Mobil Ambulan Datang

Saya membabarkan Dharma di suatu negara, datang ke sebuah vihara, luar dan dalam vihara, serta jalanan, orang-orang berdesakan.

Tiba-tiba, datanglah sebuah mobil ambulan dari jauh terus mendekat, sirene terus-menerus berbunyi.

Orang-orang mendengar bunyi sirene ambulan, dengan sendirinya menepi dan membentuk seruas jalan untuk kenderaan, ambulan perlahan-lahan melaju di hadapan saya, tiba-tiba berhenti.

Seorang wanita turun dari mobil, berlutut di hadapan saya.

Wanita berkata, "Tolong! Tolong! Mahaguru Lu, tolong!"

Saya bertanya, "Ada apa?"

Wanita menjawab, "Kami sudah lama mendengar nama besar Mahaguru Lu, menyelamatkan orang tak terhitung. Kami khusus mengantar pasien dari rumah sakit dengan mobil ambulan, mohon Mahaguru Lu berwelas asih menolongnya."

Saya bertanya, "Apa penyakit pasien?"

Wanita menjawab, "Dua tahun lalu mengalami stroke serius, hingga sekarang belum siuman, sudah dua tahun mengalami koma, tim dokter lepas tangan. Ia adalah suami saya, ia adalah orang jujur, semoga Anda menolongnya."

Saya berkata, "Bisa disembuhkan atau tidak, saya tidak berani janji, saya berharap ada keajaiban!"

Pintu belakang mobil terbuka, seorang pasien berbaring di atas ranjang, ada oksigen, infus, alat bantu pernapasan, selang yang dimasukkan ke hidung. Orang itu sama sekali tidak bergerak, kedua mata terpejam rapat.

Saya beranjali, berdoa pada Yidam, bahkan menjapa mantra hati Yidam, pikiran fokus.

Saat ini, kedua tangan saya dengan sendirinya terbuka, kaki dibuka, tangan kiri membentuk Mudra Penaklukan, tangan kanan membentuk Mudra Jari Pedang, segumpal arus Dharma turun.

Mudra Jari Pedang dengan sendirinya menggambarkan:
Mudra 4 Lintang 5 Bujur, yakni Ling, Bing, Dou, Zhe, Jie, Zhen, Lie, Zai, Qian.

Ini adalah:

Mudra 4 Lintang 5 Bujur.
Sadhana Mantra 9 Aksara.

Sehabis memberkati, saya menggunakan telapak kanan, mengembuskan napas, menepuk kening pasien.

Saya merasakan arus Dharma dengan sendirinya memenuhi sekujur tubuh, saat saya menggambarkan mudra, memainkan mudra, mengembuskan napas ke mudra, semua sangat bertenaga, saya merasakan bahwa Buddha, Bodhisattva, dan Jinmu benar-benar mau menolong orang ini.

Ritual selesai.

Mobil ambulan mundur dan pergi.

Saat ini, saya baru masuk ke dalam vihara.

Naik ke Dharmasana.

Berceramah tentang pentingnya "keharmonisan".

Saya berkata, "Antara manusia dan diri sendiri, tidak seharusnya ada perbedaan. Anda, saya, dia, semua adalah satu keluarga. Menyelamatkan insan adalah kewajiban sadhaka, ini adalah Mahayana. Tidak hanya jangan mencelakai orang lain, bahkan harus berusaha sepenuh hati dan sekuat tenaga menolong orang lain. Kita sebenarnya adalah Buddhata maha terang yang melebur menjadi satu, memenuhi angkasa, memenuhi alam Dharma."

Sehabis berceramah Dharma.

Semua orang bertepuk tangan.

Saat ini, ada satu orang menyiarkan kabar: pasien di dalam mobil ambulan tadi, baru kembali ke rumah sakit, orang yang koma dua tahun, sudah membuka mata, mulut bahkan komat-kamit, Bodhisattva datang menolongnya.

Orang-orang di rumah sakit berteriak, "Keajaiban! Keajaiban!"

Orang-orang di vihara berteriak, "Luar biasa!"

Saya berkata, "Buddha mengabulkan doa orang yang tulus!"

Tidak ada komentar: