ke jalan benar, sudah sangat sulit! Menyeberangkan diri sendiri saja sulit sekali, apalagi menyeberangkan insan?
Mimpi ini, bisa mewaspadai semua siswa mulia, jangan menyerah sebelum mencapai keberhasilan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar