Menjadi "Manusia" Gampang Tersesat

Seseorang pernah bertanya pada saya, "Beberapa tahun terakhir, menganjurkan dan menjalankan Agama Buddha dunia, dengan kata lain, menjadikan dunia sebagai alam suci, ingin mengamalkan alam suci dunia. Jadi, sewaktu menjelang wafat, semuanya berikrar datang lagi ke dunia manusia, apakah itu benar?"

Saya terdiam lama, tidak sembarangan mengambil kesimpulan.

Saya menunjukkan dua contoh: di Han Timur ada dua orang sadhaka, satu adalah Ma Ming-sheng, satu lagi adalah murid Ma Ming-sheng, Yin Zhang-sheng.

Mereka berdua menekuni "Sutra Pil Dewa Taiqing".

Konon, bila mencapai keberhasilan dalam penekunan, bisa berubah menjadi dewa langit. Namun, ketika berhasil menjadi dewa langit, mereka harus melayani mahadewa langit di surga.

Itu sebabnya, Ma Ming-sheng dan Yin Zhang-sheng tidak ingin menjadi dewa langit, setelah pil jadi, hanya diminum setengah dosis, setengah dosis berarti dewa bumi, bukan dewa langit, dewa bumi lebih bebas, tidak perlu naik ke surga, namun, bisa menjelajahi dunia, bagaikan dewa.

Ma Ming-sheng dan Yin Zhang-sheng ini tidak bersedia naik ke surga menjadi dewa langit, hanya bersedia menjadi dewa bumi menjelajahi dunia.

Ini sangat terkenal di dalam "Legenda Para Dewa" karangan Ge Hong.

Saya pribadi berasumsi bahwa:

Tidak bersedia naik surga.

Lebih baik di dunia.

Ini juga kasus khusus para dewa.

Namun, harap perhatikan, Ma Ming-sheng dan Yin Zhang-sheng adalah dewa bumi yang sudah melewati tahap melatih diri sehingga memiliki "kekuatan samadhi" dan "kekuatan prajna".

Lagipula, sebuah sajak "Shuidiaogetou" karangan Sushi, saya pernah mendengar artis penyanyi menyanyikannya, saya sangat terpesona begitu mendengarnya, berkumandang, syair yang paling terkenal adalah:

明月幾時有?把酒問青天,不知天上宮闕,今夕是何年?
Kapan baru ada bulan purnama? Menanyakan langit dengan arak, entah di istana surga, sekarang tahun berapa?

   我欲乘風歸去,又恐瓊樓玉宇,高處不勝寒。起舞弄清影,何似在人間!
Saya ingin berpulang dengan menumpang angin, namun takut istana giok, tempat tinggi terlalu dingin. Menari membuat bayangan yang jernih, bagaikan di dunia manusia!

   轉朱閣,低綺戶,照無眠,不應有恨,何事長向別時圓!
Istana mutiara berputar, rumah yang indah, tetap tidak dapat tidur, tidak seharusnya ada kebencian, masalah apa yang menjadi sempurna ketika berpisah!

   人有悲歡離合,月有陰晴圓缺,此事古難合,但願人長久,千里共嬋娟。
Manusia ada perpisahan dan pertemuan, bulan ada sabit dan purnama, masalah ini dari dulu sulit untuk sempurna, semoga manusia selalu abadi, ribuan li bersama rembulan.

Semua orang tahu sajak terkenal karangan Sushi ini.

Syair sajak mengatakan:

高處不勝寒。 (Tempat tinggi terlalu dingin)

   還不如留在人間。(Lebih baik tinggal di dunia manusia)

Saya tunjukkan kedua contoh ini, ingin menjelaskan, lebih baik ke Sukhavatiloka Barat atau bereinkarnasi menjadi manusia?

Yang pertama: Ma Ming-sheng dan Yin Zhang-sheng adalah sadhaka, telah memiliki kekuatan sila, samadhi, dan prajna, tadinya bisa menjadi dewa langit, namun, tidak menyukai dewa langit, sebaliknya suka dunia manusia, di dunia manusia juga ada nama dewa bumi, tidak kehilangan "samadhi dan prajna".

Saya berasumsi, Ma Ming-sheng dan Yin Zhang-sheng bisa berada di dunia manusia dalam setiap kehidupan.

Yang kedua: maksud saya adalah Su Dong-po, sepengetahuan saya, ia tentu seorang penyair besar yang sangat berbakat, dengan kata lain, Shidu, pejabat tinggi mahasiswa jurusan ganda.

Seumur hidup belajar Dao juga belajar Agama Buddha, namun hasilnya sia-sia di tengah jalan, walaupun memiliki asal usul yang luar biasa, namun, hasil ujiannya, seperti yang ditulisnya sendiri, lebih baik tinggal di dunia manusia.

Sepanjang hidup Su Dong-po, bergelandangan, 66 tahun tutup usia, saya melihatnya tidak mencapai tingkat dewa maupun tingkat Buddha, jika bereinkarnasi lagi menjadi manusia, begitu kehilangan kekuatan samadhi dan prajna, ia hanya bertumimbal lahir di dunia manusia.

Maksud saya, walaupun Su Dong-po adalah pejabat tinggi berbakat besar, namun, bagaimana pun ia tetap orang awam, sungguh tidak cocok bereinkarnasi menjadi manusia.

Dalam Sutra Buddha mengatakan, "Bodhisattva juga bisa tersesat!"

Di dunia manusia ini terlalu banyak "keserakahan, cinta, kebodohan, dan pandangan sesat", untuk menjadi manusia dalam setiap kehidupan, tentu harus dibekali dengan kekuatan "samadhi dan prajna" baru boleh, jika tidak ada kekuatan "samadhi dan prajna", masih lebih baik terlahir di Sukhavatiloka Barat!

Tidak ada komentar: