Mara atau Buddha?

Apakah Mara sesat menempel di tubuh saya? Saya sendiri baru seorang "pemula" dalam belajar Agama Buddha, lumrah dalam hati ada banyak kebingungan.

Apakah prana saya benar-benar akan disedot dan meninggal dunia 3 tahun kemudian?

Terutama saya mengunjungi vihara-vihara di berbagai daerah, juga mengunjungi para kulapati dari berbagai gunung, para maha-sadhaka, maha-kalyana-mitra.

Sebagian besar dari mereka langsung mencela "Mara Sesat".

Ada sebagian kecil tidak bisa memastikan.

Hanya beberapa orang saja yang mendukung saya, namun, tidak banyak.

Karena majalah kalangan Agama Buddha muncul artikel "Mencela Sheng-yen Lu", seekor anjing menggonggong, seratus anjing ikut menggonggong pula.

Saya sudah menjadi orang yang ditempeli oleh Mara sesat, "Mara Sesat" ini telah menjadi merek dagang terdaftar saya.

Ditebas tidak putus.
Digubris makin kacau.
Mara sesat.
Merek dagang terdaftar di hati.

Kalangan agama hebat sekali mencela saya, judulnya sangat mengerikan, misalnya:

"Iblis kalangan Agama -- Sheng-yen Lu"
"Saya cakar kulit Sheng-yen Lu"
"Yidam jelmaan Mara -- Sheng-yen Lu"

Kepungan majalah agama, serangan media tidak ada habis-habisnya. Pokoknya semua mengatakan saya "sesat, sesat, mara, mara", setiap hari berdebat, setiap hari ribut.

Terlintas dalam benak saya:

Saya menjadi Ling Huchong dalam Swordsman.
Saya menjadi Zhang Wuji dalam Heaven Sword Dragon Saber.
Delapan gunung aliran benar paling terkenal dalam Agama Buddha bergabung memburu, memenggal, dan mengepung saya.
Apalagi ketua pendidikan Foguang Shan, Bhiksu Huisong datang bersarana pada saya, menyebabkan gelombang pasang.
Putri Majalah Tianhua, Yun-peng Li datang bersarana pada saya, menyebabkan badai yang lebih besar lagi.

*

Dalam kalangan agama, saya timbul tenggelam.

Namun, pelatihan diri saya, tidak pernah berhenti di tengah jalan, puluhan tahun bagaikan sehari, ibarat saya menulis artikel, puluhan tahun ibarat sehari.

Delapan Maha-bodhisattva menampakkan diri mengajarkan Dharma:

Bodhisattva Manjushri mengajarkan saya "Dharma yang benar dari kebijaksanaan".
Bodhisattva Avalokitesvara mengajarkan saya "Dharma yang benar dari welas asih".
Bodhisattva Vajrapani mengajarkan saya "Dharma yang benar dari kesaktian".
Bodhisattva Maitreya mengajarkan saya "Dharma yang benar dari mewarisi Buddha".
Bodhisattva Sarvanivāraņa-Vişkambhin mengajarkan saya "Dharma yang benar dari menyingkirkan rintangan".
Bodhisattva Akashagarbha mengajarkan saya "Dharma yang benar dari menyucikan dan mengatasi".
Bodhisattva Ksitigarha mengajarkan saya "Dharma yang benar dari sradha".
Bodhisattva Samanthabradha mengajarkan saya "Dharma yang benar dari ikrar agung".

Di antaranya, terutama Bodhisattva Ksitigarbha, saat saya bingung, Bodhisattva Ksitigarbha dengan rupa welas asih dan hening, menunggang "Diting" (hewan sakti bercula satu), tangan memegang khakkhara, cintamani ratna. Ratna memancarkan cahaya seratus koti, setiap cahaya duduklah Ksitigarbha, tangan setiap Ksitigarbha memegang cintamani ratna, dari dalam terang menjelmakan berbagai suara Dharma, hingga tak terhingga, untuk menstabilkan sradha saya.

Saya belajar Dharma yang benar.

Setiap hari tekun.

Ada "Bhiksu Huansheng" menulis artikel menyerang saya.

Ada "Upasaka Hui-jian Chen" menuliskan saya dan Supreme Master Ching Hai menjadi tesis, diserahkan kepada International Buddhist Conference untuk dipublikasikan, saya berada pada urutan pertama perwakilan mara sesat, Supreme Master Ching Hai berada pada urutan kedua perwakilan mara sesat.

Mara sesat!
Mara sesat!
Mara sesat!

Saya menulis artikel membantah, di dalam mengandung welas asih dan kebijaksanaan, di luar mengandung kerukunan dan sukacita, lewat fasih berbicara tanpa rintangan, menyanggah mereka semua hingga berbaring di lantai memohon dengan iba.

Tidak ada komentar: