Kutipan Bodhisattva Shan-hui

Shan-hui Da-shi (善慧大士 / Bodhisattva Shan-hui ) adalah Fu Da-shi (傅大士), bermarga Fu dengan nama Xi (翕), nama julukannya adalah Xuan-feng (玄風). Terlahir pada saat tahun keempat pemerintahan Qi Jian-wu Dinasti Selatan, meninggal pada saat hari ketiga puluh tahun pertama pemerintahan Kaisar Chen Xuan-di. Generasi berikutnya menyebutnya Fu Da-shi ( Fu Da-shi / 傅大士 ) atau Dong-yang Da-shi ( Dong-yang Da-shi / 東陽大士 ), beliau menjuluki diri sendiri sebagai Shan-hui Da-shi ( Shan-hui Da-shi / 善慧大士 )

Asal-usul dari nama Shan-hui Da-shi adalah karena beliau menyebut sendiri :

“Di bawah Pohon Sala, akan datang Shan-hui.”

Atau :

“Kelak moksa, Shan-hui Da-shi.”

Saat Fu Da-shi berusia enam belas tahun memperistri Liu-shi (劉氏), dikaruniai dua putra, Pu-jian (普建) dan Pu-cheng (普成). Saat berusia dua puluh empat tahun berjumpa dengan bhiksu dari India, Dhuta Song ( Song Tou-tuo / 嵩頭陀)
  
Dikarenakan mengetahui kehidupan lampau.
Maka menekuni meditasi di antara Pohon Sala di Gunung Song ( Song-shan / 松山 ) selama sekitar tujuh tahun.

Berjumpa dengan Sakyamuni Buddha, Buddha Gandum Emas ( Jin-su Fo /金粟佛 ) dan Dipamkara Buddha, ketiga Buddha tersebut memancarkan cahaya.

Setelah mencapai Pencerahan melalui penekunan meditasi, tubuh memancarkan sinar keemasan dan bau harum.
  
Fu Da-shi pernah dipenjarakan karena didakwa menghasut penduduk.

Kemudian Kaisar Liang sangat menghormatinya.

Fu Da-shi adalah pencipta Roda Pemutar Sutra, hal ini ada tertulis dengan mendetail dalam buku : Jing-de Chuan-deng Lv (景德傳燈錄), Zhi-yue Lv (指月錄), Fo-zu Tong-ji (佛祖統紀), Gao-seng Chuan (高僧傳), Shan-hui Da-shi Yu-lv (善慧大士語錄) dan Shan-hui Da-shi Xin-yao (善慧大士心要)



Generasi berikutnya menghormati Fu Da-shi sebagai titisan Maitreya Bodhisattva, ada dua sebabnya :
1. Dhuta Song memberitahu Fu Da-shi bahwa jubah dan patranya ada di Surga Tusitha.
2. Fu Da-shi secara langsung berjumpa dengan Sakyamuni Buddha di depan dan Vimalakirti di belakang, berulang kali Sakyamuni Buddha memberitahu Fu Da-shi, kelak di masa mendatang engkau akan meneruskan kedudukan-Ku.



Saya ( Buddha Hidup Lian-sheng, Sheng-yen Lu ) membaca Kutipan Shan-hui Da-shi, memahami bahwa kiat utama Fu Da-shi ada pada : ‘Samatha-vipasyana’, sama dengan ‘Eka-citta Tri-vipasyana’ dalam Tiantai.

Menurut saya, ‘Penjelasan Utama Akan Tiga Kebajikan’ dari Fu Da-shi sangat berwawasan, Tiga Kebajikan itu adalah :

1. Kebajikan Tingkat Atas :
Alaksana adalah sebab, Nirvana adalah akibat.
2. Kebajikan Tingkat Pertengahan :
Bijaksanawan memimpin negara demi kesejahterahan rakyat.
3. Kebajikan Tingkat Bawah :
Bermaitri-karuna mengulurkan pertolongan.




Dengan mendalam saya menyadari bahwa ‘Alaksana adalah sebab, Nirvana adalah akibat’ merupakan Prajna Tertinggi dalam Buddha Dharma, bhavana merupakan persoalan paling penting dalam kehidupan manusia, Buddha yang memiliki aktivitas dan kesadaran sempurna telah manunggal dengan Kebenaran Semesta, ke atas meraih Kebuddhaan, ke bawah menuntun para insan, sungguh merupakan Kebajikan Agung bagi dunia.
  
Kebajikan berikutnya adalah dengan niat suci dan bijak memimpin negara demi kesejahterahan rakyat. Saat itu menurut Fu Da-shi, seorang Raja bijak yang memimpin negara merupakan kebajikan tingkat pertengahan.

Kebajikan terakhir adalah kewelasan mengulurkan pertolongan, seperti orang kaya mendanakan materi, tidak punya uang maka dapat mendanakan tenaga, sekuat tenaga mendorong orang lain untuk melakukan kebajikan.
  
Ini adalah :
Jangan melakukan segala kejahatan, tekunlah dalam berbuat kebajikan.

Ini merupakan kebajikan tingkat bawah.




Saya tahu bahwa di dunia masa kini, semua mengira bahwa perbuatan baik adalah Buddha Dharma, ini merupakan metode Buddha Dharma yang mudah diterapkan, sesungguhnya Buddha Dharma mencakupi metode mudah dan metode sukar. Metode mudah contohnya adalah perbuatan baik dan melafal Nama Buddha, sedangkan contoh dari metode sukar adalah meditasi mencapai moksa.

Perbuatan baik adalah salah satu dari Buddha Dharma.
Namun Buddha Dharma bukan hanya perbuatan baik.

Menurut saya, seorang sadhaka penekun Buddha Dharma harus mampu melaksanakan empat hal baru dapat dikatakan lengkap :

1. Bersarana dan mentaati sila.
2. Abhiseka dan melaksanakan ajaran.
3. Bhavana memperoleh pencapaian.
4. Tekun dalam aktivitas memberi manfaat pada insan lain.

Dalam aktivitas memberi manfaat pada insan lain, walaupun mengentaskan para insan dari penderitaan adalah penting, namun berdana Buddha Dharma kepada para insan adalah lebih penting. Inilah sebabnya mengapa Fu Da-shi menempatkan ‘Alaksana sebagai sebab, Nirvana sebagai akibat’ menjadi Kebajikan Agung yang pertama.
  
Dana materi dan tenaga merupakan kebajikan beratribut, tentu saja tingkatan dari pahala beratribut lebih rendah daripada pahala tanpa atribut, oleh karena itu Fu Da-shi menggolongkannya sebagai Kebajikan Tingkat Bawah.  

Saya mengharapkan sadhaka Zhenfo selain harus mengembangkan welas asih menolong insan, juga harus berusaha mendalami makna utama Buddha Dharma, dari metode mudah berjalan menuju metode sukar. Tidak hanya harus berdana materi, namun juga harus berdana Dharma, bahkan harus menekuni meditasi yang merupakan aktivitas murni, merealisasi Pencerahan Sejati mencapai Kebuddhaan.
  
Perbuatan baik adalah Dharma Samvrti-satya ( Kebenaran Umum / Relatif )
Kebuddhaan adalah Dharma Pramartha-satya ( Kebenaran Sejati )

Ke atas memperoleh Kebuddhaan, ke bawah menuntun para insan, inilah Kebajikan Agung.