Tanah Longsor yang Terjadi di Tengah Malam

Seorang umat yang bernama Lianhua Qida bertempat tinggal di sebuah rumah mewah di kawasan pegunungan. Ia adalah seorang pengusaha yang bertanggungjawab atas sebuah perusahaan besar. Kehidupan ekonominya dapat dikatakan makmur dan berkecukupan. Rumah mewahnya dilengkapi dengan kolam renang, mini home theatre, dan juga ruang gallery. Desain interiornya mengikuti trend terkemuka ala Eropa. Demikian pula semua perabotan rumah tangganya berupa barang-barang bermerek kelas dunia.

Yang patut dikagumi adalah di rumah mewahnya itu tersedia sebuah ruangan yang khusus diperuntukkan sebagai mandalasala. Umat ini setiap hari meluangkan waktu melakukan puja bakti di mandalasala. Demikianlah ia melakukan hal tersebut secara rutin tanpa lalai.

Keluarga Lianhua Qida sangat harmonis. Perusahaan yang digelutinya sedang naik daun. Ia pribadi adalah seorang umat Buddha yang taat beragama. Ia juga selalu aktif dalam kegiatan sosial, dan tak pernah ketinggalan dalam aktivitas pengumpulan dana. Oleh karena itu, ia telah dijuluki dengan sebuah sebutan harum, yakni Sang Dermawan.

Lianhua Qida sudah berhasil mengupayakan:
Di antara sarve bhava saya berada
Sadhana pubba dan prajna mencapai apramana
Sila, samadhi, dan vimoksa
Guna garbha telah tercapai

Demikian pula ia telah berhasil melakukan:
Dengan Manju Padma Malikka
Vadya, vilepana, serta chattra
Demikianlah persembahan mahavyuha
Dipersembahkan bagi para Tathagata

Tetapi, LIanhua Qida juga menyadari bahwa walaupun dirinya telah memiliki segala-galanya, tetap saja ia takkan luput dari kecelakaan atau marabahaya yang mungkin terjadi dalam kehidupan ini. Sehingga ia pun giat melakukan pertobatan sambil mengucap "Atas segala perbuatan buruk yang pernah kulakukan di masa-masa lalu yang semuanya berakar dari sifat moha, dosa, dan lobha, yang ditimbulkan dari ucapan, pikiran, dan perbuatan, kini saya menyesali semuanya dan menyatakan bertobat."

Suatu malam, ia bermimpi Mahaguru Lu Sheng-yen datang kepadanya untuk memberi tahu bahwa besok malam akan terjadi bencana besar yang menimpa tempat tinggalnya. Ia dipesan segera menyingkir dari tempat tinggalnya agar terhindar dari malapetaka.

Tidak sebagaimana biasanya wajah Mahaguru yang penuh senyum, kali ini Mahaguru memperlihatkan wajah yang penuh keseriusan saat mengabari Lianhua Qida perihal bencana tersebut.

Lianhua Qida merasa bingung dan risau ketika bangun dari tidur. Yang hadir dalam mimpinya itu jelas Mahaguru. Suaranya, wajahnya, begitu meyakinkan. Mau tak mau ia harus mempertimbangkan dengan waspada.

Mungkinkah itu gempa bumi? Rasanya tidak. Kalau gempa bumi, maka yang terkena adalah seluruh wilayah.

Mungkinkah itu bencana banjir? Rasanya juga tidak karena rumah tinggalnya berada di ketinggian pegunungan.

Mungkinkah itu bencana kebakaran? Boleh jadi, tapi asal kewaspadaan ditingkatkan masih bisa diatasi.

Mungkinkah itu bencana badai? Tidak mungkin karena sama sekali tidak ada kabar berita tentang kemungkinan akan terjadinya badai.

Atau, mungkinkah kecelakaan yang lain........?

Kehabisan akal Lianhua Qida menganalisis makna pesan yang disampaikan lewat mimpi itu. Itu jelas sebuah mimpi yang disampaikan dengan maksud tertentu, sungguh jelas. Kalau dikatakan itu cuma mimpi biasa-biasa saja, sepertinya juga bukan.

Di saat ia merasa bimbang, datanglah si istri memberi tahu, "Semalam saya bermimpi kedatangan Mahaguru. Beliau memberitahu saya bahwa segera akan terjadi bencana besar di rumah kita ini. Sebaiknya kita mengungsi dulu dari sini, agar terhindar dari bencana."

Lianhua Qida terperanjat mendengar penuturan dari istrinya. Suami-istri mengalami mimpi yang sama, mau tak mau harus dipercaya. Oleh karena itu, sekeluarga bergegas membenahi benda-benda berharga yang mudah dibawa dari rumah untuk menuju sebuah hotel di bilangan kota dengan mengendarai mobil pribadi. Rencana mereka hanya menginap satu malam. Kalau tidak terjadi apa-apa dengan rumah mereka, maka mereka akan kembali ke rumah. Lebih baik percaya daripada tidak.

Malam hari itu, mereka memantau rumahnya dari jauh. Hujan yang sudah lama tak kunjung datang, tiba-tiba saja turun dengan deras disertai kilatan petir dan gemuruh yang menggeleterkan telinga. Tak kurang dari empat jam hujan mengguyur kawasan itu dengan derasnya. Bukan hujan rintik-rintik yang berlangsung selama empat jam, tetapi hujan deras bagai diguyur dari langit membuat banyak tempat tergenang air.

Rumah milik LIanhua Qida yang dibangun di daerah pegunungan itu digempur bertubi-tubi oleh guyuran air hujan yang amat deras. Tanah di belakang pegunungan tiba-tiba ambles dan longsor tak kuat menahan gempuran air hujan. Akibatnya, sekitar tujuh bangunan rumah mewah di kawasan itu lenyap terkubur oleh tanah longsor.

Keesokan harinya, liputan TV melaporkan bahwa telah terjadi longsoran tanah di daerah pegunungan dengan menelan tujuh bangunan rumah yang ada di sana serta mengubur hidup-hidup 36 orag penghuni rumah setempat. Pihak kepolisian sudah mengamankan lokasi tersebut. Upaya evakuasi terhadap para korban sedang dilakukan.

Dalam tayangan itu juga dilaporkan bahwa satu keluarga pemilik salah satu rumah yang terkubur di daerah pegunungan itu beruntung sedang berlibur di kota sehingga terhindar dari bencana yang mengerikan itu.

Lianhua Qida tentu saja sangat berterimakasih kepada Buddha Hidup LIan Sheng Lu Sheng-yen. Melalui mimpi, Mahaguru telah menyelamatkan nyawa mereka sekeluarga.

Namun, kepada tetangga yang menjadi korban pada musibah tersebut, Lianhua Qida menyimpan rasa bersalah pada mereka.

Semenjak tu, semakin kuatlah keyakinan Lianhua Qida kepada Mahaguru. 'Mampu melenyapkan penderitaan lahir dan mati dan segenap marabahaya', demikianlah keyakinan tersebut kembali terbukti.

Tidak ada komentar: