Persembahan

Dahulu kala, jika seorang siswa menerima sebuah abhiseka yang diberikan oleh Guru Tantra Tibet, maka si siswa wajib mempersembahkan sejumlah sapi dan domba kepada Sang Guru. Semakin tinggi tingkat sadhana dari abhiseka tersebut, semakin banyak pula jumlah sapi dan domba yang wajib dipersembahkan.

Yang paling menarik adalah kisah Lama Ngokpa ketika memohon abhiseka suatu sadhana yang merupakan tingkatan Anuttarayoga Tantra dari Gurunya, Marpa.

Guru Marpa berkata, "Mesti melepaskan semua kemelekatan dan rintangan. Oleh karena itu, untuk abhiseka ini, Anda wajib mempersembahkan seluruh kekayaanmu pada Guru." Tanpa ragu-ragu, Lama Ngokpa pun membawa semua sapi dan dombanya ke tempat Guru Marpa untuk dipersembahkan, kecuali seekor domba berkaki pincang karena ia mengira Guru Marpa mungkin akan menolak domba yang pincang.

Mengetahui hal tersebut, Guru Marpa pun berkata, "Semua kekayaan berarti semua domba, termasuk domba berkaki pincang tanpa terkecuali." Lama Ngokpa pun segera mempersembahkan domba berkaki pincang itu kepada Guru Marpa.

Menurut ajaran Tantra, Sadhana Anuttarayoga Tantra adalah sangat berharga sehingga seorang siswa yang ingin memperoleh abhiseka Sadhana Anuttarayoga Tantra wajib menghargai dan tidak boleh mengabaikan sadhana yang diinginkan oleh Guru, dan wajib memberi persembahan yang bernilai tinggi.

Di samping itu, kemelekatan pada emas dan perhiasan yang berharga merupakan rintangan terbesar bagi seorang sadhaka. Untuk itu, penting bagi seorang sadhaka belajar melepaskan miliknya yang berharga.

Kebiasaan saya, persembahan seorang murid kepada saya adalah bersifat sukarela! Namun, tolong jangan keliru mengira bahwa Sadhana Tantra saya ini tidak berharga, atau tidak langka, atau bukan yang terbaik, bukan ajaran yang luar biasa, sehingga bersifat sukarela. Untuk hal ini saya punya alasan tersendiri. Bagi saya, Sadhana Tantra adalah suatu sadhana yang mahatinggi. Sadhana yang saya peroleh ini sama sekali bukan sesuatu yang dapat ditukarkan dengan uang, perhiasan, berlian, mobil mewah, atau rumah mewah.

Sedangkan persembahan yang saya inginkan dari para siswa yaitu setiap hari menjaga kebersihan perbuatan, ucapan, dan pikiran diri; kemudian bersadhana dengan sungguh-sungguh agar cepat mencapai keberhasilan dan mampu membabarkan Dharma; memperoleh pencerahan baik untuk diri sendiri maupun sesama umat.

Persembahan Dharma seperti inilah yang merupakan persembahan terbesar untuk saya.

Tidak ada komentar: