Seisi keluarga Lianhua Huayang adalah umat Zhenfo Zong.
Suatu malam, LIanhua Huayang mengalami mimpi yang aneh. Dalam mimpi, ia melihat seekor kerbau raksasa yang kelihatannya sangat lapar. Dengan buasnya, ia melahap bunga-bunga teratai kertas yang ada di sekelilingnya. Dan bunga teratai yang ada dalam mimpi itu bukan dibuat dari kertas biasa, tetapi dari lembaran uang kertas.
Ada tiga hal istimewa dalam mimpi ini.
Pertama, umumnya hewan jenis ini adalah lembu (berwarna hitam), sapi (berwarna kuning), dan yak. Jarang sekali ditemukan yang berwarna merah.
Kedua, umumnya hewan jenis ini pemakan rumput. Kerbau merah ini tidak makan rumput, tapi makan bunga teratai.
Ketiga, teratai kertas itu terbuat dari lembaran uang kertas.
Lianhua Huayang merasa aneh dengan mimpi ini. Pada malam berikutnya, kembali ia mengalami mimpi yang sama. Batinnya bingung, jangan-jangan mimpi ini petanda sebuah petunjuk. Oleh sebab itu, ia datang minta petunjuk padaku.
Saya coba memberi arti, "Dalam waktu dekat ini, bila ada orang yang bermaksud meminjam uang dari Anda, jangan diberikan. Terutama yang bermarga Hong atau Niu."
Lianhua Huayang menjadi sangat hati-hati.
Suatu hari, seorang kerabat yang kebetulan bermarga Hong bertandang ke rumahnya. Nama lengkap orang itu adalah Hong Te.
Belakangan diketahui, bahkan aksara te dalam bahasa klasik bermakna sapi jantan. Ada sebait kalimat cuplikan dari sastra klasik berbunyi demikian, "Qin Wengong menumbangkan pohon zi, pohon tersebut menjelma menjadi sapi, lalu sapi itu terhanyut di Sungai Feng, dan Qin mendirikan rumah duka untuk te."
Demikian pula dalam sastra Lieyi Jing juga menyebutkan bawa te adalah sapi jantan.
Kerabat yang bermarga Hong ini menyatakan ingin meminjam uang.
Teringatlah Lianhua Huayang pada pesan Mahaguru maka dengan amat diplomatis ia katakan harus berunding terlebih dahulu dengan istri.
Namun, si istri justru berkata, "Hong Te adalah kerabat lama, selama ini ia cukup berhasil berniaga di perantauan. Banyak sekali pabrik yang ia bangun, juga aset propertinya tersebar di mana-mana. Ia tinggal di perumahan mewah dengan mobil bermerek. Sekarang, ia berencana membangun Hypermarket termegah, tentu saja ia butuh dana pinjaman. Bunga yang ia tawarkan cukup menarik. Saya kira takkan ada risiko kalau kita berikan pinjaman padanya."
Mendengar kata-kata si istri, tergeraklah hati Lianhua Huayang. Dengan memberikan pinjaman selama setengah tahun, modalnya akan menjadi lipat ganda. Kalau satu tahun berarti akan menjadi beberapa kali lipat.
Maka, bersiap-siaplah suami-istri Lianhua Huayang meminjamkan seluruh milik mereka pada Hong Te.
Malam hari itu kembali Mahaguru memberi petunjuk melalui mimpi, "Jangan pinjamkan uang pada orang yang bermarga Hong atau Niu."
Lianhua Huayang bertanya pada si istri, "Sebaiknya bagaimana?"
"Mimpi itu ilusi, jangan dipercaya," ujar si istri.
Kemudian, diberikanlah seluruh tabungan mereka kepada Hong Te sebagai pinjaman untuk membangun Hypermarket.
Tak lama berselang, Lianhua Huayang berkunjung ke rumah Hong Te. Ternyata, pintu terkunci rapat. Begitu juga kondisi di pabrik miliknya, tak seorang pun di sana. Lalu, ia datangi lokasi yang direncanakan untuk membangun Hypermarket, ternyata sama sekali tidak ada kegiatan apa-apa di sana, hanyalah sebuah ekskavator tergolek di sebuah sudut.
Berita di media massa berbunyi demikian:
"Hong Te membawa kabur uang pinjaman dari bank dan partikulir lainnya. Nilai sahamnya di bursa anjlok tak berharga."
Orang-orang yang telah menjadi korban tak berdaya, satu-satunya jalan pelampias amarah adalah melempari rumah Hong Te dengan telur busuk.
Demikian pula keadaan suami-istri Lianhua Huayang. Menyesal kemudian sudah terlambat, tinggal kesedihan mendalam yang mengiringi hari-hari mereka.
Memetik pengalaman yang amat berharga ini, Lianhua Huayang menjadi sangat berhati-hati dalam urusan uang. Dan, ia juga semakin yakin dan percaya pada pesan-pesan yang diberikan Mahaguru melalui mimpi.
Dalam pengertian Lokyatara, hati manusia amatlah sulit diterka, maka berhati-hatilah mencari kawan, hindarilah orang yang beretika jahat.
Secara Lokuttara, hidup manusia di dunia saha ini amatlah singkat. Kekayaan dan kejayaan laksana awan yang melayang, sekejap saja sudah berlalu. Dalamilah Dharma dan tekunilah sadhana, jalan menuju pembebasan dari lingkaran tumimbal lahir akan mendatangkan keberhasilan yang sempurna.
Saya membimbing Lianhua Huayang melaksanakan sadhana dengan metode Hati dalam Hati. Dan, ternyata di kemudian hari, ia memang berhasil meraih kemajuan dengan mencaai tingkat Anagamin. Dalam waktu tak berapa lama lagi, niscayalah ia akan mencapai tingkat Arahat.
Tingkat Arahat adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Harta kekayaan yang hilang kemarin menjadi amat tak berarti dibanding tingkat Arahat yang dicapainya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar